Ilusi Hari Perempuan

0
58
“Mereka menganggap diri mereka lebih rendah kedudukannya dibandingkan laki-laki, mereka menginginkan emansipasi perempuan, bahwa perempuan harus terjun ke sektor publik. Maka, perempuan mulai meninggalkan ranah domestik menuju ranah public, mereka menduduki posisi yang seharusnya diduduki oleh laki-laki, seperti: bekerja di Parlemen, mengisi bangku pemerintah, bekerja di perusahaan dan lain sebagainya,”

Oleh : Alvi Rusyda

Lapan6Online : International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional dirayakan setiap 8 Maret. Pada 2019, balance for better menjadi tema yang diangkat.

Dalam situs resminya, International Women’s Day mengungkapkan alasan kenapa ‘balance for better’ menjadi tema pada 2019 ini. “Pada 2019 ini ditujukan untuk kesetaraan gender, kesadaran yang lebih besar tentang adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan. Hal ini termasuk mengurangi adanya gap pendapatan atau gaji pria dan wanita. Memastikan semuanya adil dan seimbang dalam semua aspek, pemerintahaan, liputan media, dunia kerja, kekayaan dan dunia olahraga,” demikian penjelasan di situs resmi Hari Perempuan Internasional.

Tema ‘balance for better’ dipilih sebagai tema Hari Perempuan Internasional pada 2019 ini karena belum terjadinya keseimbangan atau kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan. Khususnya dalam dunia kerja, gap pay atau beda gaji masih terjadi antara pria dan wanita, di mana wanita dibayar lebih rendah dari pria. Berdasarkan penelitian, ketimpangan penghasilan antara wanita dan pria juga terjadi di Indonesia. Tak sedikit pekerja wanita yang gajinya lebih sedikit dari pria meski mereka dalam posisi yang sama. Hal tersebut terungkap dari analisa informasi data Korn Ferry Gender Pay Index. Index itu merupakan hasil analisa gaji berdasarkan gender dari 14.284 pegawai di 53 negara.

Dari survei, terungkap jika gaji wanita memang lebih rendah dari pada pria. Secara global, umumnya pria menerima penghasilan 16,1% lebih banyak dari wanita. Namun kesenjangan tersebut akan menurun ketika pria dan wanita yang dibandingkan menempati posisi sama. Misalnya pada level direktur, ketimpangan pendapatan turun menjadi 5,3 %. [https://wolipop.detik.com/worklife/d-4458083/hari-perempuan-internasional-ini-yang-diperjuangkan-wanita-di-2019]

Kenapa Bisa Terjadi?
Munculnya tema “Balance For Better” pada peringatan hari perempuan pada tahun 2019 ini ditujukan untuk kesetaraan gender, dimana perempuan harus sejajar dengan laki-laki dalam berbagai aspek. Kesetaraan gender ini muncul akibat ketidak adilannya pembedaan perlakuan terhadap Laki-laki dan Perempuan. Dimana kaum perempuan khususnya di Budaya Patriarkhi di anggap kaum yang lemah, dan hanya bertugas di dapur, sumur dan kasur saja.

Mereka menganggap diri mereka lebih rendah kedudukannya dibandingkan laki-laki, mereka menginginkan emansipasi perempuan, bahwa perempuan harus terjun ke sektor publik. Maka, perempuan mulai meninggalkan ranah domestik menuju ranah public, mereka menduduki posisi yang seharusnya diduduki oleh laki-laki, seperti: bekerja di Parlemen, mengisi bangku pemerintah, bekerja di perusahaan dan lain sebagainya. Menurut mereka permpuan juga berhak untuk mencari penghasilan sendiri, bahkan melebihi dari laki-laki, bahkan suami sendiri.

Pemikiran kesetaraan gender “ Balance For Better” ini akibat penerapan sistem Kapitalisme, dimana mereka menjadikan perempuan sebagai alat untuk meraih keuntungan sebanyak mungkin Ide yang dicanangkan mereka bahwa perempuan harus bangkit, dan diberi kebebasan untuk mencari kehidupan sendiri.

Yang sudah didapatkan oleh perempuan terkait kesetaraan gender adalah: Pertama, Kesempatan dalam dunia politik dan urusan Negara Dunia politik tak hanya milik kaum laki – laki bahkan hampir 50 persen perempuan menempati jabatan strategis di kursi parlemen dan juga partai. Kedua, Perlindungan dan Kenyaman, Ketiga, Bebas berkarya dan berekspresi, Keempat Melanjutkan Pendidikan kelima, Kesetaraan bagi sesama perempuan, Banyak sekali kita menemukan kasus penghinaan, pelecehan sesama perempuan hingga soal penampilan dan juga urusan personal. [https://kumparan.com/infopbun/6-hal-wajib-perempuan-perjuangkan-di-hari-international-womens-day-1552057597159077294.]

