EDUKASI | NUSANTARA
“Kelas digital atau biasa disebut dengan kelas maya adalah lawan dari kelas tradisional yang mana dalam kelas tradisional antara pendidik dan peserta didik saling berhadapan secara langsung,”
Lapan6Online | Jakarta : Anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory, mengungkapkan, ada banyak persoalan pendidikan yang mendesak untuk diselesaikan saat ini, seperti maraknya kekerasan, absensi guru tinggi, kualitas guru rendah hingga kemampuan membaca yang terbatas.
Untuk mengatasinya, kata Hasbi, ada banyak reformasi pendidikan selama beberapa dasawarsa terakhir, seperti perubahan kurikulum, sertifikasi profesi guru, penguatan pendidikan dan banyak lain. Namun, menurutnya, satu hal yang jarang didiskusikan sungguh-sungguh adalah jantung pendidikan itu sendiri, yakni relasi antar manusia.
“Karena itu, memanusiakan hubungan menjadi hal yang urgen dan mendesak,” kata Hasbi dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema “Memanusiakan Hubungan dalam Kelas Digital” yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI, pada Rabu (1/3/2023) kemarin.
Hasbi menjelaskan, memanusiakan hubungan bukan hanya soal rasa, bukan juga tentang pengalaman dan pembelajaran yang menyenangkan saja. Menurutnya, memanusiakan hubungan menuntut pikiran dan tindakan berkualitas yang berkelanjutan.
“Kelas digital atau biasa disebut dengan kelas maya adalah lawan dari kelas tradisional yang mana dalam kelas tradisional antara pendidik dan peserta didik saling berhadapan secara langsung,” ujarnya.
Ia melanjutkan, melas digital lahir sebagai jawaban dan bentuk penyempurnaan atas kekurangan kelas tradisional. Alasan penting kelas digital antara lain yakni interaksi yang lebih luas dan komunikatif membuat peserta didik lebih giat dalam belajar.
“Kelas digital membuka ruang pengetahuan lebih lebar dan transparan, membuat guru lebih fleksibel dan responsif untuk merampingkan teknik mengajar.
Ruang kelas digital membuat belajar lebih menghibur, menarik dan menyenangkan bagi peserta didik,” jelasnya.
Selain itu, imbuh Hasbi, kelas digital juga mampu menjembatani kesenjangan komunikasi antara peserta didik dan orang tua pada saat mereka ada di dalam kelas.
“Pendidikan adalah cahaya bangsa dan negara. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh pendidikan. Karena itu, penting memanusiakan hubungan dalam proses pendidikan bukan hanya meletakkan rasa hormat kepada guru dan murid, tetapi juga pada pengetahuan,” tandasnya.
Narasumber lainnya, akademisi STAI Darul Ulum Sarolangun, Kazawaini, mengatakan, manusia adalah makhluk hidup yang memiliki roh, jasad dan nafsu. Sehingga, sangat penting untuk memanusiakan hubungan antar sesama.
“Memanusiakan manusia yang berarti manusia tersebut sebisa mungkin memahami beberapa hal seperti keadilan, cinta kasih, penderitaan, tanggung jawab, pandangan hidup, kegelisahan dan harapan,” katanya.
Sementara, presenter sekaligus influencer, Conchita Caroline, mengatakan, di bangku sekolah anak-anak banyak belajar dari pengalaman, lingkungan dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Hal-hal itu pula, menurutnya, yang membentuk karakter pada anak hingga ia dewasa.
“Karena anak tidak hanya tinggal di lingkungan keluarga, tapi juga sekolah dan lapisan masyarakat lainnya,” kata Conchita.
Ia mengungkapkan, hidup di abad 21 dan berhadapan dengan situasi pendidikan yang juga berevolusi serta beradaptasi, tentu menjadi tantangan tersendiri dalam pembentukan karakter anak.
“Khususnya pasca pandemi Covid-19, di mana aktivitas digital lebih marak diberlakukan dalam pola pembelajaran,” ujarnya. (*YP)