“Sungguh sangat disayangkan, orang yang buta terhadap politik, ia tidak tahu bahwa harga barang, kemiskinan, hingga terjadinya pelacuran itu terjadi dikarenakan masyarakat yang buta terhadap politik,”
Oleh: Muhammad Guntur
Sidangoli/Halbar/Malut, Lapan6Online : Semakin cepat bergantinya waktu artinya semakin kita berhadap-hadapan dengan pesta demokrasi. hal ini membuat para pengamat, simpatisan, partisipan politik, dan fanatis-fanatis politik lainnya tak pernah luput dari kerja-kerja analisis politik (pertarungan pilbup tahun 2020), baik itu di warung kopi, pasar, pelabuhan, terminal, hingga di teras-teras rumah khususnya di bumi barat halmahera. Sekalipun berakhir dengan perdebatan kusir.
Perilaku keingintahuan tentang politik itu baik, sebab didalamnya kita berbicara tentang kebutuhan dan keberlangsungan hidup masyarakat. Penyair Germany, Bertolt Brecht, pernah berujar begini: “Sungguh sangat disayangkan, orang yang buta terhadap politik, ia tidak tahu bahwa harga barang, kemiskinan, hingga terjadinya pelacuran itu terjadi dikarenakan masyarakat yang buta terhadap politik”. Moh. Hatta juga dalam karyanya (Demokrasi Kita) mengatakan bahwa, “untuk kemajuan suatu bangsa, sudi kiranya melakukan pendidikan politik terhadap masa rakyat”.
Negara ini menyatakan bahwa perubahan juga bergantung pada peran masyarakat dalam setiap momentum pesta demokrasi. dimana hal ini ialah, kesempatan menentukan pilihan dalam durasi waktu hanya 5 menit saja. itulah alasan mengapa kita selalu diingatkan oleh badan penyelenggara pemilu agar selalu jangan pernah golput saat tahapannya tiba.
Sinopsis diatas perlu kita ingat baik-baik kemudian kita kaitkan dalam momentum demokrasi di bumi barat halmahera yang tidak lama lagi. kita tahu bahwa, di halbar sendiri merupakan kabupaten yang memiliki jiwa pilih 74 ribu sekian dari seluruh delapan kecamatan. Dari jiwa pilih tersebut, jika di fragmentasikan, tentu, di dalamnya terdapat pemilih Pragmatis, Sosiologi, Fanatis dan Rasional. bahkan lebih dari itu, golput alias tidak memilih pun ada didalamnya.
Penulis meyakini bahwa, jika semua masyarakat adalah sebagai pemilih yang rasional maka barang tentu lewat pemilih yang rasional, dapat membawa perkembangan daerah ke tingkat yang lebih baik. sebab pemilih rasional adalah kategori pemilih cerdas atau pemilih yang menentukan pilihan dengan mengedepankan indikator kelayakan untuk keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, pertanyaannya adalah: Kapan hal itu bisa terwujud di bumi Halmahera Barat, apalagi konon katanya, untuk memenangkan tiap pertarungan pemilu, pilpres, pileg, pilgub dan pilbup, tiap kandidat harus mempunyai mahar yang harus banyak dengan kisaran ratusan juta hingga puluhan miliar lebih ?loop
Apabila hal diatas adalah benar atau pun dibenarkan, itu artinya, nasib daerah ini masih jauh dari harapan perubahan. Sebab, kita telah gagal melakukan upaya-upaya edukasi politik untuk melahirkan pemilih yang baik dan cerdas. Perlu kita ketahui secara seksama bahwa, pemilih pragmatis lahir atas dasar kekecewaan akibat dari laku penguasa yang selama masa jabatannya tidak pro terhadap rakyat. dan pemilih pragmatis tentu menjadi sasaran empuk bagi para elite politik dalam setiap momentum. ini adalah salah satu dari sekian banyak persoalaan saat menjelang hingga momentum demokrasi usai.
Oleh karena itu, menjadi warning khusus bagi kita semua, baik itu masyarakat, parpol, lembaga penyelenggara dan pengawasan, apabila ingin berjumpa dengan perubahan itu sendiri maka mari bergandeng tangan menggusur politik kepentingan dan utamakan politik santun agar kita kembali pada esensi politik itu sendiri. ****
*Penulis adalah Tokoh Pemuda Sidangoli