Generasi Brilian Bangsa, Kolaborasi HMI-GMNI Siapkan Kader Nasionalis Sejati

0
27
Muliansyah Abdurrahman Ways/Foto : Ist.

Oleh : Muliansyah Abdurrahman Ways ,

BELUM sampai 100 tahun Indonesia sudah menghadirkan anak – anak bangsa yang brilian, mereka memiliki ideologi bangsa, mereka lahir atas tanah ini di tanah Indonesia, mereka menjadi harapan bangsa Indonesia hingga estafet masa akan datang. Teruji HMI dan GMNI lahir dari generasi – generasi pendiri bangsa, generasi penerus bangsa yang dilanda berbagai ombak dari semenjak Indonesia merdeka hingga kini.

Banyak sekali alumni HMI dan GMNI yang yang mengisi berjalan bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan rakyatnya menuju kesejahteraan. HMI dan GMNI menjadi rumah perkaderan anak bangsa yang kini siap dan mampu membangun bangsanya sendiri, mendapat kesempatan dihati rakyat menjadi pemimpin – pemimpin masa depan bangsa dari daerah hingga nasional, dari ruang kecil hingga besar, dari organisasi terpelajar hingga berbagai Lembaga – Lembaga negara lainya.

Jenderal Sudirman juga katakan bahwa HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia yang bertujuan menjadi kader bangsa dan kader ummat yang di ridhoi Allah SWT sedangkan GMNI adalah organisasi perkaderan dengan tujuan mendidik kader bangsa dalam mewujudkan sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 juni 1945 UUD 1945.

Menurut sejumlah pemikir yakni Syamsuddin Radjab dan Ade Reza Hariyadi dalam Buku HMI dan GMNI dalam Pusaran Kekuasaan, bahwa GMNI dan HMI merupakan organisasi kader. Organisasi mahasiswa ini telah melahirkan ribuan kader masing – masing dan berkiprah dipelbagai medan pengabdian. Ada di bidang politik, pemerintahan, pelaku ekonomi (pengusaha), akademisi, pengacara dan bahkan guru ngaji.

Partisipasi kader GMNI dan HMI dalam pengabdiannya terhadap bangsa dan negara hampir seusia dengan lahirnya negara Indonesia sendiri. Para kader ditempah dengan pendidikan dan pelatihan sejak masa mahasiswa hingga ke jenjang magister di perguruan tinggi.

Dari struktur paling bawah hingga struktur tertinggi dalam kepengurusan. Penguatan intelektual didapatkan saat pendidikan dan pelatihan di organisasi masing-masing (GMNI dan HMI) melalui silabus dan tingkatan pelatihan kader dengan beragam materi pelatihan.

Dari materi ideologi, kemasyarakatan, kemanusiaan, kepemimpinan, geopolitik dan ekonomi hingga materi ketuhanan menjadi bagian tak terpisahkan untuk mempersiapkan pemimpin masa depan umat, bangsa dan negara.

Pemimpin tak lahir karena kebetulan, ia dibentuk, dilatih dan dibina agar tangguh menghadapi tantangan masa depan. Pemimpin instan tanpa melalui tempahan panjang akan mudah menyerah, lemah dan takut menghadapi resiko. Karenanya, pemimpin harus disiapkan dan diciptakan dengan menempuh penjenjangan dan pelatihan panjang.

GMNI dan HMI memiliki pedoman perkaderan masing – masing yang diracik dari pikiran mendalam sesuai dengan tujuan organisasi dan dipengaruhi latar belakang lahirnya organisasi.

HMI dilahirkan sangat dipengaruhi oleh kondisi keummatan (Islam), kondisi kebangsaan, kondisi ke-Indonesiaan dan kondisi kemahasiswaan pada tahun 1947, demikian pula dengan kelahiran GMNI yang tak bisa dilepaskan dari kondisi kerakyatan, kebangsaan dan ke-Indonesiaan dengan semangat Marhaenis yang sangat membara. Membela kelompok kecil dan masyarakat terpinggirkan agar sederajat dengan manusia lainnya.

Boleh dikatakan, GMNI dan HMI merupakan kontributor utama pemimpin nasional Indonesia, sekarang dan masa akan datang. Kiprah kader dan alumninya tersebar dipelbagai tempat, baik di bidang kekuasaan eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Sejarah Indonesia telah dikawal dan dilayani oleh kader-kader terbaik HMI dan GMNI, bersatu padu untuk wujudkan Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera sesuai cita-cita Proklamasi dan UUD 1945.

Perjuangan merebut kemerdekaan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara ini telah mengiringi dan menyatu dengan cita-cita HMI dan GMNI sebagai organisasi kader. Kader umat, kader bangsa dan kader negara untuk Indonesia satu, maju dan bermartabat.

Meminjam Pemikiran Radjab dan Hariyadi terkait HMI dan GMNI menjadi pijakan kita melihat masa depan bangsa Indonesia, bukan kita jadikan benturan atau versus sebagaimana kita membaca Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo akhir – akhir ini dalam aspek politik yang pragmatis, tetapi perlu kita melihat dua kader terbaik bangsa dan lahir kedua organisasi tersebut yang idealis.

