“Kami yang tergabung dalam Solidaritas masyarakat Loloda hadir datang dihadapan bapak ibu sekalian, hanya untuk menyikapi apa yang disampaikan oleh bapak Frans Manery yang saat ini viral di Media Sosial bahwa kata yang disampaikan itu adalah Kami masyarakat Loloda itu bodoh,”
Tobelo | Halmahera Utara | Lapan6OnlineMalut : Sekitar 80 orang masyarakat Loloda yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Loloda menggelar aksi unjuk rasa di Halaman Kantor Bupati Halmahera Utara (Halut,red) dan Mapolres Tobelo dengan Koorlap, Rivaldo Djini, pada Rabu (16/09/2020) sekitar pukul 12.45 WIT.
Aksi tersebut terkait dengan penyampaian dalam pidato Ir. Frans Manery selaku Bupati Halmahera Utara pada saat acara penyerahan bantuan kepada para petani di Desa Makarti, Kecamatan Kao Barat, Kabupaten Halmahera Utara, pada Selasa 8 September 2020 lalu dengan Bahasa yang disampaikan “SAYA TARA BODOK SAMA DENG DORANG”.
Dalam aksinya mereka menggunakan berbagai perlengkapan, diantaranya alat peraga yang digunakan massa aksi yaitu 3 Unit Dump truck lengkap dengan Soundsystem, 1 buah Bendera Merah Putih, 2 buah Bendera organisasi, dan 2 buah Spanduk yang bertuliskan “TORANG ORANG LOLODA TARA BODOH”, “PELECEHAN ORANG LOLODA”.
Sedangkan dalam aksi tersebut, mereka menyampaikan beberapa tuntutan diantaranya :
1. Bupati Halut ( Ir.Frans Manery ) Meminta Maaf kepada seluruh Masyarakat Loloda terkait pernyataan yang di sampaikan.
2. Selama tidak ada respon dari Bapak Bupati terkait pernyataan yang disampaikan, Maka kami akan memboikot segala Aktivitas Bupati Halut, Saat berkunjung ke Loloda Kepulauan dan Loloda Utara.
3. Pihak yang berwajib (Polres Halut) untuk segera menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh Bupati Halut Ir.Frans Manery.
Hasil pantauan Lapan6online.com dilapangan, massa aksi melalui orator menyampaikan orasi secara bergantian.
Seperti orasi yang disampaikan oleh Korlap (Koordinator Lapangan,red) Rivaldo Djini, dalam orasinya menyatakan bahwa,”Kami hari ini datang untuk meminta kepada Bupati Halut Ir. Frans Manery untuk mempertanggung jawabkan terkait pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Frans Manery bahwa Masyarakat loloda itu Bodoh. Pernyataan tersebut sangat menyakiti hati kami semua masyarakat loloda. Dan kami yang tergabung dalam Solidaritas masyarakat Loloda hadir datang dihadapan bapak ibu sekalian, hanya untuk menyikapi apa yang disampaikan oleh bapak Frans Manery yang saat ini viral di Media Sosial bahwa kata yang disampaikan itu adalah Kami masyarakat Loloda itu bodoh,” terangnya.
Kemudian dilanjutkan orasi yang disampaikan oleh orator Apeles Kayeli, ia menyatakan sikap bahwa,”Menindak lanjutan apa yang di sampaikan Bapak bupati dalam pidato bahwa “Saya tidak bodoh sama dorang” Dari perkataan tersebut sudah nyata nyata ada diskriminasi dan mengatakan kami orang loloda bodoh. Apa yang dibicarakan tidak sesuai dengan politik komunikasi. Kami orang loloda bisa dikatakan seperti itu tetapi kami pada dasarnya juga memiliki kemampuan, memiliki hasil alam dan masih memberikan konstribusi bagi masyarakat Kabupaten Halut terlebih khusus bagi perekonomian masyarakat Halut dan pada umumnya kami Masyarakat orang loloda juga banyak sudah menikmati dunia pendidikan tiga kampus di Halmahera yang merupakan gagasan dari kami orang loloda. Apa yang di sampaikan oleh Bupati Halut sangatlah menyakiti hati kami masyarakat loloda. Karena pada dasarnya kami memiliki martabat yang harusnya dijunjung dan lindungi oleh pimpinan kami, kami tidak menerima hal tersebut, “ ungkapnya.
