Kapitalisme Liberal dan Penderitaan Rakyat

0
6
Fauziah, S.Pd/Foto : Ist.

OPINI | EDUKASI

“50% penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (hidden hunger). Hal itu disebabkan kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A dan zat gizi mikro lainnya,”

Oleh : Fauziah, S.Pd,

KEMISKINAN kian merajalela di mana-mana. Miris sekali, melihat kondisi rakyat yang tak habis-habisnya dihantam penderitaan ekonomi.

Baru-baru ini seperti ditulis kompas.com (15/09/2022), enam warga Baduy di Kabupaten Lebak, Banten meninggal akibat penyakit tuberkulosis dan DBD. Karena keterbatasan ekonomi mereka harus menderita penyakit tersebut dantidak bisa berobat.

Begitu pula yang terjadi dengan warga kampung Haur Seah, Cipicung, Banyuresmi, Garut yang bernasib pilu karena rumahnya dirobohkan oleh rentenir akibat tak bisa melunasi utang senilai Rp 1,3 juta seperti diberitakan detik.com (17/09/2022).

Bukan hanya itu, mediaindonesia.com (18/09/2022) menulis bahwa krisis kelaparan juga terjadi di negri yang gemah rifah lohjinawi ini. Bagai itik mati di lumbung padi.

GURU Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University Drajat Murtianto mengungkapkan bahwa 50% penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (hidden hunger). Hal itu disebabkan kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A dan zat gizi mikro lainnya.

Bayangkan, betapa berat hidup di zaman sekarang dibarengi harga barang meroket sedangkan pendapatan tetap dan sedikit. Bagaimana nasib mereka yang hidup dengan banyak anggota keluarga?

Dapatkah hidup mereka sejahtera? Jangankan demikian, untuk makan enak, sekedar pengganjal perut pun rakyat tak bisa. Akibat lapangan pekerjaan tidak ada. Alhasil, banyak rakyat kelaparan. Padahal kalau dipikir-pikir negara kita ini adalah negara produsen beras terbesar ketiga dunia. Sangat miris bila masih ada rakyat kelaparan.

Inilah potret kehidupan rakyat miskin di negri kita ini. Akibat negara membuat kebijakan yang tidak Memihak rakyat. Kapitalisme sekuler ini benar-benar telah menyengsarakan rakyat.

Kesehatan, pendidikan, kebutuhan pangan itu sejatinya gratis karena merupakan kewajiban dan tanggung jawab negara. Namun faktanya dibebankan kepada rakyat dengan pendapatan yang tidak seberapa.

Di samping pemerintah kurang serius dalam meningkatkan taraf hidup rakyatnya, sistem pengelolaan sumber daya alam milik umum pun dikelola swasta atau diprivatisasi.

Hal tersebut dapat terjadi karena sistem yang diterapkan saat ini adalah kapitalisme liberal yang menjunjung nilai kebebasan termasuk kebebasan hak milik. Akibatnya, rakyat yang tidak memiliki modal tergerus oleh pemilik modal. Si kaya tambah kaya dan si miskin semakin sengsara. Penerapan UUD Dasar pasal 33 yang mengatur soal kekayaan negara ITU hanya isapn jempol belaka. Beginilah dampak diterapkannya kapitalisme liberal yang merusak tatanan ekonomi dan kehidupan.

Untuk keluar dari penderitaan berkepanjangan ini, maka saatnya manusia kembali kepada sistem yang berasal dari sang pencipta. Sistem yang bisa menyelamatkan manusia dari segala petaka dan memberikan solusi menyejahterakan.

Oleh karena itu, satu-satunya yang bisa memberikan angin segar adalah Islam sebagai sistem yang paling tepat bagi kehidupan manusia di muka bumi ini.

Dengan konsep islam yang rahmatan lil aalamiin, persoalan pelik pangan dan persoalan lainnya akan selesai secara tuntas termasuk dalam kaitan mengelola sumber daya alam tanpa perlu memberikan pengelolaannya kepada asing.

Sungguh kekayaan bumi pertiwi ini melimpah dan tentu mampu untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya.

Islam memiliki visi ketahanan pangan yang jelas, visi ini diarahkan pada 3 target yaitu, 1) ketahanan pangan untuk konsumsi harian, 2) ketahanan pangan untuk kondisi krisis serta 3) ketahanan pangan untuk kebutuhan jihad.

Dengan visi inilah Islam memaksimalkan semua potensi pertanian dalam negeri untuk membangun ketahanan pangan tanpa tergantung pada negara asing.

Demikianlah Islam menangani kemiskinan. Sistem ini telah terbukti berhasil selama 13 abad di era keemasan Islam dahulu dengan keshahihan visinya yang berpegang teguh terhadap aturan ilahi.

Pertanyaannya, masihkah kita berharap pada kapitalisme sedang di depan mata sistem Islam menawarkan solusi yang mulia? Wallahu a’lam. [*GF/RIN]

*Penulis Adalah Aktivis As Syifatul Ummah & Pendidik