OPINI | POLITIK | NUSANTARA
“Ini semua karena inginnya mereka menghancurkan Islam, ketidaksukaan dan takutnya mereka akan kembalinya Islam memimpin dunia. Inilah Islamofobia melalui kasus ACT,”
Oleh : Aktif Suhartini, S.Pd.I.,
TIDAK ada habisnya permasalahan yang menimpa negeri ini. Satu masalah belum selesai sudah muncul lagi masalah lain. Yang terbaru kasus ACT yaitu lembaga di bawah naungan yayasan di bidang sosial, bergerak mengumpulkan dana untuk membantu semua bencana baik yang ada di dalam maupun di luar negeri tanpa membedakan ras, suku maupun agama.
Namun sangat disayangkan kepercayaan yang diberikan oleh donator yang ingin beramal shalih disalahgunakan. Ternyata ada penyelewengan dana oleh pengurus ACT. Pihak kepolisian menyampaikan sejumlah dugaan terkait kasus ACT, di antaranya penyelewengan dana donasi untuk keperluan pribadi para pengurus, hingga kemungkinan penggunaan dana CSR dari pihak Boeing untuk keluarga korban kecelakaan Lion Air JT610.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, dana donasi yang dikumpulkan ACT diduga dipakai untuk kepentingan pribadi para pengurus yayasan.
Selain itu, ada indikasi dana donasi tersebut digunakan untuk aktivitas terlarang, seperti diduga membantu kaum teroris atau sumbangan perang untuk mujahid di Palestina walaupun kebenaran datanya belum dapat dipastikan tetapi sudah heboh dibicarakan.
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menyelidiki dugaan penyelewengan dana donasi yang dilakukan lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT) setelah media mengungkapkan dugaan penyelewengan tersebut.
Sebenarnya ada apa di balik pemberitaan massif tentang ACT? Apabila ada berita negatif terkait agama Islam, ramai-ramai dibahas seakan memunculkan pandangan bahwa ajaran Islam atau kepengurusan dengan Islam tidak bisa dibanggakan bahkan harus dihapuskan. Mengapa kasus yang juga banyak terjadi di berbagai lembaga begitu massif diberitakan saat oknum pelakunya berkaitan dengan simbol keislaman? Tentunya, ini semua karena inginnya mereka menghancurkan Islam, ketidaksukaan dan takutnya mereka akan kembalinya Islam memimpin dunia. Inilah Islamofobia melalui kasus ACT.
Maka dengan sekuat tenaga mereka berkumpul, bersatu, membuat strategi. Media didorong untuk mempublikasikan secara massif tentang kesalahan dan kelemahan para pengurus, tokoh atau orang-orang yang mengelola pesantren dan lembaga – lembaga bila melakukan kesalahan ataupun kejahatan seperti korupsi, kemunafikan antara teori dan pelaksanaan yang tidak sesuai atau tindakan-tindakan lainnya yang dianggap tidak bermoral, seperti pelecehan seksual, pemerkosaan dan penyalahgunaan dana.
Semua ini hanya bertujuan untuk memutus mata rantai kepercayaan masyarakat terhadap simbol pendidikan Islam yaitu pesantren atau lembaga kemanusiaan Islam.
Dengan semangat yang tinggi, kaum pembenci Islam pun akan memunculkan ke hadapan masyarakat dan mengaitkan pengurus, tokoh atau pengelola lembaga dengan kelompok yang dicap teroris, radikal, ekstremis.
Tujuannya agar masyarakat tidak percaya dan menjauhi lembaga tersebut sehingga masyarakat diarahkan untuk lebih waspada dan menstop untuk tidak menyumbangkan dananya lagi kepada lembaga yang berbasiskan Islam. Akankah kita akan berdiam diri dan pasrah dengan keadaan seperti ini. [*]
*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok