OPINI
“Pesantren yang seharusnya menjadi pusat pendidikan agama dan mencetak para ulama yang faqih kini justru kebanyakan menjadi agen moderasi Islam,”
Oleh : Uci Riswahyu
Risalah Akhir Tahun 2022 telah selesai diselenggarakan oleh muslimah Indonesia dengan tema “Peduli Generasi Pemimpin Umat” pada Sabtu, 31/12/2022. Acara yang dilatarbelakangi atas keresahan kondisi generasi muda yang rusak akibat penerapan sistem kapitalis sekuler ini, menghadirkan lima pembicara dari berbagai kalangan.
Pertama, Dwi Hendriyani, Spd dari kalangan guru mengungkapkan bahwa sistem pendidikan yang ada saat ini tidak mungkin mampu mencetak generasi muslim kaffah. Ia menyampaikan tiga alasan, kurikulum yang berubah-ubah dan berlandaskan pada nilai sekuler, disorientasi peran guru, serta lingkungan yang rusak.
Kedua, Pakar Administrasi Publik, Prof. Dr. Mas Roro Lilik Ekowanti, M.S. Beliau menyampaikan dengan tegas bahwa sistem pendidikan saat ini tidak terlepas dari politik ekonomi kapitalis yang hanya mencetak mahasiswa sebagai buruh untuk memenuhi industri milik para kapitalis.
Ketiga, dari kalangan mubalighah, Ustadzah Tingting Rohaeti mengatakan bahwa pesantren yang seharusnya menjadi pusat pendidikan agama dan mencetak para ulama yang faqih kini justru kebanyakan menjadi agen moderasi Islam. Beliau juga menyampaikan bahwa pesantren hanya mengajarkan ilmu yang teoritik, sehingga tidak berimbas pada penyelesaian masalah di tengah masyarakat.
Keempat, aktivis mahasiswa yakni Ketua Kornas Kohati HMI Periode 2018-2020, Apri Hardiyanti, S.H. mengkritisi konsep pemberdayaan pemuda dalam sistem sekuler. Menurutnya, iman dan takwa tidak mungkin terealisasi dalam sistem sekuler, karena pemuda justru ditempa untuk memusuhi Islam. Adapun peran politiknya hanya sekedar ingin meraup suara pemuda, sementara pemuda yang kritis malah dipersekusi.
Kelima, Ustadzah Ratu Erma Rachmayanti ( aktivis Partai Politik ) tegas mengatakan bahwa tidak ada tempat satu pun yang aman bagi perlindungan anak-anak muda di sistem sekuler. Beliau juga mengatakan bahwa hanya Islam satu-satunya sistem yang bisa melindungi generasi muda. Maka ada beberapa cara untuk kita menyelamatkan generasi.
1. Team Work: Kerjasama tim dakwah dengan umat. Harus dilakukan oleh partai Islam ideologis.
2. Kesadaran konfrontatis: melawan dengan tsaqofah Islam. Umat Islam harus yakin bahwa kita punya petunjuk Allah yaitu syariat. Pemuda wajib diajari penyelesaian masalah dengan syariat.
3. Wajib menjadikan pemuda menjadi role model menjadi duta Islam melawa pemuda duta moderat.
4. Perlawanan opini: dengan menggaungkan opini Islam.
Kelima pembicara sepakat bahwa solusi agar pemuda bisa menjadi pemimpin umat tidak ada jalan lain kecuali membina pemuda dengan sistem Islam secara kaffah. Wallahu’alam. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah