Kenaikan Harga Menjelang Ramadhan Tradisi Buruk Yang Meresahkan

0
5
Nurmaya Sari/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Maka dari keburukan dan kecacatan itu terjadilah berbagai fenomena miris yang menambah luka rakyat semakin lebar, hingga terjadilah keresahan dan ketakutan diberbagai daerah,”

Oleh : Nurmaya Sari

KEDATANGAN ramadhan tinggal menghitung hari, kedatangannya sangat dinantikan oleh kaum muslimin diseluruh penjuru. Karena bulan ramadhan ini adalah bulan mulia, bulan penuh keberkahan, penuh ampunan dan bulannya perjuangan.

Tetapi ada hal yang meresahkan dikarenakan setiap kedatangan nya selalu terjadi kelonjakan harga pangan.

Beberapa bahan pangan pokok meningkat harganya karena permintaan yang melonjak. Komoditas pangan tersebut di antaranya adalah cabai, telur, ayam, daging, hingga minyak goreng.

Pemerintah juga melakukan monitoring harga pokok pangan tersebut. Kenaikan harga pangan jelang puasa menjadi fase pertama melonjaknya harga pangan setiap tahun menuju Ramadan. Harga pangan akan naik terus, menurut Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) harga tertingginya akan terjadi selalu pada tiga hari menjelang Puasa. Sebagaimana dikutip dari pemberitaan detikcom.

Kenaikan harga itu terjadi karena permintaan masyarakat yang tinggi menjelang Bulan Puasa. Rabu (detiknews/08/03/2023).

Kenaikan harga bahan pokok kerap menjadi isu yang perlu diantisipasi menjelang hari besar keagamaan, salah satunya Bulan Suci Ramadhan tahun 2023. Kenaikan harga ini dapat terjadi diantaranya karena adanya peningkatan permintaan di masyarakat.

Oleh karena itu, Wapres mengimbau agar hal ini dapat diantisipasi dengan baik sehingga harga yang beredar di pasaran nantinya tidak membenani masyarakat. “Biasanya memang menjelang Ramadhan itu suka ada [harga bahan pokok] yang naik, tapi jangan sampai naiknya itu melampaui kewajaran. Fenomena di bulan Ramadan seperti itu,” imbuh Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin dalam keterangan persnya di Alila Hotel Solo, Jl. Slamet Riyadi No.562, Jajar, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (setneg.go.id/03/01/2023).

Buruknya tradisi ini semakin menjadi-jadi, kenaikan ini bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi terus menerus tanpa henti yang berakibat buruk pada rakyat. Adanya kasus ini kerap semakin bertambahnya masalah hari ini.

Ketika bahan pokok naik rakyat menengah kebawah menjadi semakin sulit keadaanya. Bagaimana dengan para gelandangan dan rakyat yang hidupnya miris tidak tentu arah, pasti sangat buruk keadaanya. Bukan sekedar keresahan yang didapatkan tetapi bisa menjadi katakutan dan nyawa menjadi taruhan.

Seolah sudah tradisi, alhasil rakyat hanya bisa menerima keadaan dengan hati yang pedih, dari sini dapat menjadi bukti bahwa slogan pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat hanya ilusi dan omong kosong belaka.

Semua hanya kata yang dibuat untuk mengambil rasa percaya umat untuk kepentingan pribadi. Dengan melambung nya harga pangan tidak hanya terjadi pada saat menjelang ramadhan saja, tetapi pada hari besar agama selalu naik.

Akibatnya rakyat kesusahan dalam mendapatkan bahan kebutuhan pokok maupun non pokok.

Adanya negara seharusnya melakukan upaya antisipasif agar tidak ada gejolak harga yang terjadi, dan rakyat bisa dengan mudah mendapatkan kebutuhannya. Di sisi lain, ada juga pihak yang bermain curang dengan menimbun atau memonopoli perdagangan barang tertentu. Sehingga semakin merugikan banyak pihak.

Arus kehidupan ini senantiasa bersifat dinamis, dan terus berjalan seperti halnya lingkaran. Dan saat ini lingkaran rusak yang mengelilingi umat sangat-sangat buruk dan cacat akibat diterapkan sistem kufur kapitalis liberal, dan dengan sistem hari ini segala aturan rusak diterapkan dengan campur tangan asing.

Sehingga apapun hukumnya selalu bertentangan dengan islam dan mengikuti hawa nafsu belaka.

Fenomena yang terus terjadi ini sejatinya menunjukkan cacatnya negara saat ini dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pangan yang cukup sesuai dengan kebutuhan rakyat. Maka dari keburukan dan kecacatan itu terjadilah berbagai fenomena miris yang menambah luka rakyat semakin lebar, hingga terjadilah keresahan dan ketakutan diberbagai daerah.

Pencegahan atas tradisi rusak ini haruslah segera ditanggapi lalu diberi solusi, namun teriakan suara rakyat yang mengusung keadilan hari ini hanya sekedar mendapat sakit hati dan kekecewaan sebab isunya dialihkan lalu dipadamkan begitu saja, bahkan para peneriak kebenaran mendapat kepedihan dan ancaman. Maka selagi sistem yang diterapkan kapitalis demokrasi akan tetap seperti inilah nasib dan kondisi problematika umat.

Kembali kepada islam secara keseluruhan adalah poin penting yang seharusnya disegerakan, sebab Hanya dengan islam dengan sistem khilafah serta syariah kaffahnya masalah kenaikan harga pokok maupun non pokok yang terjadi bisa diatasi secara apik. Islam sendiri mempunyai konsep hidup sesuai standar allah yang sempurna, maka islam mampu mengatasi segala masalah.

Islam memiliki mekanisme ampuh yang mampu menjaga gejolak harga sehingga harga tetap stabil dan rakyat mampu mendapatkan kebutuhannya. Penerapan dari riayah syu’unil ummah atau mengurusi urusan umat pun hanya bisa diterapkan dengan sistem islam, dan ummat bisa merasakan adanya pengurusan negara dalam kehidupan dengan penuh keadilan.

Islam juga melarang adanya penimbunan barang, lalu memberikan sanksi tegas kepada pelaku kecurangan, islam menstukturkan pola ideal kehidupan secara benar sesuai tuntunan syariat allah yang agung.

Selain itu Islam juga melarang berbagai praktek curang dan tamak seperti menimbun atau memonopoli komoditas sehingga mendapatkan keuntungan yang besar. Tanggung jawab negara sebagai pengatur urusan rakyat ini, akan membuat rakyat hidup sejahtera dan tenang serta nyaman dan berkah. Wallahu‘alam bissawab. (*)

*Penulis Aktivis Mahasiswa