Jakarta, Lapan6online : Sedikitnya 15 jenazah positif corona dimakamkan di TPU Pondok Ranggon setiap harinya dari pertengahan Maret sampai tanggal 1 April 2020. Itu jika merujuk pada keterangan Nali (45) salah satu petugas pemakaman dari Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur yang bertugas memakamkan jenazah korban virus corona baru, Covid-19.
Data meningkatnya jumlah kematian akibat Covid-19 itu dinilai tidak sinkron dengan data yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Hal ini pun dipertanyakan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Orang nomor 1 Jakarta ini curiga ada data kematian COVID-19 yang disembunyikan pemerintah pusat. Sebab, angka warga Jakarta yang dimakamkan meningkat tajam di bulan Maret 2020.
Menurut data yang dilansir situs channelnewsasia.com (4/4/2020) yang dikutip Lapan6online dari Situs Gelora.co disebutkan, pada Maret 2020, ada 4.400 warga DKI Jakarta yang dikubur di Jakarta. Itu berdasarkan data dari Dinas Pemakaman DKI Jakarta (sekarang menjadi Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta yang menangani Pemakaman). Sedangkan pada Maret 2019, sebelum adanya COVID, angka yang dimakamkan cuma 3.100 orang.
Sementara itu, data korban jiwa akibat COVID-19 di kota Metropolitan ini adalah 971 kasus dan yang meninggal dunia 90 orang meskipun tidak ada epidemi baru yang dilaporkan di Jakarta selama periode tersebut dan juga tidak ada bencana alam besar.
Sayangnya angka-angka dari Dinas itu tidak mengidentifikasi penyebab kematian. Belum diketahui pula apakah kematian juga diakibatkan penyakit lain, seperti demam berdarah dengue yang juga tengah mewabah di Indonesia atau penyakit lain.
Anies mencurigai jumlah infeksi dan kematian di Jakarta telah dilaporkan itu karena lewat kualitas pemeriksaan yang dianggap terendah di dunia.
“Ini sangat mengganggu,” kata Anies Baswedan merujuk pada statistik pemakaman.
“Aku berusaha untuk menemukan alasan lain selain kematian COVID-19 yang tidak dilaporkan.” kata dia.
Seorang staf kantor Gubernur DKI Jakarta mengklaim mendapat laporan dari staf rumah sakit di Jakarta bahwa ada tubuh 438 orang yang mereka duga meninggal karena COVID-19 antara 6 Maret-2 April 2020.
Sementara itu, Achmad Yurianto, seorang pejabat senior Kementerian Kesehatan, membela sistem pelaporan dan pengujian yang diragukan keakuratannya itu. Ia mengatakan pemerintah pusat mendasarkan data pada hasil lab menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) yang akurat.
Tidak ada penjelasan lain soal itu, dan Achmad tak mau menanggapi soal melonjaknya angka pemakaman, terutama di DKI Jakarta.
(*/RedHuge/Lapan6online)