Isu UKT Naik, Mahasiswa Makin Tercekik

0
45
Okni Sari Siregar S.Pd/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Mereka berpikir, buat apa kuliah susah-susah dan mahal jika tidak menjamin dapat kerja langsung. Apalagi pemerintah juga menggalakkan lebih banyak sekolah kejuruan agar lulusannya bisa langsung memasuki dunia kerja,”

Oleh : Okni Sari Siregar, S.Pd

UANG kuliah tunggal (UKT) yang isunya mahal belakangan ini menjadi perbincangan masyarakat. UKT yang kian hari kian naik, diprotes banyak mahasiswa PTN. Protes terhadap mahalnya UKT juga diperumit dengan respons Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Sekretaris Direktorat Jenderal Kemendikbudristek Tjitjik Sri Tjahjandarie mengungkapkan, kuliah atau pendidikan tinggi merupakan pendidikan tersier. Oleh karena itu, pemerintah tidak memprioritaskan pendanaan untuk perguruan tinggi.

Rencana naiknya biaya UKT menyebabkan banyak mahasiswa melakukan berbagai cara untuk tetap bertahan kuliah dengan biaya yang tidak masuk akal. Ada beberapa mahasiswa mencari beasiswa, pinjaman, bahkan mereka sampai menggadaikan atau menjual barang untuk bisa membayar uang kuliah.

Muhadjir Effendy sebagai menteri koordinator pembangunan manusia dan kebudayaan (Menko PMK) mendukung mahasiswwa membayar UKT dengan menggunakan pinjaman online (pinjol). (Tempo.co, 8-7-2024)

Membebani Mahasiswa
Para pebisnis menjadikan mahalnya biaya pendidikan untuk memanfaatkan mahasiswa. Faktanya, pinjaman yang ditawarkan bank menjadi incaran para mahasiswa. Alhasil, mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) dapat mengajukan pinjaman berbunga rendah. Nominalnya tidak main-main, mencapai Rp15 juta.

Sementara itu, beberapa lokasi di Indonesia pun menyambut baik peluang tersebut. Mereka menawarkan mahasiswa secara khusus pada pembayaran kartu kredit dan pinjaman online untuk pembayaran UKT. Itu sudah diakui oleh kampus terkemuka di Jawa Barat. (Republika, 26-01-2024).

Kebijakan-kebijakan yang dimaksudkan untuk membantu mahasiswa justru membebani mereka. Meskipun pembayaran bulanan mungkin tampak rendah, namun sebenarnya mereka membayar bunganya saja.

Menurut pakar ekonomi syariah Dr. Arim Nasim menilai pinjol akan menambah masalah mahasiswa. Mereka akan merasakan kesulitan untuk membayar pokok ataupun bunganya. Dampaknya mahasiswa setres dan tidak akan fokus belajar karena harus mencari dana untuk membayar utang.

Mahasiswa akan kehilangan sikap kritis terhadap kebijakan rezim dan terjebak dengan permainan politik. Sebab, jika kalian mau dibantu SPP nya maka tidak boleh kiritis dengan kebijakan pemerintah. Itulah pernyataan yang akan dilontarkan oleh pihak tertentu. Akhirnya identitas mahasiswa sebagai agent of change kian terkikis bahkan hilang.

Dari sini dapat terlihat bahwa mahasiswa sebenarnya adalah sasaran empuk untuk mendapatkan keuntungan oleh segelintir orang. Kampus juga secara langsung telah mengikutsertakan mahasiswa dalam pinjol, padahal belum lama ini ratusan mahasiswa telah terlibat dalam pinjol. Wajar, keputusan perguruan tinggi yang terkesan pragmatis ini mendapat perlawanan dari berbagai kalangan.

Kegagalan Sistem Pendidikan Kapitalisme
Biaya kuliah yang tinggi menyebabkan generasi muda memilih untuk bekerja. Mereka berpikir, buat apa kuliah susah-susah dan mahal jika tidak menjamin dapat kerja langsung. Apalagi pemerintah juga menggalakkan lebih banyak sekolah kejuruan agar lulusannya bisa langsung memasuki dunia kerja.

Ini adalah hal yang wajar karena orientasi pendidikan saat ini adalah materi. Menempuh pendidikan pun orientasinya adalah bekerja. Sebab, semua menunjukkan bahwa sistem pendidikan saat ini tidak dapat meningkatkan kehidupan negara. Inilah bentuk gagalnya sistem pendidikan ala kapitalis.

Sistem Pendidikan Islam Unggul
Visi misi pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam, dengan cara berpikir dan bersikap yang sesuai dengan Islam. Generasi yang memiliki perspektif Islam akan mampu membedakan tindakan yang benar dan salah sesuai dengan Islam.

Islam memiliki sistem keuangan yang cukup untuk membayar kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan diberikan secara merata dalam Islam. Pendidikan gratis akan diberikan kepada semua orang, tidak peduli seberapa kaya atau miskin sebuah negara.

Syariat telah menetapkan bahwa sumber pemasukan negara terbagi menjadi tiga yaitu fai dan kharaj, kepemilikan umum, serta zakat. Alokasi dana untuk pendidikan negara bisa diambil dari pos kepemilikan umum.

Jadi, rakyat sama sekali tidak diberatkan untuk membayar pendidikan. Namun, Islam juga memberikan peluang pahala bagi rakyat yang muslim untuk berkontribusi harta di dunia pendidikan, tetapi sifatnya hanya sunah, tidak sampai wajib. Kontribusi itu disebut wakaf dan sedekah. Rasulullah bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia” ( HR. Ahmad )

Keberhasilan muslimah hartawan terkenal Fatima al-Fihri, yang mendirikan Masjid dan Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko, adalah salah satu contohnya di masa khilafah Islam di Afrika. Banyak sejarawan menganggap Universitas Al-Qarawiyyin sebagai institusi pendidikan tertua yang masih beroperasi di dunia.

Fatima secara langsung mengawasi proses pembangunan sambil berdoa dan berpuasa, sekaligus membiayainya sebagai sumbangan bagi dunia. Universitas Al-Qarawiyyin terkenal karena meluluskan tokoh muslim dan non muslim dengan pendidikan gratisnya.

Karena itu mahasiswa tidak boleh diam ketika kebijakan menaikkan biaya UKT diloloskan. Sudah semestinya mereka membantu orang tua untuk keluar dari masalah ini. Selain itu, sebagai intelektual Muslim, kita harus mempelajari Islam, memahami solusi yang ditawarkan olehnya untuk semua masalah yang dihadapi manusia, dan segera memperjuangkan Daulah Khilafah, yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Wallahu`alam bisshawab. (**)

*Penulis Adalah Aktivis muslimah