Kemiskinan dan Kelaparan di Tengah Wabah Covid-19

0
59
Nur Aliah SKM/Foto : Istimewa
“Tak ada jaminan masalah akan berakhir. Kemiskinan, kelaparan, penderitaan, akan terus menimpa sebagian besar umat manusia di muka bumi ini. Mengapa?,”

Oleh : Nur Aliah, SKM

Jakarta | Lapan6Online : Guncangan Covid-19 yang belum juga reda, masyarakat kini berjuang melawan covid 19 dan melawan kelaparan yang menghantam. Dilansir oleh TEMPO.CO 23/04/2020 – Lembaga dunia World Food Program mengatakan masyarakat dunia menghadapi ancaman kelaparan besar-besaran dalam beberapa bulan lagi akibat resesi ekonomi yang dipicu pandemi COVID-19 atau virus Corona.

Termasuk sang Zamrud khatulistiwa yang merupakan Negeri kaya dengan sumber daya alamnya, ternyata masih harus kelimpungan dalam menghadapi pandemi ini. Sebelum Covid-19 menyerang, 22 juta penduduk Indonesia sudah mengalami kelaparan kronis. Dan pasca merebaknya pandemi Covid-19, jumlah itu bertambah dengan cepat.

Kisah pak Soleh (36) bersama istri dan seorang bayinya makan nasi aking , ia yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung mengaku selama pandemi penghasilannya menurun drastis bahkan lebih sering pulang ke rumah tanpa membawa uang . (OkeNews.com,03/05/2020)

Warga Serang Yuli (43) sebelum meninggal dunia senin 02 April, sempat selama dua hari bersama keempat anaknya, mereka hanya mengkomsumsi air galong untuk mengatasi lapar. Sebelumnya Yuli sempat melapor ke RT untuk meminta sembako namun pihak aparatur pemerintah tersebut menyatakan belum menerima ada bantuan. (Liputan6.com,22/04/2020)

Kisah di atas hanya sebagian kecil dari data yang sebenarnya terkait kondisi kelaparan yang sangat memilukan. Diawal ditemukannya kasus covid 19 di Cina akhir 2019 pemerintah masih terlihat santai dan masi membuatnya lelucuan barulah ketika kasus pertama di Depok pada Februari lalu ditemukan pemerintah kaget.

Berbagai langkah dan kebijakan telah ditempuh mulai dari mensosialisasikan berbagai protokol pencegahan dan penangan, lalu menetapkan sosial distancing, menggalakkan rapid test di tempat tertentu,belajar di rumah, bekerja dari rumah (WFH), kemudian physical distancing dan penetapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang menimbulkan krisis sosial dan ekonomi.

Untuk mendukung kebijakan itu berbagai stimulus dan subsidi yang digagas pemerintah dirasa kurang tepat. Pelatihan pra kerja yang tak diperlukan, dan adanya pemberian bantuan dengan syarat yang berbelit-belit membuat rakyak semakin prihatin pasalnya untuk mendapatkan haknya masyarakat harus melewati proses yang ribet dan sering kali nampak seperti pengemis di Negara yang melimpah sumber daya alamanya.

Ancaman bahaya kelaparan adalah bukti nyata kegagalan Negara kapitalis. Adanya wabah covid 19 bukan menjadi faktor utama penyebab kelaparan dan krisis ekonomi global tapi sebelum ada wabah ini kemiskinan dan kelaparan sudah menjadi problem yang tak terselesaiakan dalam sistem ekonomi kapitalis.

Kalaupun wabah ini berakhir, tak ada jaminan masalah akan berakhir. Kemiskinan, kelaparan, penderitaan, akan terus menimpa sebagian besar umat manusia di muka bumi ini. Mengapa? Karena dalam desain kapitalisme, hanya segelintir orang yang berhak menikmati kekayaan alam dunia, maka yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Sistem kapitalisme yang diterapkan telah membuat Negara tak bisa lepas dari ketergantungan terhadap dikte asing, kegagalan menetapkan kebijakan secara independen ini menyebabkan gagalnya penangan wabah dan kini keselamatan rakyat menjadi taruhannya.

Bagaimana dengan Islam? Islam datang dengan seperangkat aturan multidimensional yang mengatur manusia dengan manusia yang lain. Perangkat hukum Islam diturunkan Allah Swt dengan tendensi khusus yakni agar ia menjadi rahmat atas seluruh umat manusia. Allah Swt berfirman yang artinya:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (QS al Anbiya [21] : 107).

Penerapan syariat Islam dalam semua aspek kehidupan oleh negara akan memastikan rahmat bagi seluruh alam itu benar-benar mewujud. Islam akan menjamin terhindarnya manusia dari berbagai bahaya termasuk bahaya kelaparan.

Pemimpin dalam Islam akan amanah menjalankan tugasnya karena kesadaran penuh bahwa ia memiliki tugas sebagai raa’iin (pengatur dan pemelihara) dan junnah (pelindung) sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Seorang imam adalah raa’in (pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya), dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Didukung oleh sistem sosial yang dikembangkan syariat Islam menjadikan setiap muslim peduli akan kondisi tetangganya, hingga mereka tahu betul siapakah yang masuk kategori butuh bantuan atau siapa saja delapan ashnaf penerima zakat.

Islam melahirkan sosok-sosok penguasa yang bertakwa kepada Allah, takut kepada-Nya, dan selalu merasa diawasi oleh-Nya hingga membuatnya bersungguh-sungguh berusaha mengurus seluruh urusan rakyatnya.

Sudah masyhur dalam sejarah Islam bagaimana kisah Khalifah Umar Bin Khaththab ra. yang rela memanggul sendiri sekarung gandum demi untuk seorang ibu dan kedua anaknya yang kelaparan, sementara ia sebagai penguasa tak perlu menunggu rakyatnya yang datang mengadu apalagi mengemis untuk mendapatkan haknya.

Negara memenuhi kebutuhan pokok tiap rakyatnya baik berupa pangan, akaian, dan papan. Mekanismenya adalah dengan memerintahkan para laki-laki untuk bekerja (lihat QS al Baqarah [2] : 233) dan menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi mereka.

Adapun di masa wabah Tha’un di Syam, Khalifah Umar bin Khattab dengan tegas menerapkan kebijakan lockdown sehingga rakyat di wilayah terdampak tak bisa keluar dan yang di luar tak bisa masuk.

Dalam kondisi seperti ini maka semua rakyat di wilayah terdampak akan dijamin kebutuhan pokoknya. Seorang pemimpin harus segera mengambil langkah yang tegas demi keselamatan rakyatnya.

Adapun wilayah yang tak terdampak bisa tetap menjalankan aktivitas ekonominya sehingga roda perekonomian bisa berjalan dengan baik.

Negara bisa fokus menyehatkan rakyat yang sakit dan mengedukasi agar yang sehat tidak tertular yang sakit di daerah terdampak.

Penjaminan kebutuhan rakyat dapat dilakukan karena di dalam Islam, sumber daya alam termasuk dalam harta kepemilikan umum dimana pengelolaannya dilakukan oleh negara yang hasilnya dikembalikan sepenuhnya kepada seluruh rakyat dalam bentuk berbagai pelayanan public.

Dengan demikian semua fasilitas dan layanan pendidikan, kesehatan, juga keamanan bisa didapatkan semua rakyat secara murah bahkan gratis. Semua jaminan itu hanya bisa terwujud dengan diterapkannya islam dalam seluruh sendi kehidupan. Wallahua’lam bissawab. GF/RIN/Lapan6 Group

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini