“KKN semakin subur karena Jokowi mendukung anak dan menantu menjabat sebagai walikota. Sesuatu yang belum pernah terjadi di masa pemerintahan presiden sebelumnya termasuk Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto,”
Lapan6Online | Jakarta : Ancaman Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun mau menurunkan atau melengserkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi pro dan kontra. Mereka yang kontra sependapat dengan Cak Nun yang akan melengserkan mantan Gubernur DKI itu jika kondisi Indonesia dalam kondisi darurat.
Sementara mereka yang pro Jokowi meminta semua pihak untuk bersabar menunggu sampai 2024 dengan alasan kinerja pemerintahan Jokowi dinilai baik. Pasalnya, melengserkan presiden yang dipilih rakyat dan sesuai konstitusi tidak mudah dan bisa memicu gejolak sosial dan politik.
KKN dan Korupsi
Sementara itu, Koordinator Gerakan Perubahan (Garpu) Muslim Arbi mengatakan, wajar saja Cak Nun mengancam menurunkan Jokowi. Apalagi jika melihat pengalaman Cak Nun yang turut andil atas turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
Cak Nun memberikan ancaman untuk turunkan Jokowi karena situasi saat ini negara dan pemerintahan Jokowi semakin jauh dari cita-cita reformasi.
“KKN semakin subur karena Jokowi mendukung anak dan menantu menjabat sebagai walikota. Sesuatu yang belum pernah terjadi di masa pemerintahan presiden sebelumnya termasuk Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto,” ujar Muslim Arbi seperti yang dikutip dilaman redaksi Harian Terbit, pada Rabu (17/2/2021).
Muslim menegaskan, saat ini kasus korupsi semakin merajalela dan tidak terkendali. Selain itu, hutang luar negeri juga semakin menggunung dan menyandera tujuan negara untuk sejahterakan rakyat. Rasa keadilan dalam penegakan hukum juga semakin jauh. Kritikan-kritikan dibalas dengan penangkapan dan penahanan atas sejumlah tokoh aktivis dan ulama.
“Ada upaya adu domba secara sistematis di kalangan alumni kampus dengan tuduhan isu radikalisme. Dan kesemuanya mengakibatkan keresahan sejumlah tokoh nasional. Sebut saja mantan Presiden SBY, mantan Wapres JK, Rizal Ramli, mantan Menko Bappenas dan ekonom Senior Kwik Kian Gie yang ngeri melihat perjalanan pemerintahan dan bangsa ini. Dan semua akumulasi itu membuat Cak Nun merasa perlu lontarkan ancaman turunkan Jokowi,” paparnya.
Tunggu 2024
Secara terpisah, Direktur Suara Demokrasi Nusantara (SuDeRa) Syafti Hidayat mengatakan, suka atau tidak suka kepada Jokowi maka semua pihak harus menghormati konstitusi. Sebaiknya tunggulah 2024 untuk menurunkan Jokowi sebagai presiden. Karena kekerasan akan melahirkan kekerasan. Sehingga yang rugi nantinya adalah rakyat.
“Kepala boleh panas tapi hati harus tetap dingin. Kita harus rasional melihat persoalan bangsa. Ekonomi sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Hampir semua negara terkena dampaknya. Bukan hanya Indonesia saja,” paparnya.
Syafti menilai, menurunkan Jokowi sebagai presiden tidak menjawab masalah apapun. Kecuali melayani kemarahan dan emosional semata. Pernyataan Cak Nun yang ingin menurunkan Jokowi tidak bijaksana. Namun sebagai negara demokrasi semua pihak juga harus menghormati pendapat Cak Nun.
Syafti menyebut, Cak Nun adalah sosok yang pintar dan cerdas dalam memahami persoalan bangsa. Oleh karena itu pendapat Cak Nun yang kritis dan tajam itu harus dihormati. Kritik adalah cermin bagi penguasa, agar ia dapat melihat wajah aslinya tanpa topeng dan kosmetik. Sehingga pemerintah juga harus mendengar pendapat yang berbeda.
“Bisa jadi cak nun punya analisa yang berbeda. Dan itu harus dipahami dan dihormati. Boleh juga pemerintah berdialog untuk memahami pikiran-pikiran Cak Nun yang berbeda dalam menyikapi persoalan bangsa. Atau mungkin juga dibalik kritik tajam itu Cak Nun punya solusi dalam menyelesaikan persoalan bangsa ini. Kita harus berfikir positif dalam melihat perbedaan pendapat. Tak perlu alergi dalam melihat pendapat yang berbeda. Dialog adalah membuka komunikasi yang macet antara rakyat dengan pemerintah,” tegasnya.
Kekecewaan
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ikut mengomentari pernyataan Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun mengenai upaya menurunkan presiden jika Indonesia sudah berada dalam situasi yang darurat.
Refly menilai pernyataan Cak Nun itu jelas mengandung kritik yang dilandasi kekecewaan, sehingga sampai berani bicara ihwal upaya menurunkan presiden yang berkuasa.
“Jadi, saya pahami, sebagai intelektual, sebagai budayawan, Cak Nun sepertinya menyimpan sebuah kegalauan, sebuah kegelisahan, mungkin juga kemarahan terhadap pemerintahan sekarang ini,” kata Refly lewat kanal Youtube Refly Harun, sebagaimana dikutip pada Rabu (17/02/2021).
Ditertawakan
Dunia perpolitikan jadi hehoh, hingga politikus Ruhut Sitompul melalui cuitannya, pada Selasa (16/2/2021) di akun Twitter @ruhutsitompul mengaku bahwa ia menertawakan ucapan Cak Nun tersebut.
“Cak Nun ancam turunin Presiden andaikan negara sudah darurat, ha ha ha,” tulis Ruhut.
Ruhut Sitompul pun mengaku tertawa mendengar ungkapan Cak Nun tersebut. “Tertawa aku termehek mehek. Emangnya Supir Presiden Taxi bisa diturunin di pinggir jalan,” katanya.
Ng*bac*t pakai otak jangan pakai dengkul. Perusahaan taxinya saja sudah lama bubar. MERDEKA,” pungkas Ruhut Sitompul.
Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman belum menjawab terkait pernyataan Cak Nun yang akan menurunkan Jokowi.
Respons ancaman Cak Nun juga ditanggapi Politikus, Ferdinand Hutahaean. Menurut dia, yang diucapkan Cak Nun tak perlu ditanggapi serius dan masyarakat cukup menertawakannya. Sebab, ia sudah sering mendengar hal tersebut keluar dari Eks pentolan FPI Habib Rizieq Shihab.
“Omongan begini sudah biasa keluar dari Cak Nun dan Rizieq Sihab, tp cm sebataas kata2 yang tak pernah bs diwujudkan. Biarlah mulutnya berkoar2, tak perlu kita tanggapi seriys, cukup tertawakan saja,” cuitnya dalam akun Twitternya, dilihat, pada Selasa (16/02/2021).
Darurat
Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, mengancam akan menurunkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bila Indonesia berada dalam kondisi darurat. Dikutip dari rekaman suara yang beredar di media sosial, salah satunya di Youtube Ayo Berbagi Ilmu, Cak Nun juga mengaku tidak mempercayai Indonesia.
“Saya ini sebenarnya tidak percaya dengan Indonesia. Tapi Anda jangan marah,” kata Cak Nun yang dilihat pada Rabu (17/2/2021).
Mulanya, Cak Nun menjelaskan dirinya mencintai Indonesia. Namun, saat itu, Cak Nun menganalogikan hubungan cinta yang pasang surut, bak seseorang yang sedang ‘ngambek’ dengan pasangannya. “Sebenarnya saya mulai tahun ’98 ngambek berat, sakit hati luar biasa, tapi aku tetap cinta,” kata Cak Nun dalam rekaman video tersebut.
Cak Nun kemudian mengaku bahwa dirinya termasuk orang yang ikut menurunkan Presiden Soeharto pada tahun 1998. Bukan tidak mungkin dirinya akan kembali melakukan hal tersebut jika Indonesia dalam keadaan darurat.
“Saya ingin melakukan itu lagi pada suatu hari. Kalau sudah darurat saya akan turunkan (presiden) lagi,” ujar Cak Nun.
Saat 1998 lalu, Cak Nun mengaku kecewa dengan gerakan reformasi yang pada akhirnya menurunkan Soeharto saat itu. Ia mengatakan Indonesia malah lebih rusak justru setelah memasuki era reformasi.
“Saya tidak berpolitik, tidak cari jabatan juga, tapi saya serius nurunin Soeharto. Ternyata bukan reformasi yang terjadi. Sekarang lebih rusak dari jaman Pak Harto. Kalau mau ngomong terus terang,” kata dia. Hanter/Red/Bem
*Sumber : harianterbit.com