Negara Abai dalam Mengurusi Umat
Negara seharusnya menjadi pelindung, penjamin dan mengayom rakyat, kenyataannya dalam sistem demokrasi hari ini, rakyat tidak diperhatikan, pemerintah malah sibuk mengurusi urusan kapitalis asing di negeri ini, seolah-olah tidak ada waktu untuk melihat keadaan rakyatnya.

Salah satu penyebab perempuan menuntut kesetaraan gender ini adalah karena faktor ekonomi yang lemah, penghasilan suami tidak mencukupi kebutuhan hidup, karena mahalnya kebutuhan pokok, ditambah lagi susahnya lapangan pekerjaan yang gajinya cukup. Tentu perempuan yang seharusnya di rumah, harus dituntut untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga, dan negara memfasilitasi pemberdayaan perempuan agar mandiri secara ekonomi.

Perempuan bekerja harus memperhatikan penampilan di hadapan publik sebagai harga jual, maka tidak heran perempuan mendapatkan gaji yang lebih tinggi dari laki-laki. Akibatnya mereka menyalahi fitrah mereka sebagai perempuan, mereka menghabiskan waktu di tempat bekerja, tidak ada waktu untuk mengurus keluarga, akibatnya terjadinya perubahan gaya hidup hedonisme dan konsumtif, keretakan hubungan keluarga, hampir tiap hari berita tentang kasus perceraian, gugatan oleh Istri, anak terlantar, kekerasan dan yang paling sadis adalah kasus pembunuhan dalam keluarga, karena keharmonisan keluarga sudah hilang karena istri atau ibu bekerja tanpa batas waktu, nauzubillah.

Islam Memuliakan Perempuan
Islam memiliki cara pandang yang sangat jelas mengenai posisi dan kedudukan perempuan. Bahkan Islam satu-satunya sistem di dunia yang mampu mengentaskan perempuan dari lembah kehinaan dan menawarkan posisi dan derajat yang melampaui pencapaian perempuan dalam kacamata kaum feminis sekalipun. Islam mengajarkan kepada perempuan untuk terikat dengan aturan yaitu: kewajiban menutup aurat secara sempurna, menuntut ilmu, berbuat baik kepada kedua orang tua, berakhlak mulia dan berdakwah.

Peran utama perempuan adalah menjadi istri dan ummu wa rabbatul bait, sebagai pencetak generasi, sehingga terlahir generasi yang bekualitas prima, sebagai pejuang Islam yang ikhlas, hal ini karena Islam sangat menjaga kemuliaan dan ketinggian martabat perempuan.

Dalam hal ini, Islam menjamin kebutuhan pokok perempuan dan generasi dengan proses penafkahan dalam tiga mekanisme: pertama, Islam menjamin kebutuhan pokok perempuan dengan mekanisme kewajiban nafkah pada suami / ayah, kedua, kewajiban memberi nafkah oleh kerabat laki-laki bila tidak ada suami atau ayah, dan ketiga, jaminan nafkah dari Negara khilafah bagi yang membutuhkan. Kemajuan Islam itu karena jasa ibu yang luar biasa dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi pejuang agama Allah, seperti: Muhammad Al-Fatih, Salahuddin Al-Ayyubi, Harun ar-Rasyid, dan tokoh Islam lainnya.

Kedudukan Laki-laki dan Perempuan
Kitab Al-Qur’an tidak mengajarkan diskriminasi antara lelaki dan perempuan sebagai hamba Allah, lelaki dan perempuan mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah, namun dalam melaksanakan ajaran Islam mempunyai ciri khas masing-masing. Laki-laki dan perempuan sama sama berkewajiban dalam menaati perintah Allah, menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya untuk umat dan kemuliaan Islam.

Di samping itu laki-laki dan perempuan juga berewjiban melakukan aktivitas mengurusi urusan umat yaitu melakukan aktivitas politik. Firman Allah dalam Qs: At_taubah:71:”Orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, mereka memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran (Qs: at-Taubah:71)

Ayat di atas menjelaskan secara spesifik dengan penyebutan laki-laki dan perempuan mukmin untuk melakukan salah satu bentuk aktivitas politik, yaitu amar makruf nahi mungkar. Ayat ini mempertegas bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kewajban berdakwah melakukan amar makruf nahi mungkar yang termasuk dalam aktivitas laki-laki dan perempuan. Kemuliaan laki-laki dan perempuan bisa diwujudkan dengan menerapkan sistem Islam. Wallahua’lam. [GF/RIN]

*Penulis adalah Mahasiswi Pascasarjana UIN Imam Bonjol, Padang, Sumatera Barat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini