OPINI | EDUKASI
“Keprihatinan kedua adalah adanya pembiaran perayaan serupa di Indonesia, padahal perayaan tersebut adalah budaya asing, yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia,”
Oleh : Fauziah, S.Pd
TRAGEDI haloween di Korsel jelas membuat kita prihatin. Namun di sisi lain, kita juga prihatin dengan kepedulian penguasa yang rasanya lebih besar ke rakyat negara lain dibandingkan terhadap nasib rakyat sendiri, misalnya pada tragedi Kanjuruhan yang juga memakan korban meninggal dalam jumlah yang besar. Tidak ada pernyataan “pemerintah bersama korban kanjuruhan”.
Keprihatinan kedua adalah adanya pembiaran perayaan serupa di Indonesia, padahal perayaan tersebut adalah budaya asing, yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, bahkan bisa dikatakan tidak memberi manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan.
Dalam laporan BBC, tak tanggung-tanggung, warga yang hadir ke Itaewon, Korea Selatan untuk merayakan Halloween diprediksi mencapai 100.000 orang. Disebabkan pengunjung acara Halloween berdesak-desakan di satu ruas jalan sempit di ibu kota, Seoul pada Sabtu malam (29/10) akibatnya setidaknya 154 orang meninggal dunia. (newsindonesia/29/10/2022).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan belasungkawa atas tragedi maut di Distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan atau Korsel. Jokowi mengatakan Indonesia bersama rakyat Korea Selatan (Korsel).Pernyataan itu disampaikan Jokowi di akun Twitter-nya seperti dilihat detikcom, Minggu (30/10/2022).
Setidaknya 82 orang terluka dalam insiden di kawasan hiburan malam Itaewon yang menggelar perayaan Halloween pertama sejak Covid. Laporan-laporan menggambarkan orang-orang yang putus asa akibat berdesak-desakan dan bertumpukan di atas satu sama lain.
Hal ini menunjukkan potret penguasa yang abai akan proses pembinaan karakter pemuda yang akan membangun peradaban bangsa pada masa yang akan datang. Meski perayaan Halloween masih asing di Indonesia, tradisi ini makin populer di berbagai negara. Muncul pertanyaan, bagaimana hukum merayakan Halloween dalam Islam?
Islam sangat melarang merayakan Halloween yang identik dengan setan dan monster. Dalam surat Yusuf ayat 5 disebutkan: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. Selain itu, Rasulullah juga mengatakan bahwa jika seorang muslim meniru kebiasaan umat tertentu, maka ia termasuk bagian dari mereka (Hadis shahih riwayat Abu Daud).
Dikutip dari AboutIslam, Dr. Muzammil H. Siddiqi, Ketua Dewan Fiqih Amerika Utara mengatakan bahwa orang Islam sebaiknya tidak merayakan Halloween. Alasannya karena tidak ada manfaat yang diambil dari tradisi tersebut, terlebih sebagian orang berpenampilan layaknya monster dan penyihir di hari tersebut. Selain itu, Halloween bukanlah hari yang dirayakan oleh umat Islam. Rasulullah SAW telah menyebutkan dua hari yang dimuliakan dan patut dirayakan, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Idul Adha dan Idul Fitri.” [Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, No. 11595, 13058, 13210].
Dalam Islam, penguasa juga bertanggung jawab atas pembentukan kepribadian generasi melalui berbagai mekanisme, baik dalam dunia pendidikan maupun luar pendidikan. Kepribadian yang baik hanya akan terbentuk dalam diri para generasi, saat negara menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam kehidupan. Sebab, pada saat islam pernah diterapkan dalam negara melalui sistem pendidikannya, telah berhasil melahirkan para genenerasi yang menjadi ulama dan ilmuan yang hebat. Wallahu’alam. (*)
*Penulis Adalah Aktivis dan Praktisi Pendidikan