Penulis: Efran Syah, (*)
Lapan6online.com : Rudal balistik antarbenua atau ICBM (intercontinental ballistic missile) adalah rudal balistik yang dipandu (guided) dengan jangkauan minimal 5.500 kilometer. ICBM utamanya dirancang untuk mengirimkan satu atau lebih hulu ledak nuklir.
Bagaimana cara kerja rudal balistik antarbenua? Jawabannya tergantung pada jenis rudalnya, tetapi sebagian besar rudal ini diluncurkan dari peluncur di darat, baik dari kendaraan peluncur mobile atau dari silo (lokasi peluncuran statis).
Setelah diluncurkan, ICBM akan melakukan perjalanan ke luar angkasa dan akhirnya masuk kembali ke atmosfer Bumi, kemudian jatuh dengan cepat sampai mengenai target.
Hingga saat ini, belum ada negara yang telah meluncurkan ICBM sebagai tindakan serangan terhadap negara lain, meskipun beberapa negara pemilik ICBM masing-masing telah menguji cobanya dalam latihan.
Rudal balistik antarbenua, sesuai dengan namanya, dapat melakukan perjalanan dari satu benua ke benua lain. Setelah diluncurkan, ICBM terbang parabola, seperti lintasan (trajektori) bola bisbol yang terbang di udara. Sama seperti bisbol, ICBM dapat diluncurkan dari berbagai sudut, bahkan dengan sudut yang lurus.
Muatan ICBM akan sangat berpengaruh pada jangkauannya. Semakin besar muatannya, akan semakin mengurangi jangkauannya. Itulah mengapa ICBM akan sangat efisien apabila bermuatan hulu ledak nuklir, yang ringan namun daya ledaknya luar biasa.
Tiga tahap
Saat lepas landas, ICBM memasuki tahap dorongan (boost). Selama tahap ini, roket mengirim ICBM ke udara, mendorongnya ke atas selama sekitar 2 hingga 5 menit hingga mencapai angkasa. ICBM dapat memiliki hingga tiga tahap roket. Masing-masing roket akan dibuang (atau dilepaskan) setelah pembakaran. Dengan kata lain, setelah pembakaran roket tahap pertama berhenti, roket nomor 2 yang melanjutkan pembakaran dan penerbangan, dan seterusnya.
Selain itu, bahan bakar roket ini dapat berupa propelan cair atau padat. Propelan cair umumnya membakar lebih lama dalam tahap dorongan ketimbang roket propelan padat. Tetapi, roket propelan padat akan memberikan energi yang besar dalam waktu yang singkat karena pembakarannya yang lebih cepat.
Baik propelan cair maupun padat akan sama jauhnya dalam mengirimkan roket. Tetapi, bagi negara yang baru mengembangkan ICBM akan lebih menyukai propelan cair karena teknologinya masih lebih mudah dipahami. Ketika sudah berhasil dengan propelan cair, mereka pindah ke propelan padat untuk mendapatkan waktu pembakaran yang lebih singkat. Ini juga untuk menghindari bahaya berurusan dengan propelan cair yang beracun dan mudah terbakar (kecelakaan).
Pada tahap kedua, ICBM memasuki ruang angkasa sesuai lintasan balistiknya. ICBM akan terbang sangat cepat ketika di ruang angkasa, mungkin bisa mencapai 30 ribu km/jam ini karena fakta bahwa tidak ada hambatan udara di luar angkasa.
Lintasan rudal balistik antar benua
Pada tahap ketiga, ICBM kembali memasuki atmosfer bumi dan kemudian mengenai targetnya hanya dalam hitungan beberapa menit. ICBM yang memiliki pendorong roket akan lebih dalam menyesuaikan diri terhadap targetnya. ICBM juga harus memiliki perisai panas yang tepat, karena panas yang intens yang didapati ketika ICBM memasuki kembali atmosfer dapat membakar dan menghancurkannya.
Negara-negara pemilik ICBM – seperti Amerika Serikat, Rusia, China, Korea Utara, dan India – memang belum ada yang menembakkannya dalam serangan yang disengaja terhadap negara lain. Tetapi uji coba sudah menunjukkan bahwa mereka semua mampu melakukannya. Jika negara-negara pemilik ICBM saling serang dengan hulu ledak nuklir, tidak terbayang dampak kerusakan dunia yang akan dibuatnya. (fr)
*Penulis adalah Penulis artikel di Blog Artileri.org