OPINI | POLITIK
“Negara harus mengayomi, karena generasi butuh peran maksimal dari sebuah negara. Negara harus memfasilitasi semua yang generasi butuhkan dalam proses pembentukan jati diri untuk menjadi generasi yang benar-benar taat dan bertakwa,”
Oleh : Puji Sartika
SISTEM kapitalis semakin merusak generasi sebagai tombak perubahan peradaban Islam. Pergaulan remaja sekarang sudah terlalu jauh dari ajaran agama, mereka bergaul dengan sesuka mereka, bahkan mereka tidak ingin di atur oleh agama. Mereka ingin bebas tanpa terikat dengan syariat.
Padahal kebebasan yang mereka inginkan bisa merusak pemikiran dan perilaku mereka.
Kapitalis telah berhasil mengubah generasi yang rapuh akan jati diri, generasi yang mudah terbawa oleh arus trend masa kini, yang suka aktualisasi diri terhadap hal yang sia-sia. Fenomena pergaulan bebas ini merupakan problem yang sangat berbahaya karena disebabkan dari sistematis. Banyak sekali faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah ini, yang mana semua faktor itu saling berkaitan.
Pergaulan bebas yang saat ini sedang dilakoni oleh generasi sekarang, sangatlah berbahaya, selain bisa merusak diri juga bisa merusak pemikiran. Generasi sekarang sudah terlalu bebas sehingga mereka kebablasan. Mereka pikir aturan yang di buat oleh Sang Ilahi hanya bisa membuat mereka terkekang oleh aturan tersebut. Padahal sebenarnya kebebasan itu seharusnya di atur untuk menjaga kebebasan tersebut, agar tidak terjadi kebrutalan dan anarkis.
Lalu bagaimana kita menyikapi kondisi yang rusak saat ini? Mengingat pentingnya generasi sebagai tombak perubahan peradaban Islam. Generasi saat ini haruslah ditanamkan kepada mereka tentang jati diri sebagai seorang muslim, agar mereka paham makna dari kata mukmin dan tidak latah mengikuti trend yang beredar saat ini, tanpa berpikir terlebih dahulu tentang baik dan buruknya, selagi menurut mereka itu asyik dan menyenangkan, maka hal itu yang akan di ikuti mereka.
Pembentukan jati diri bisa kita tanamkan melalui penanaman akidah yang dilakukan secara intensif. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul, para sahabat dibina di rumah Arqom bin Abi Arqom. Mereka akan diarahkan dan dididik agar terbentuk kepribadian Islam, yang taat dan patuh kepada Sang Pencipta dan Sang Pengatur.
Pembentukan jati diri bisa juga dari keluarga, karena keluarga bisa jadi fungsi yang pertama dan paling utama untuk menguatkan para generasi yang rapuh, peran orang tua sangat berpengaruh agar pondasi generasi semakin kuat dan kokoh untuk menjadi generasi yang taat.
Orang tua harus senantiasa menasehati anak-anaknya tentang agama Islam, agar anak-anaknya senantiasa mengingat akan nasehat dari orang tuanya. Anak yang dididik dengan pemahaman Islam akan berbeda dengan anak yang dididik oleh kapitalis.
Perbedaan ini akan terlihat dari perilaku dan tata bahasanya. Jika sudah demikian maka keimanan akan menancap kuat pada diri anak, dan anak akan kuat menghadapi tantangan zaman. Inilah kesempatan kita bagi orang tua untuk menguatkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupannya. Sebab secara fitrah anak masing-masing memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan mengikuti kebaikan.
Ciptakan rasa cinta dan kasih sayang di dalam rumah agar si anak mendapatkan kenyamanan di dalam rumah. Sehingga si anak tidak perlu lagi mencari kenyamanan di luar rumah.
Seperti yang di ajarkan Fatimah r.a. kepada anak-anaknya Hasan dan Husein, beliau memiliki lima konsep dalam pendidikan, yakni:
- Cinta dan kasih sayang
- Berkepribadian yang baik
- Beriman dan bertakwa
- Taat pada aturan dan menghormati hak orang lain
- Aktif dalam berolah raga atau bergerak
Konsep-konsep ini sangatlah cocok untuk kita terapkan di masa sekarang, bagi para ibu yang sedang mendidik anaknya. Selain keluarga, masyarakat juga berpengaruh dalam pembentukan jati diri generasi saat ini, kepedulian masyarakat akan nasib generasi sangatlah penting, karna faktor lingkungan bisa merubah pola pikir generasi saat ini. Apalagi di zaman sekarang sangat sedikit lingkungan yang benar-benar menganut ajaran Islam, tidak usah jauh-jauh seperti di lingkungan tempat tinggal kita. Bahkan tetangga kita saja ada yang melarang anak-anak tetangga lainnya untuk tidak mengaji. Sungguh miris bukan!
Kita hidup di dunia ini yang di atur oleh pemerintahan negara, jadi peran negara juga sangatlah penting untuk berkembangnya para generasi saat ini. Negara harus mengayomi, karena generasi butuh peran maksimal dari sebuah negara. Negara harus memfasilitasi semua yang generasi butuhkan dalam proses pembentukan jati diri untuk menjadi generasi yang benar-benar taat dan bertakwa.
Agar generasi bisa memiliki pemikiran yang cemerlang dengan ideologi yang benar. Jika negara sudah tidak mau memperhatikan generasi emas, maka apa yang akan terjadi? Seperti yang kita ketahui, banyak kriminal di luaran sana, pelakunya adalah anak di bawah umur. Apalagi anak-anak sekarang sangatlah bebas menggunakan gadget atau handphone. Mereka membuka situs-situs yang mengandung pornografi. Mereka pun penasaran dengan aktivitas yang di lakukan orang dewasa tersebut, akhirnya mereka melakukannya.
Tidak hanya anak di bawah umur, anak remaja pun juga sudah terbiasa dengan melakukan hubungan terlarang dengan pasangannya, kemudian hamil. Kasus seperti ini tidak hanya satu atau dua orang saja, ada yang setelah tahu dia hamil malah di bunuh oleh pasangannya, ada yang milih aborsi, ada juga yang milih melahirkannya lalu di buang. Sehingga banyak berita tentang penemuan bayi yang dibuang. Bila sudah begini apakah pemerintah telah berhasil membentuk generasi dengan karakter Islami?
Kapitalis sangat berbeda jauh dengan Islam. Islam tahu apa yang sebenarnya generasi butuhkan, Islam akan memberikan layanan sesuai dengan usia mereka. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, ‘didiklah anak sesuai dengan zamannya’, karna mereka hidup bukan seperti di zamanmu.
Islam adalah agama sempurna yang universal (menyeluruh), Islam telah mengatur tata cara dan batasan dalam bergaul. Pergaulan sangatlah berpengaruh dalam kehidupan mereka. Maka pentingnya anak dari kecil sudah dibiasakan hidup dengan aturan, agar anak tidak merasa terkekang dengan adanya aturan tersebut, dan yang pasti aturan itu harus berasal dari aturan Ilahi.
Selayaknya Al-Qur’an menerangkan, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberikan pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman [31]: 13)
Nabi Ibrahim as dan Nabi Yaqub as pun pernah berwasiat kepada anak-anaknya agar teguh memegang akidah Islam karena hal ini sangat fundamental. Al-Qur’an menerangkan,
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yaqub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku? ‘Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya’. (QS Al-Baqarah [2]: 132–133)
Alm. KH. Zainuddin MZ juga berpesan dalam salah satu tausiahnya, “Didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam batinnya, meresap sampai ke tulang sumsumnya, yang tidak akan sampai pun nyawa berpisah dari badannya, akidah itu tidak akan terpisah dari hatinya. Bahkan dia sanggup dengan tegar berkata, ‘lebih baik saya melarat karena mempertahankan iman dari pada hidup mewah dengan menjual akidah.”
Islam mengajarkan bahwa pembentukan kepribadian yang utuh pada anak tidak lepas dari peran negara, dan ini sebenarnya yang pengaruhnya paling besar dan kuat dalam pembentukan kepribadian baik pada anak.
Negara yang memegang kekuasaan untuk menciptakan lingkungan positif bagi anak. Negara yang berkuasa mencegah masuknya konten-konten pornografi dan pornoaksi di masyarakat. Negara yang bisa membuat peraturan tertulis seperti undang-undang dan lainnya dalam mengatur interaksi sosial, memberikan hukuman tegas atas pelaku pelanggaran hukum syariat, dan sebagainya. Ini semua berpengaruh besar dalam menanamkan akidah pada anak.
Oleh karena itu, sinergisitas antara peran individu, lingkungan (masyarakat), dan negara betul-betul dibutuhkan agar visi besar mengukir batu peradaban yang gemilang dapat terwujud. Wallahualambissawab. (**)
*Penulis Adalah Aktivis Muslimah
Disclaimer :
Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan Lapan6Online.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi Lapan6Online.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.