Patut kita berbangga atas hadirnya dua tokoh yang tidak terlepas dari proses perkaderan yang Panjang, Ganjar yang dominan di awali Ibu Megawati Soekarno Putri yang notabene alumni marhaen GMNI dan Anies Baswedan juga di di ajarkan Jusuf Kalla yang kala itu alumni aktivis HMI.

Tak hanya Ganjar dan Anies, Kita lihat juga tokoh – tokoh GMNI yang di pusaran politik termasuk Mahfud MD Menkopolhukam yang HMI, Sukarwo Mantan Gubernur Jatim yang GMNI, Akbar Tandjung Mantan Ketua DPR RI yang HMI, Puan Mahrani Ketua DPR RI yang GMNI, Bambang Soesatyo Ketua MPR RI yang HMI dan Mantan Ketua MPR RI Taufik Keimas yang GMNI serta masih banyak lagi tokoh HMI maupun GMNI yang berkonstribusi terhadap bangsa ini.

Presiden Joko Widodo secara virtual membuka Kongres XXXI Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tahun 2021 dari Istana Negara, Jakarta, pada Rabu, 17 Maret 2021. Kongres yang digelar di Surabaya pada 17 hingga 22 Maret 2021 lalu dengan mengusung tema “Merajut Persatuan untuk Indonesia Berdaulat dan Berkeadilan”. Dalam sambutannya, Presiden memandang bahwa HMI merupakan organisasi yang banyak melahirkan tokoh umat dan para pemimpin bangsa yang berkontribusi pada ladang pengabdian yang luas dan beragam.

Banyak sekali kader-kader HMI yang kini menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam Kabinet Indonesia Maju, Tetapi tantangan kita ke depan semakin besar. Kita tahu saat ini kita berada di era disrupsi dengan perubahan yang sangat cepat. Kita tidak boleh terpaku hanya pada kebesaran-kebesaran masa lalu. Di tengah kemajuan dan perubahan zaman, serta mengingat potensi yang dimiliki segenap kader HMI, agar HMI mampu meneruskan dan mewujudkan cita-cita besar para pendiri untuk menyelaraskan keislaman dan keindonesiaan, memperkokoh persatuan bangsa di tengah keberagaman, dan menjadi pilar penyokong integrasi bangsa.

Saya percaya HMI bisa menjadi lokomotif kemajuan bangsa dan lebih aktif menyiapkan, melahirkan, SDM-SDM unggul serta pemimpin-pemimpin masa depan yang akan mengantarkan bangsa ini siap berkompetisi dalam era hiperkompetisi.

Sedangkan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau yang sering disebut GMNI merupakan salah satu wadah pengkaderan dan pergerakan di kalangan mahasiswa se-Indonesia. Wadah pergerakan ini terbentuk atas peleburan tiga gerakan mahasiswa yang memiliki asas Marhaenisme.

Terbentuknya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), karena meleburnya Gerakan Mahasiswa Marhaenis yang berpusat di Jogjakarta, Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya, dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.

Yang kini Alumni GMNI juga mendapat kesempatan yang sama seperti alumni HMI yang berlomba – lomba menjadi pelopor pembangunan bangsa, dari pemimpin pemuda, politisi, akademisi, birokrat, pengusaha hingga pemimpin daerah maupun nasional.

Hal ini menunjukkan bahwa komitmen perkaderan GMNI patut kita jadikan satu pelajaran berharga bagi kita anak bangsa, tentu kita juga tiding mengsampingkan organisasi – organisasi kemahasiswaan lain yang juga ikut tumbuh dan dapat memberikan konstribusi baik pemikiran maupun pembanguan lainya.

Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo adalah symbol keberhasilan perkaderan di HMI dan GMNI, mereka di asa pemikiranya sejak kuliah hingga kini, mereka hadir tak lepas dengan insan beragama dan kebangsaan, yang akhirnya partai – partai yang memiliki platform nasionalis memberikan dukungan secara tegas untuk menjadi Calon Presiden RI 2024.

Catur politik mengarahkan mereka, rakyat Indonesia memberikan harapan setiap survey – survey politik. Tak lain hanya Ganjar dan Anies, Ganjar dan Anies adalah symbol keberhasilan aktivis Cipayung (HMI, GMNI, PMII, PMKRI, GMKI, IMM dan lain-lain).

Yakinlah pertarungan politik 2024 adalah pertarungan ide, gagasan, konsep dan program, dua tokoh ini terlati dari masa aktivis, dari masa berkarier, Anies yang dari Rektor Paramadina, Menteri dan Gubernur DKI Jakarta sedangkan Ganjar yang dari anggota DPR RI hingga Gubernur Jawa Tengah.

Di tempat itulah mereka belajar banyak melayani, mereka mengambil kebijakan dan mereka menjadi pemimpin daerah yang banyak mendengar masukan dan saran untuk kepentingan daerahnya.

Anies – Ganjar bukan versus GMNI – HMI, tetapi Anies – Ganjar adalah kolaborasi Keindonesiaan antara Marhaen dan Islam Indonesia. Kita bangga, bukan kader instan yang tampil, kita bangga karena bukan anak cukong, kita bangga karena mereka adalah anak – anak aktivis yang belajar memimpin dari masanya. Salam Aktivis, Salam Perjuangan. Sorong, 23 April 2023. (*)

*Penulis Adalah Dosen FISIP dan Direktur Eksekutif Pasifik Resources