OPINI | EDUKASI | RELIGI
“Pemerintah seharusnya dapat memikirkan bahwa rusaknya pola pikir dan pola sikap warga negaranya terutama para remaja adalah dikarenakan sistem yang memang memfasilitasi mereka untuk melakukan tindak kriminalitas,”
Oleh : Uci Riswahyu, S.Akun
MASA remaja merupakan masa mulai berkembangnya pola pikir seseorang, dan pada masa inilah remaja harus mendapatkan bimbingan serta pengajaran yang mampu membentuk pola pikir yang benar, sehingga dengan begitu akan terbentuklah kepribadiaan yang baik dalam diri remaja tersebut.
Namun sayangnya, Kondisi kebanyakan para remaja saat ini begitu memprihatinkan. Mereka tidak sama sekali mencerminkan seorang remaja yang memiliki kepribadian yang baik malah mereka cenderung berprilaku buruk dan bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang melakukan tindakan kriminal.
Dilansir dari sindonews.com, di tengah bencana banjir akibat luapan Sungai Deli, puluhan remaja di Kota Medan malah terlibat tawuran dan saling serang. Tiga orang remaja pelaku tawuran selanjutnya diamankan oleh Relawan Antisipasi Solidaritas Bencana atau Rentan. Kepala Lingkungan 2 Besar Usman mengatakan, tawuran remaja itu terjadi di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso, Km 14, Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. “Mereka berasal dari remaja kawasan Sei Mati. Saling adu jotos dengan remaja di kawasan Martubung di tengah banjir. Warga kesal, lalu menangkap mereka. Tiga orang berhasil diamankan,” katanya, Senin (28/2/2022).
Kejadian-kejadian tersebut hanyalah sebagian kecil dari fakta yang bisa kita amati dari berbagai jenis kenakalan remaja saat ini, hal itu bisa terjadi tentulah tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi pola fikir mereka sehingga mereka menjadi remaja yang berkepribadian buruk.
Penyebab Kenakalan Remaja
Ada banyak faktor yang menyebabkan para Remaja saat ini terjerumus dalam tindak kriminalitas, beberapa penyebab diantaranya adalah:
Pertama, disebabkan karena kurangnya perhatian dari kedua orag tua. Seorang anak membutuhkan didikan dari kedua orang tuanya yang mampu mengarahkan mereka pada kebaikan. Namun, kebanyakan dari orang tua saat ini hanya memikirkan kesibukan mereka saja, sehingga mereka bersikap abai terhadap anak-anak mereka. Padahal seorang anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, terlebih lagi kasih sayang dari seorang ibu, sebab seorang ibulah yang paling berperan penting dalam mendidik anak-anaknya.
Kedua, pengaruh dari lingkungan disekitarnya. Jika seorang remaja senantiasa berada dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam keburukan, baik itu dalam lingkungan dimana ia bersekolah maupun lingkungan dalam pergaulannya, sedangkan ia tidak dibekali dengan didikan akidah yang kuat, maka tidaklah heran jika prilakunya cenderung mengikut pada lingkungan disekitarnya. Oleh sebab itu didikan yang baik dari kedua orang tua tidaklah cukup, sebab pengaruh lingkungan juga dapat mempengaruhi pola pikir dan pola sikap seorang anak.
Ketiga, kurangnya perhatian Pemerintah dalam kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan di negara ini tidaklah berlandaskan pada ajaran Islam, padahal mayoritas penduduk di Negara ini adalah beragama Islam.
Pengajarannya tidaklah untuk membentuk seseorang agar memiliki akidah yang kokoh, baik itu pengajaran di tingkat SD, SMP maupun SMA. Padahal dalam Islam akidah dalam diri seseorang haruslah dibentuk ketika ia masih anak-anak. Namun sayangnya didunia pendidikan saat ini anak-anak dituntut berpikir keras untuk mengikuti kurikulum pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah , sehingga wajarlah jika banyak anak-anak dan remaja Islam saat ini yang begitu jauh dari ajaran islam.
Adapun faktor yang paling mendasar dari penyebab kenakalan remaja saat ini adalah kurangnya peran pemerintah dalam memperhatikan kondisi mereka. Pemerintah seharusnya dapat memikirkan bahwa rusaknya pola pikir dan pola sikap warga negaranya terutama para remaja adalah dikarenakan sistem yang memang memfasilitasi mereka untuk melakukan tindak kriminalitas.
Tututan kehidupan yang sangat sulit telah membuat para orang tua sibuk untuk bekerja ditambah lagi peran seorang ibu yang seharusnya mendidik anak-anaknya agar memiliki kepribadiaan yang baik, namun dalam sistem saat ini seorang ibu terpaksa harus bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga anaklah yang menjadi korbannya. Padahal negara berkewajiban untuk menjamin keberlangsungan hidup setiap rakyatnya.
sungguh permasalahan Remaja dan permasalahan lainnya yang terjadi di Negeri ini tidak akan mungkin terselesaikan bahkan akan bertambah jika Pemerintah masih tetap konsisten dengan sistem yang tidak berasal dari Allah yakni sistem kapitalis. Sudah saatnya bagi pemerintah untuk memikirkan solusi tuntas atas seluruh permasalahan yang telah terjadi di negeri ini.
Solusi kenakalan Remaja
Islam mengatur kehidupan manusia dengan sangat sempurna, dimana islam memiliki aturan yang berasal dari sang pencipta. Adapun semua permasalahn yang terjadi di negeri ini termasuk masalah kenakalan remaja, itu semua karena tidak diterapkannya sistem islam. Jika sistem Islam yang diterapkan pastilah akan mampu memberikan fasilitas yang baik untuk mendidik anak-anak, sehingga mereka akan menjadi anak-anak yang luar biasa seperti dimana pada saat Islam itu pernah diterapkan.
Tentu kita masih ingat dengan masa Daulah Khilafah Islamiyah yang menerapkan hukum-hukum Allah dengan sempurna, dimana pada masa itu banyak terlahir pemuda-pemuda yang sangat luar biasa. Contohnya saja Imam Syafi’i yang sudah mampu menghafal Al-Qur’an ketika masih berusia 7 tahun. Beliau adalah seorang mujtahid bahkan sampai saat ini hasil penggalian hukum beliau masih diikuti oleh banyak kaum muslimin
Itulah bukti dari keberhasilan aturan Islam dalam mengatur kehidupan, sehingga ketika islam diterapkan dalam kehidupan bernegara, maka akan mampu mencetak para generasi cemerlang. Tidak hanya itu, negara islam juga akan menjamin keberlangsungan hidup seluruh rakyatnya, sehingga tidak akan ada lagi tindak kriminalitas yang dilakukan, baik itu oleh anak-anak, remaja maupun orang tua yang disebabkan karena tuntutan ekonomi dan biaya pendidikan yang mahal. Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah