Harga Minyak Ambrol Pekan Ini, Terendah Sejak Awal 2000-an

0
34
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto.

Jakarta, Lapan6online.com : Harga minyak dunia ambles sepanjang pekan ini. Harga si emas hitam sudah berada di bawah US$ 30/barel.

Sepanjang minggu ini, harga minyak jenis Brent dan Light Sweet (WTI) masing-masing ambrol 21,14% dan 38,3%.

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan kejatuhan harga minyak. Pertama adalah penyebaran virus corona yang semakin masif.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Minggu (22/3/2020) pukul 08:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia sudah lebih dari 300.000, tepatnya 304.544. Sementara korban jiwa sudah hampir 13.000, tepatnya 12.974.

Keterangan foto tidak tersedia.

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan kejatuhan harga minyak. Pertama adalah penyebaran virus corona yang semakin masif.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Minggu (22/3/2020) pukul 08:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia sudah lebih dari 300.000, tepatnya 304.544. Sementara korban jiwa sudah hampir 13.000, tepatnya 12.974.

Keterangan foto tidak tersedia.

Serangan virus corona yang begitu cepat membuat berbagai negara melakukan upaya yang tidak biasa yaitu karantina wilayah (lockdown). Warga benar-benar tidak boleh keluar rumah kecuali situasi yang amat sangat genting sekali. Akses dari dan ke kota juga ditutup total baik di darat, laut, maupun udara.

Pekan ini 26 negara anggota Uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan. Langkah ini diambil karena sekarang Benua Biru sudah menjadi sentra baru penyebaran virus corona.

Di Italia, misalnya, jumlah korban meninggal akibat virus corona tercatat 42.825 orang. Lebih tinggi ketimbang China yang merupakan asal dan episentrum penyebaran corona (3.260).

Keterangan foto tidak tersedia.

Selama lockdown, kantor-kantor tidak beroperasi dan pabrik-pabrik tidak berproduksi. Ini sama dengan membuat roda perekonomian bergerak lambat, atau bahkan berhenti sama sekali.

DIW Economic Institute memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal I-2020 hanya 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Sedangkan pemerintah Hongaria memperkirakan ekonomi 2020 kemungkinan bisa terkontraksi (tumbuh negatif).

“Kami membuat skenario (pertumbuhan ekonomi 2020) dalam kisaran -0,3% sampai 3,7%. Selalu ada skenario terburuk agar nantinya kita tidak terlalu terkejut,” ungkap Mihaly Verga, Menteri Keuangan Hongaria, seperti diwartakan Reuters.

Stagnasi atau bahkan kontraksi pertumbuhan ekonomi berarti aktivitas produksi lesu. Aktivitas produksi lesu berarti permintaan energi lemah. Permintaan energi lemah berarti harga minyak sudah pasti turun.

Perang Harga Minyak Memperkeruh Situasi

Faktor kedua adalah masih berlangsungnya perang harga minyak antara Arab Saudi vs Rusia. Hancur sudah kesepakatan pemangkasan produksi yang semestinya baru selesai akhir Maret, yang ada malah Arab Saudi terus menggenjot produksi.

Ini bermula saat Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) dan Rusia gagal menyepakati tambahan pemangkasan produksi. Saat ini sudah ada kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 2,1 juta barel/hari. OPEC, dengan Arab Saudi sebagai pemimpin de facto, ingin ada tambahan pemotongan 1,5 juta barel/hari sehingga totalnya menjadi 3,6 juta barel/hari.

Rusia menolak rencana tambahan tersebut. Langkah ini sepertinya membuat OPEC (baca: Arab Saudi) ngambek, sehingga emoh memperpanjang pemangkasan produksi 2,1 juta barel/hari yang akan berakhir bulan ini.

Tidak hanya itu, Arab Saudi juga menaikkan produksi minyak plus memberi harga diskon. Sepertinya Riyadh sedang menantang para rivalnya, siapa yang paling kuat bertahan dengan harga minyak rendah. Terjadilah apa yang disebut perang harga minyak.

Seperti dikutip dari Arab News, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dikabarkan telah memberi titah kepada Saudi Aramco (perusahaan minyak terbesar di Negeri Gurun Pasir) untuk menaikkan produksi hingga ke rekor tertinggi yaitu 13 juta barel/hari. Jika ini terjadi, maka Arab Saudi akan menjadi produsen minyak terbesar di dunia mengungguli Amerika Serikat (AS).

Gambar mungkin berisi: teks

AS, yang biasanya cenderung senang ketika harga minyak murah, sekarang mulai gerah. Reuters mengabarkan otoritas minyak dan gas di Texas (Texas Railroad Commision) meminta perusahaan-perusahaan untuk membatasi produksi. Sementara Kementerian Energi AS dan Kementerian Luar Negeri AS akan mulai melobi Arab Saudi untuk menghentikan aksinya agar harga kembali stabil.

(CNBC/Konfrontasi)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini