Kejiwaan Istri Bermasalah, Salah Siapa?

0
169
Furjihan, S.Pd,/Foto : Ist.

OPINI

“Ia merasa kekurang ekonomi, kurang kasih sayang dan kurang perhatian dari suaminya dikarenakan jarang pulang, lalu ucapnya “saya cuman pingin disayang sama suami”

Oleh : Furjihan, S.Pd,

BELUM lama ini dunia maya dan dunia nyata digegerkan dengan viralnya kabar yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Seorang ibu muda yang tega membunuh 1 anak dan melukai 2 anak lainnya dengan cara menggorok leher korban menggunakan pisau karter.

Dia adalah seorang MUA artis yang terkenal dengan ketelatenannya yang memiliki sikap pendiam. Ibu muda ini bernama Kunti Utami, umur 35 tahun tinggal di Desa Tonjong, Brebes, Jawa tengah.

Tanpa rasa bersalah ia mengaku tidak gila, ia melakukan ini karena ada bisikan bahwsannya jika ingin menyelamatkan dan melepaskan anak- anaknya dari beban penderitaan dan kesedihan maka ia harus membunuhnya.

Dengan kematianlah tidak akan lagi merasakan namanya hidup susah, menderita dan kesedihan seperti yang ia alami. Dan ia merasa kekurang ekonomi, kurang kasih sayang dan kurang perhatian dari suaminya dikarenakan jarang pulang, lalu ucapnya “saya cuman pingin disayang sama suami”.

Menurut Reza Indra Giri Amriel seorang Ahli psikologi Forensik, beliau menyarankan agar pihak kepolisian agar menindak lanjuti kejiwaan ibu Kunti karena tidak mungkin cuma gegara kekurangan ekonomi dia tegak menghabisi nyawa anaknya secara sadis, kemungkinan ada masalah kejiwaannya/psikolog abnormal. (Republika, 20/3/2022).

Senada dengan pendapat Ahli psikologi yakni Nisfie M. Hoesein tentang kasus pembunuhan yang dilakukan oleh ibu Kunti bahwasannya ada 5 motif pembunuhan orang tua terhadap anaknya yang melatarbelakangi tindakannya yang sangat dominan adalah gangguan kejiwaan karena sebelumnya melakukan aksinya ibu Kunti mendengar bisikan agar anaknya dilenyapkan saja. Hal ini ditunjukan dengan sikap Kunti yang merasa bersalah atau menyesal.

Ditambah lagi penyebab ibu Kunti melakukan tindakan tersebut karena tidak adanya dukungan dari suami karena sejatinya setiap istri membutuhkan support system (dukungan) untuk mengasuh, mendidik dan menjaga anak-anaknya. Sementara itu dia lakukan tugas yang ganda dimana harus bekerja, menjaga anak sendirian tidak ada tempat mengadu, ada keluarga tapi tidak peduli. (CNN Indonesia, 22/3/2022).

Kita diciptakan berpasangan untuk saling melengkapi bukan mengedepankan egoisme. Setiap pasangan harus sadar akan hak dan kewajiban masing-masing.

Suami harus tau bahwa mencari nafkah, melindungi istri dan anak adalah tugasnya bukan dibebankan hanya kepada istri saja. Bagaimana seorang istri tidak terganggu kejiwaanya jika kewajiban sebagai suami dan istri ditanggung sendiri oleh istri.

Ingatlah bahwasanya suami adalah pemimpin keluarga yang harus mengayomi, melindungi dan mengasihi istri dan anak-anaknya. Jika engkau salah dalam kepemimpinanmu maka akan berakibat fatal. Istri ibarat tulang rusuk jika engkau sekaligus meluruskan maka akan patah, begitu dengan hatinya jika engkau tidak berlemah lembut dengan istrimu maka kehancuran akan datang dan dosa merajalela.

Masalah kejiwaan bisa mengintai siapa saja yang dikehendaki. Jika kesadaran kita kurang akan peran sebagai seorang istri dan suami.

Maka dari itu mainkankan peranmu masing-masing dan saling kasih – mengasihi, menjaga istri dan suami dari perbuatan dosa serta tingkatkanlah pemahaman melalui kajian-kajian Islam.

Dimana Islam memiliki berjuta – juta solusi dalam mengatasi semua problem, seperti tertuang dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Cukup gamblang penjelasan jika engkau mengasihi pasanganmu maka jagalah keluargamu dalam artian istri dan anak-anakmu dari perbuatan dosa karena sesungguhnya hari pembalasan itu amat pedih dan mengerikan.

Islam mewajibkan kita memberikan rasa kasih sayang dan ketenangan seperti yang diwahyukan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan -Nya diantaramu rasa kasih sayang dan Rahmat. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Jikalau engkau mengasihi istrimu maka perlakukanlah dia dengan baik jangan menelatarkan dan membebankan semua tanggung jawab padanya. Sebab keberkahan akan datang jika engkau perlakukan istrimu dengan baik. Dan pegang teguhlah aturan Allah dengan komitmen pernikah untuk menggapai ridho Allah.

Islam juga mempunyai solusi masalah kejiwaan yakni dianjurkan jangan khawatir dalam artian pasrah menerima dan menjalani ujian dari Allah selama ia masih berbuat kebaikan. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 112 ”(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Allah dan tidak ada kekhwatiran terhadap mereka dan tidak (pula)bersedih hati”.

Selanjutnya Meneguhkan keimana juga berperan penting untuk menjaga dan mengatasi masalah kejiwaan. Dengan meneguhkan keimanan dan tawakal akan membuat pemikiran kita jernih dari ilusi dan angan-angan sehingga terbebas dari khayalan. Hilangkan rasa cemas dan kekhwatiran akan hal buruk yang akan menimpa kita karena hanya Allah-lah sebaik-baiknya pengatur semua urusan kita dan semua yang terjadi dengan kita atas kehendak-Nya.

Berpegang teguhlah dengan aturan Allah dan menjalankan semua perintah dan meninggalkan larangan-Nya sembari berdoa agar diberikan yang terbaik atas ujian yang dihadapi.

Didalam Islam, negara juga akan turun andil menerapkan aturan yang mampu mengatasi masalah keluarga dimana khilafah yang bertugas sebagai perisai atau pelindungi anak-anak, wanita dan semua lapisan masyarakat yang akan memberikan kemakmuran yang hakiki tanpa membeda-bedakan status dan kedudukan. Wallahu a’lam bi shawab. [*GF/RIN]

*Penulis Adalah Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini