Lapan6Online | Jakarta : Perkembangan teknologi yang semakin cepat di era digital meniscayakan perubahan jenis pekerjaan. Sehingga, para pekerja dituntut untuk bisa menguasai keterampilan khusus, seperti teknologi informasi, analisis data dan keterampilan berbasis teknologi.
Demikian disampaikan anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory, saat menjadi narasumber dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema
“Tren Pekerjaan di Dunia Digital” yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI, Senin (27/2/2023).
“Revolusi industri 4.0 juga meningkatkan mobilitas pekerjaan dan menungkinkan perusahan untuk mencari pekerja dengan kualitas tertentu di seluruh dunia,” kata Hasbi.
Hasbi menuturkan, peradaban manusia akan berkembang secara cepat yang awalnya hanya masyarakat agraris, kemudian berubah menjadi masyarakat industri. Kemudian saat ini, menjadi masyarakat informasi yang super canggih dan sangat maju.
“Akhirnya kita sampai pada sebuah fase di mana robot, mesin dan aplikasi telah mengambil alih pekerjaan manusia. Wilayah yang akan mengalami dampak besar dari revolusi industri 4.0 ini adalah Asia Tenggara yang akan mencoba beralih pada pekerjaan di bidang pertanian ke pekerjaan yang berfokus pada layanan dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Hasbi.
Ia mengatanan, transisi tersebut dapat menghasilkan perubahan 28 juta pekerjaan baru dalam dekade berikutnya. Angka itu setara dengan sekitar 10 persen dari total penduduk yang bekerja di kawasan Asia Tenggara.
Hasbi menambahkan, pergeseran mengarah pada munculnya karier baru di industri yang sedang tumbuh. Sehingga setiap orang bisa kehilangan pekerjaan karena tidak memiliki keterampilan yang diperlukan.
“Revolusi industri 4.0 meniscayakan otomatisasi dan digitalisasi dalam segala sendi kehidupan. Dunia kerja pun terdampak. Banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia saat ini digantikan oleh robot, mesin dan aplikasi,” ucapnya.
Narasumber lain, pakar hukum Aulia Khasanofa, mengatakan, digitalisasi telah mengubah tren dan perilaku masyarakat, termasuk profesi pekerjaan. Digitalisasi membuat lapangan dan peluang pekerjaan baru.
“Kemajuan teknologi informasi menawarkan berbagai kenyamanan dalam menghasilkan pendapatan di dunia digital,” kata Aulia.
Ia mengungkapkan, saat ini tren pekerjaan telah bergeser. Ada banyak pekerjaan dunia digital yang menjadi peluang di dunia pekerjaan.
“Tren pekerjaan ini adalah data analyst and scientist, big data specialist, artificial intelligence and machine learning specialist, digital marketing and strategy specialist, process automation specialist internet of things (loT), renewable energy engineer specialist, digital transformation specialist, business services and administration and manager business development professional,” ujarnya.
“Menghadapi transformasi digital adalah berpikir analitis dan inovatif, penyelesaian masalah kompleks, berpikir kritis, kreativitas, orisinalitas dan inisiatif serta penalaran dan perancangan ide,” lanjut dia.
Sementara, akademisi UIN Sultan Thaha Saifuddin, Sri Yulia Sari, mengatakan, era digital adalah suatu kondisi zaman di mana seluruh kegiatan yang mendukung kehidupan dapat dipermudah dengan adanya teknologi yang serba canggih. Menurutnya, tantangan era digital ekonomi salah satunya adalah cyber security.
“Indonesia memiliki arus transaksi online yang semakin meningkat setiap tahunnya. Persaingan semakin ketat di mana dengan adanya kehidupan baru melalui teknologi digital berefek terhadap persaingan dalam bidang ekonomi, khususnya dunia kerja semakin ketat,” katanya.
Ia melanjutkan, sumber daya manusia juga menjadi tantangan dalam era digital, karena pada hakikatnya manusia yang berperan utama di dalamnya. Oleh karena itu, kapasistas dan kapabilitasnya harus benar-benar mumpuni untuk dapat eksis di era digital.
“Kemudian ketersediaan internet yang mumpuni yakni infrastruktur menjadi faktor yang tidak kalah penting dengan faktor SDM,” ujarnya.
Selanjutnya tantangan dari masyarakat karena mereka senantiasa berubah, baik dari segi selera, keinginan dan kebutuhan. Masyarakat saat ini mudah sekali bosan dengan satu hal dan mempunyai keinginan yang cukup kompleks.
“Mereka pun lebih pintar dalam memilih mana produk yang sesuai dengan mereka, dan mana yang tidak. Ini menjadi tantangan karena menuntut pemilik bisnis untuk lebih sering memutar otak dan berinovasi dalam menciptakan produk serta jasa,” tandasnya. (*YP)