Dalam aksi massa tersebut, Puan Mutia Lotono orator perempuan ini pun menyampaikan orasinya membuat massa aksi tertegun dan hiba, ia mengatakan bahwa,”Saya menangis bahwa pimpinan tertinggi kami mengatakan bahwa kami orang loloda bodoh. Kami merupakan masyarakat pedalaman yang tinggal jauh dari kota kami juga berhak mendapatkan hak yang sama bukannya di bilang bodoh. Saya mewakili perempuan mau mengatakan bahwa kami kuat. Kami tidak takut maka kami tidak menerima pernyataan hal tersebut. Kami semua hidup karena cinta dan kasih sayang, tetapi kenapa musti bilang kami bodoh,” ujarnya dengan nada lirih.
Penyampaian orasi dilanjutkan oleh Yuan, ia menyatakan bahwa,”Tidak etis sekali bahwa seorang pimpinan mengatakan bahwa saya tidak bodoh seperti orang loloda. Kami kecewa dengan pernyataan bupati sehingga semua bisa menjadi sejarah dan dapat mengatakan kepada regenerasi kami bahwa kami masyarakat loloda telah dibilang bodoh atau dihina, didiskriminasi orang loloda oleh Bupati. Ini adalah bagian dari rasisme maka apa yang disampaikan oleh bupati akan kami laporkan kepada yang berwenang,” tegasnya.
Massa aksi semakin semangat dalam aksi teriakannya, sehingga menjadi perhatian masyarakat, terlebih para orator dalam menyampaikan orasi tampak begitu semangatnya. Kini orasi disampaikan oleh Maikelo, ia mengatakan bahwa,”Kami datang kesini ke tempat ini menyikapi statement yang dikeluarkan oleh bupati Halut dalam pidato di kecamatan Kao Barat. Bahwa kami masyarakat lolodah Bodoh. Untuk diketahui bersama loloda Utara sudah termasuk dalam sejarah yang merupakan kerajaan tertua di Maluku Utara. Dan ketika berbicara tentang kedaulatan kami sudah memilikinya, tetapi kenapa kami didiskriminasi oleh pemerintah tercinta kami. Dan berbicara terkait harga diri orang loloda makanya bagi kami permintaan maaf tidaklah mudah buat kami,” teriaknya.
Diakhiri oleh orasi yang disampaikan Valdo Ternate, menurut orasinya bahwa,”Yang dibuat oleh pimpinan pemerintah daerah telah memalukan rasis terhadap masyarakat kami, telah mendikriminasi kami masyarakat loloda atas pernyataan bupati Halmahera Utara,” tegas Valdo.
Tak puas dengan aksi unjuk rasa dikantor Bupati Halmahera Utara, massa aksi melanjutkan demo di Polres Halut, dan mereka pun berorasi dengan tuntutan yang sama.
Tidak berselang lama, pihak Polres menemui massa aksi untuk melaksanakan pertemuan dengan Perwakilan massa aksi.
Dalam pertemuan tersebut, melalui Rivaldo Djini (Korlap,red) mengatakan aspirasi dan tuntutannya bahwa,”Kami datang kesini untuk menindaklanjuti persoalan yang terjadi sekarang ini , terkait dalam pidato yang disampaikan oleh bupati kami bahwa saya tara bodoh sama dorang, sehingga dari perkataan itulah maka ada pemisahan atau benteng antara kami masyarakat loloda dengan masyarakat Kao dan masyarakat lainnya. Sehingga kami minta klarifikasi atas pernyataan tersebut dan ditindaklanjuti berdasarkan hukum yang ada,” tegas Rivaldo Djini.
Kemudian, pihak Polres yang diwakili oleh Wakapolres Halut, Kompol Jasim Hoda, dalam keterangannya mengatakan bahwa,”Kami dari pihak polres akan mengkaji persoalan ini secara ilmiah untuk dapat memastikan apa yang disampaikan itu benar benar terbukti, semuanya harus melalui penelitian dari berbagai bukti bukti yang telah ada baik bukti dari video yang sudah dipublikasikan,” jelas Wakapolres Halut.Lebih lanjut ia menyampaikan,”Apresiasi kami dari pihak Polres Halut terkait masalah tersebut, Dan kami akan menindak lanjuti. Diharapkan kepada perwakilan massa aksi untuk mengajak masyarakat loloda untuk menjaga Kamtibmas di wilayah loloda. Dan saya mohon kepada perwakilan massa aksi untuk membuat Laporan pengaduan di Unit SPKT Polres Halut untuk kelancaran proses selanjutnya,” pinta Kompol Jasim Hoda.
Atas arahan dari Wakapolres, kemudian pihak perwakilan massa aksi menuju Kantor Unit SPKT Polres Halut dan membuat Laporan pengaduan (Laporan Polisi). Anwar