Kembalikan Tanah Palestina Seperti Saat Khilafah Berjaya

0
36
Foto : Net

OPINI | POLITIK

“Liga Bangsa-Bangsa menetapkan kewajiban mandat Inggris di Palestina, termasuk menjamin “pendirian rumah nasional Yahudi,” yang nantinya menjadi Israel,”

Oleh : Nidya Lassari Nusantara

DILANGSIR dari CNBC International pada Selasa (10/10/2023).Korban Tewas Lebih dari 1.500 Orang Jumlah korban tewas akibat kekerasan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas telah melampaui 1.500 orang.

Menurut layanan kesehatan Palestina dan Israel, lebih dari 900 orang tewas dan 2.600 orang terluka di Israel dan setidaknya 687 orang tewas dan 3.700 orang terluka di Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan dia telah menginstruksikan militer untuk mengepung Gaza, sebuah kata yang jarang diucapkan didepan umum oleh pejabat Israel.

“Saya telah memerintahkan pengepungan total dijalur Gaza. Tidak akan ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada bahan bakar, semuanya ditutup,” kata Gallant. “Kami memerangi manusia dan hewan dan kami bertindak sesuai dengan hal tersebut.” (CNBCINDONESIA.Com/10 Oktober 2023).

Konflik Israel-Palestina, dimana Hamas melancarkan serangan dadakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel, berakar dari peristiwa pada akhir abad ke-19. Dilangsir dari Voaindonesia.com. Umat Yahudi yang melarikan diri dari antisemitisme di Rusia dan Eropa tengah mulai beremigrasi ke Palestina tahun 1917, umat Yahudi dijanjikan Tanah Air.

Pada tahun 1917, dalam Perang Dunia I, Inggris merebut Palestina dari Kesultanan Utsmaniyah, dalam Deklarasi Balfour pada 2 November, Inggris menjanjikan “rumah nasional bagi orang-orang Yahudi” di sana.

Tantangan dari bangsa Palestina pertama kali muncul pada sebuah kongres di Yerusalem pada tahun 1919. Pada tahun 1922, Liga Bangsa-Bangsa menetapkan kewajiban mandat Inggris di Palestina, termasuk menjamin “pendirian rumah nasional Yahudi,” yang nantinya menjadi Israel. Pada tahun 1947-1948 Palestina dipecah dan Israel lahir.

Palestina dibagi menjadi negara bangsa Yahudi dan negara bangsa Arab melalui Resolusi PBB 181, yang disetujui pada November 1947, sementara Yerusalem berada dibawah kendali internasional. Dalam pembagian tersebut, Tepi Barat termasuk Yerusalem timur diserahkan kepada Yordania, sementara Jalur Gaza kepada Mesir. Negara Israel akhirnya terbentuk pada 14 Mei 1948.

Menurut Lembaga nirlaba Palestinian Prisioners club, pihak Israel telah menahan 2200 warga Palestina sepanjang tahun. Sejak Israel terbentuk sampai sekarang konflik terus terjadi dan entah sampai kapan terus terjadi.

Bagi umat islam, apa yang terjadi di Palestina bukan sekedar persoalan agama tetapi juga persoalan ideologi negara. Akar persoalannya adalah penjajahan yang dilakukan orang – orang kafir dibumi Palestina.

Mengakibatkan kondisi kaum muslim dianggap manusia – manusia tanpa negara. Israel mengklaim sebagai penduduk asli wilayah Palestina. Muslim Palestina dianggap sebagai pendatang bahkan merampas tanah Israel. Faktanya, Pada tahun 637 Masehi. Di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab terjadi perjanjian antara kaum muslimin dengan kaum Nasrani Yerusalem yang ditandatangani oleh Umar bin Khattab, Uskup Sophronius, dan beberapa panglima perang Islam sebagai saksi-saksi, yaitu Khalid bin Walid, ‘Amr bin ‘Ash, Abdurrahman bin ‘Auf dan Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dari perjanjian ini jelaslah kalau tanah Palestina adalah milik kaum muslimin. Maka kewajiban seluruh umat muslim menyelamatkan kaum muslim dan merebut kembali tanah palestina. Sesuai pernyataan Rasulullah SAW:
“Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak boleh menzalimi dan menelantarkan saudaranya.”(HR. Muslim).

Malangnya, paham nasionalisme membuat para pemimpin muslim seperti Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Maroko, Malaysia, Indonesia dan masih banyak lagi tak mampu berbuat aksi nyata seperti umat Muslim dimasa Khalifah Umar. Para penguasa negeri islam tak ada aksi nyata, hanya sekedar mengecam atau mengirim bantuan kemanusiaan. Hal ini sangat difahami zionis Yahudi. Mereka tahu para penguasa negeri islam merupakan boneka – boneka Barat. Di satu sisi mengecam, disisi lain berpelukan erat dengan para zionis.

Turki misalnya, berdasarkan data Trading Economics, Kamis (13/5/2021), ekspor Turki ke Israel pada Maret 2021 meningkat. Angka itu sangatlah fantastis dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Para sekutu Israel juga berperan penting melanggengkan konflik Palestina. Amerika mendukung habis – habisan zionis Israel. Barat juga memahami bahwa nasionalisme berhasil membuat umat islam tidak bersatu, memecah belah umat islam sehingga posisi umat islam lemah. Kelemahan dan ketidak pedulian ini harus segera diakhiri. Mengembalikan tanah palestina kepada umat islam.

Mengakhiri segala penjajahan dinegeri – negeri muslim. Karena saat ini yang dijajah bukan hanya warga Gaza di Palestina, ada juga kaum Kashmir di India, Rohingya di Myanmar, Suku Uighur di Xinjian China. Ini semua menjadi kewajiban umat islam diseluruh dunia. Tentu saja semua ini mustahìl terjadi tanpa Daulah Islamiyah. Kembalikan Palestina seperti dulu dibawah kepemimpinan Khalifah Umar. Kepemimpinan yang suri tauladannya hanya mencontoh Rasulullah SAW. Wallahualam bishawab. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Dakwah