“Pembunuhan oleh seorang anak terhadap balita yang diduga terinspirasi film boneka, Chucky itu menjadi sebuah catatan keji dan biadab yang di luar nalar sehat. Sebuah tragedi yang menghancurkan nilai nilai kemanusiaan,”
Oleh : Afriana Wahyu
Samarinda | KalTim | Lapan6Online : Masyarakat tak henti dikejutkan dengan berita yang menyayat hati bak retak berpuing. Sungguh miris, terlebih para pelaku tergolong masih sangat belia.
Pembunuhan oleh seorang anak terhadap balita yang diduga terinspirasi film boneka, Chucky itu menjadi sebuah catatan keji dan biadab yang di luar nalar sehat. Sebuah tragedi yang menghancurkan nilai nilai kemanusiaan.
Pejabat kepolisian Sawah Besar, Jakarta Pusat Kombes Heru seperti dikutip kompas.com, Jumat (6/3/2020) mengatakan bahwa peristiwa ini unik karena pelaku sadar diri saat bertindak dan tidak menyesal bahkan merasa puas.
Pelaku yang masih bocah itu awalnya menenggelamkan kepala korban dalam bak berisi air. Lalu, jasad korban dibawa ke kamar lantai atas dan disembunyikan di dalam lemari pakaian.
Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Susatyo Purnomo menemukan
papan tulis dan buku catatan pelaku.
Dalam catatan itu ujar Kapolres, dituliskan aemua ungkapan perasaan pelaku.
Pelaku dikenal sebagai anak yang berprestasi di bidang akademik maupun non akademik bahkan kerap menjuarai tenis meja, jago menggambar dan berbahasa inggris.
Lantas apa yang salah? Seorang yang cerdas mampu melakukan hal yang keji dan di luar nalar? Faktor external.
Salah satu pengaruh yang sangat berperan dalam membentuk karakter anak adalah film sebagai faktor eksternal.
Di lansir kompas.com, pelaku kerap menonton film Chucky, boneka yang melakukan pembunuhan berantai.
Benar bahwa sebaik-baik pengasuhan di rumah belum cukup jika lingkungan di luar masih terpapar virus liberal sekularisme.
Naluri wanita yang harusnya penuh kasih sayang tak ada di benaknya.
Bagaimana jika pelaku lain ada di lingkungan sekitar kita, tentu akan mengancam generasi muda selanjutnya terlebih lagi buah hati kita? Nauzubillah min dzalik.
Peristiwa ini menjadi bukti gagalnya sistem yang ada saat ini yakni sistem sekuler liberal. Sistem ini membuka lebar lebar kebebasan individu tanpa batas dan menjadi penyebab tercerabutnya nilai kemanusiaan dan menghasilkan pribadi tanpa belas kasih.
Betapa sulit dibayangkan, seorang anak perempuan tega membunuh teman sepermainan yang juga sebagai tetangga. Di manakah nurani dan pikiran sehatnya?
Sekulerisme melahirkan anak didik berprestasi secara akademis di dunia namun minim prestasi akhirat.
Dunia hiburan dan terlebih film yang beredar di tengah masyarakat seolah tidak disaring secara benar. Semua ditayangkan secara bebas tanpa memperhitungkan dampak dan pengaruh terhadap psikologi anak. Begitu bebas dan jauh dari nilai etika dan akhlak mulia.
Maka tak mengherankan jika akhirnya menanamkan perilaku dan pemikiran sesat kepada generasi dan masyarakat.
Munculnya perilaku bengis, kejam dan biadab bahkan membunuh sekalipun menjadi hal yang dianggap lazim.
Cerdas tanpa perilaku dan akhlak mulia hanya menjadi sebuah kesia-siaan belaka.
Sekulerisme sudah terbukti gagal dan sudah sepatutnya dibuang ke tong sampah. Kemuliaan manusia hanya bisa terjaga oleh sistem yang dibuat oleh yang mencipta manusia.
Sebagai sebuah sistem, Islam memiliki seperangkat aturan yang sangat komprehensif dan berlaku universal meliputi pengajaran nilai nilai kemanusian secara menyeluruh. Fisik dan nonfisik.
Manakala islam yang komprehensif diimplementasikan dalam tatanan kehidupan manusia maka deretan panjang persoalan di dunia termasuk di negeri ini dapat terselesaikan secara tuntas.
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Tidak hanya memelihara diri dan keluarga akan tetapi lingkungan dalam masyarakat yang lebih luas.
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…” (QS. Al-Maidah: 32).
Maka bukalah mata, hati dan telinga lalu perhatikan apa yang telah diprodukai oleh sekulerisme terhadap kehidupan manusia selama hampir satu abad ini. Tidak ada satu kebaikan pun yang dilahirkan dan sebaliknya sekulerisme juteru melahirkan ribuan problem dalam kehidupan.
Adagium Islam sebagai rahmatan lil aalamiin, yang memberikan rahmat dan kasih sayang kepada segenap manusia di muka bumi ini hanya dapat terwujud bila aturan ilahi diimplementasi secara komprehensif. Wallahu a’lam. GF/RIN/Lapan6 Group
* Penulis adalah seorang bidan di Samarinda