OPINI | EDUKASI
“Daya tularnya luar biasa cepat. Ciri penderitanya adalah mereka hidupnya hanya cerita senang, baik ketika sadar, tidur, bahkan dalam mimpi-mimpinya. Tidak ada cerita kepedulian dan tanggung-jawab, perjuangan apalagi pengorbanan,”
Oleh : Ozzy S.Sudiro
ADA satu penyakit yang jika suatu bangsa terjangkiti penyakit tersebut maka bangsa itu akan mati suri, mati tidak hidup bukan? Dunia menyebutnya penyakit hedon. Penderitanya disebut hedonis. Nama virusnya hedonisme.
Virus hedonisme ini menyerang urat malu. Mereka yang terkena virus ini niscaya kehilangan rasa malu alias urat malunya putus. Seperti para koruptor yang juga pesohor.
Disisi lain, Virus ini juga menghidupkan saraf cuek hilangnya rasa empati dan simapati terhadap sesama. apatis, masabodo “itu bukan urusan gw..emang gw fikirin”. Penderitanya menjadi manusia super cuek, sesuka hati mana-suka, dan suka-suka tidak suka.
Penderita hedonism sagat cepat mengepidemik dan menjangkit kesemua kalangan. Daya tularnya luar biasa cepat. Ciri penderitanya adalah mereka hidupnya hanya cerita senang, baik ketika sadar, tidur, bahkan dalam mimpi-mimpinya. Tidak ada cerita kepedulian dan tanggung-jawab, perjuangan apalagi pengorbanan.
.
Siapakah yang menyebarkan virus hedonism? Siapa lagi kalau bukan para kapitalis. Para kapitalis adalah sokoguru hedonis. Dengan modal asset tak terbatas, para kapitalis dunia berkewajiban menularkan virus virusnya. Mereka hanya berpikir bagaimana suatu bangsa menjadi hedon.
Bangsa yang hedon adalah pasar setia segala produk kapitalis yaitu berupa ide, pemikiran, life style, gaya hidup hura-hura, cuek, senang-senang, tak peduli pada cerita dan realita persoalan nilai,tanggung-jawab, perjuangan dan pengorbanan demi manusia dan kemanusiaan, bangsa dan kebangsaan. Hmm…
.
Siapakah para feodalis dan dimana posisi mereka? Para feodalis adalah kaum elite bisa berasal dari para akademisi yang sudah dihedonkan, lupa yang seharusnya menjadi harapan dan agen perubahan.
Hingga menyasar kaum penguasa, birokrat, tokoh politik, tokoh agama, ahli hukum, yang orientasi hidupnya enak dan senang-senang, hura-hura yang berdampak efek kesenjangan sosial menjadi huru-hara.
Profesioanal jabatan dan harga diri mereka sudah digadaikan bahkan dijual sagat murah kepada kapitalis sebagai babu alias jongos yang menghianati bangsanya.
Tugas kaum feodal dengan memuluskan dan meluluskan jalan pintas di tingkat hukum, kebijakan, birokrasi, legalisasi, menjadi garansi bagi program ambisi kaum kapitalis.
Mengapa persoalan asset sumberdaya alam bangsa ini yang subur makmur loh-jinawe banyak yang sudah lepas dan beralih menjadi milik aseng-asing ? karna patut diduga telah terjadi” black market” transaksional dengan kerjasama yang baik yaitu ” simbiosis mutualis” antara para kapitalis, feodalis dan bangsa yang hedonis, yang tanpa sadar menjadi Bom waktu dan lonceng kematian bagi rakyat, bangsa dan negara,
Negara hanya dijadikan bancakan berjama’ah dengan khu’su dijalan Tuan bukan dijalan Tuhan, prioritasnya hanya memberi kemakmuran jasmani kepada sekelompok kurcaci dan para bedebah parasit bangsa ini.
.
Dengan bahasa sederhana, bahwa sebenarnya kaum hedonis dan feodalis adalah Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa yang hilang dan tersandra dalam genggaman dan penguasaan yang beralih menjadi agen kapitalist. Itu saja.
.
Kalo kita mengambil istilah sang Proklamator Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah daripada perjuangan kalian. Karna musuhku begitu nyata, bangsa asing.Tapi yang kalian hadapi adalah penjajah penjajah dari bangsamu sendiri”
.
Lalu pertanya’annya.. apakah kita harus terus-menerus melihat akrobatik para badut-badut berparas lucu dan menawan, boneka tanpa tulang yang tidak berprikemanusiaan, sambil menonton dengan meminum pil pahit racun mematikan..?
Atau sebaliknya.. bergerak tanpa batas, berjuang dijalan tuhan demi kemanusiaan yang menusiakan manusia, sambil merenung minum madu sebagai vitamin yang menyehatkan
Berjuang mati tidak berjuang juga mati, maka tetaplah berjuang selama hayat masih dikandung badan untuk sebuah perubahan,demi keadilan dan kemulya’an..
Melalui Pendidikan dengan mengedukasi rakyat agar tidak tersesat dijalan yang ramai dari propaganda akal bulus oleh pejabat rakus dibalik hipokritisme yang penuh dengan kepura-pura’an dan kemunafikan.
Pencerahan yang mencerdaskan betapa pentingnya mengembalikan citra, martabat harga-diri bangsa untuk Indonesia Raya.. agar lepas dan terhindar dari virus-virus tersebut, yang lebih berbahaya dan mematikan, jiwa maupun raga tunas-tunas bangsa.
Penyadaran massal. Yaitu kesadaran dengan tujuan yang sadar dan benar, bahwa kita sebangsa dan setanah air dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mewarisi cita-cita dan berbudi luhur penuh tapakur demi ibu pertiwi untuk segenap anak negeri. The great weapon to change the world is education. (*)
*Penulis Adalah Ketum KWRI/Sekjen Majelis Pers