Meksiko, Lapan6online.com : Sejumlah pria bersenjata membunuh sembilan orang yang terdiri dari wanita dan anak-anak dalam serangan paling berdarah terhadap warga Amerika Serikat di Meksiko selama bertahun-tahun terakhir.
Insiden itu mendorong Donald Trump menawarkan bantuan kepada negara tetangga AS itu untuk bersama-sama membasmi kartel narkoba yang diyakini berada di balik serangan tersebut.
Sembilan orang yang terbunuh dalam serangan pada Senin (4/11) di perbatasan Chihuahua dan Negara Bagian Sonora adalah anggota keluarga berdarah AS-Meksiko. Mereka tergabung dalam komunitas Mormon yang menetap di perbukitan di utara Meksiko sejak beberapa dekade lalu.
Sebuah rekaman video yang tersebar di media sosial menunjukkan sisa-sisa kendaraan yang hangus dan penuh dengan lubang peluru. Kendaraan itu diduga ditumpangi oleh para korban ketika serangan terjadi.
“Nita dan empat cucu saya dibakar dan ditembak,” ujar suara seorang pria.
Dia merujuk pada Rhonita LeBaron, salah satu dari tiga wanita yang tewas dalam serangan tersebut. Anggota keluarga Nita lainnya, Julian LeBaron, menyebut peristiwa itu sebagai pembantaian. Dia menyatakan, sejumlah anggota keluarga dibakar hidup-hidup.
Dalam sebuah pesan singkat kepada Reuters, Julian menyatakan bahwa selain tiga wanita, empat anak laki-laki dan dua anak perempuan juga terbunuh. Sejumlah anak yang melarikan diri dari serangan itu hilang selama berjam-jam di wilayah pedesaan sebelum ditemukan.
Julian menyebut, belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas penembakan itu. “Kami tidak tahu mengapa ini terjadi, meskipun mereka sempat menerima ancaman tidak langsung. Kami tidak tahu siapa yang melakukannya,” kata dia.
Lima anak-anak yang berhasil melarikan diri dan terluka akibat insiden itu diterbangkan ke rumah sakit di Tucson, Arizona, dan seorang anak lelaki dalam kondisi kritis dipindahkan ke rumah sakit di Pheonix.
Menteri Keamanan Meksiko Alfonso Durazo mengatakan kesembilan korban, yang bepergian menggunakan beberapa kendaraan jenis SUV, bisa jadi tewas akibat kekeliruan identitas mengingat banyaknya konfrontasi antara geng-geng narkoba yang berperang di daerah itu.
Namun, keluarga besar LeBron dikenal sering berkonflik dengan para penyelundup narkoba di Chihuahua. Kerabat korban lainnya meyakini bahwa para pembunuh mengenali target mereka.
“Keluarga itu sudah berada di sini selama lebih dari 50 tahun. Tidak ada orang yang tidak mengenal mereka. Siapa pun yang melakukan ini, melakukannya dengan sadar,” kata anggota keluarga lainnya, Alex LeBaron.
Alex menyebut bahwa seluruh korban tewas merupakan warga AS, dan sebagian besar memiliki kewarganegaraan ganda Meksiko. Mereka diserang saat tengah dalam perjalanan.
Jaksa penuntut di Sonora, tempat mayat ditemukan di tiga lokasi terpisah, mengatakan anggota keluarga yang disergap telah berencana untuk melakukan perjalanan ke AS melalui Chihuahua.
Mayat seorang wanita dan empat anak yang hangus terbakar ditemukan di dalam kendaraan Chevrolet Tahoe di dekat Desa San Miguelito. Sementara itu, jasad seorang wanita dan dua anak ditemukan di dalam Suburban sekitar 18 kilometer jauhnya dari wilayah pertama. Jasad wanita ketiga ditemukan sekitar 15 meter dari Suburban, dekat perbatasan Sonora-Chihuahua.
Pihak berwenang sedang menyelidiki apakah seorang pria yang ditangkap di Agua Prieta, Sonora, dengan senjata dan amunisi kemungkinan terlibat dalam pembantaian itu.
Trump desak perang lawan kartel narkoba
Trump memuji Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador karena telah memerangi kekerasan kartel narkoba. Namun, dia berpendapat bahwa masih banyak yang harus dilakukan.
“Ini adalah waktu bagi Meksiko, dengan bantuan AS, untuk berperang melawan kartel-kartel narkoba dan menghapus mereka dari muka bumi,” twit Trump menanggapi pembantaian tersebut.
Setelahnya, dia dan Lopez Obrador dilaporkan berbicara via telepon. Trump menawarkan bantuan untuk memastikan agar para pelaku diadili. Sebelum berbicara dengan Trump, Lopez Obrador menolak usulan Trump dan menyebutnya sebagai intervensi pemerintah asing.
Pemerintah Meksiko telah melibatkan militer dalam perang melawan kartel narkoba sejak 2006. Akan tetapi, kampanye itu tidak berhasil mengurangi kekerasan kartel narkoba dan justru memicu lebih banyak perang antarkelompok kriminal.
Falko Ernst, analis senior untuk International Crisis Group di Meksiko, mengatakan bahwa twit Trump menunjukkan dia kemungkinan akan menekan Meksiko terkait isu keamanan, terutama menuju Pilpres AS pada 2020.
“Jika dia menggunakan seluruh kekuatannya, seperti yang telah kita lihat dengan isu migrasi, maka sangat sedikit yang bisa dilakukan pemerintah Meksiko untuk mempertahankan posisinya,” kata Ernst.Petisi UI Pecat Ade Armando Tembus 24 Ribu Orang
Jakarta, Lapan6online.com : Petisi ‘Universitas Indonesia Pecat Ade Armando’ yang dibuat oleh Nadine Olivia di situs change.org, sudah tembus ditandangani oleh 21 ribu pemilik akun.
Petisi tersebut dibuat lantaran Ade Armando sebagai dosen UI dinilai kerap melontarkan pernyataan yang membuat kegaduhan.
Melansir situs Gelora.co, petisi ‘Universitas Indonesia Pecat Ade Armando’ itu dibuat oleh seseorang pemilik akun bernama Nadine Olivia dan ditujukan kepada UI, Menristekdikti, serta DPR RI selaku pengambil keputusan.
Sejak dibuat pada Senin 4 November hingga Rabu (6/11/2019) pukul 09.30 WIB, setidaknya petisi ‘Universitas Indonesia Pecat Ade Armando’ itu telah ditandatangani oleh 21.308 pemilik akun.
Dalam penjelasannya, Nadine menilai selaku intelektual dan dosen Fakultas FISIP Universitas Indonesia, Ade Armando sering melontarkan pernyataan yang membuat gaduh, resah, hingga berpotensi memecah belah masyarakat.
Nadine pun berharap melalui petisi tersebut pihak UI dapat menindak tegas Ade Armando. “Kami menggalang dukungan dari masyarakat melalui petisi dengan tujuan agar Universitas Indonesia memecat Dr Ade Armando M.Sc sebagai dosen di Universitas Indonesia,” tulis Nadine.
Selain menajdi dosen UI, Ade Armando juga dikenal sebagai pengamat komunikasi dan merupakan pendukung pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin di Pilpres 2019 lalu.
(red-lapan6online.com)