Oleh: Nuim Hidayat M.Si, (*)
Lapan6online.com : Jurnalis Senior yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kota Depok, Nuim Hidayat menyayangkan pernyataan Kepala BPIP, Yudian Wahyudi bahwa agama merupakan musuh terbesar pancasila.
Berikut pendapat lengkap Nuim yang juga seorang penulis buku-buku bertema pergerakan Islam:
Ini profesor tapi kok bodoh. Maaf ya, Pancasila itu bagian dari agama, yaitu Islam. Pancasila itu lima sila, Islam induk serba sila. Pak Yudian ini perlu mempelajari sejarah Pancasila dengan benar.
Yang merumuskan isi teks Pancasila itu tokoh-tokoh Islam. Kelompok Kristen dan kelompok nasionalis sekuler yang tergabung dalam Tim Sembilan yang ikut merumuskan Pancasila itu nggak kenal kosa kata adil, adab, hikmat, permusyawaratan dan perwakilan.
Kosa kata yang islami itu hanya mungkin muncul dari empat tokoh Islam (nasionalis Islam) yang tergabung dalam Tim Sembilan. Yaitu: Wahid Hasyim, Abikusno Tjokrosuyoso, Kahar Muzakir dan Agus Salim.
Sedangkan kelompok Kristen diwakili AA Maramis. Empat tokoh nasionalis (sekuler) yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, A Soebardjo dan M Yamin. Sayangnya Yamin, yang menulis sejarah lengkap Pancasila, tidak menuliskan hal ini. Soekarno hanya usul nama Pancasila saja.
Isi Pancasila sekarang beda dengan yang diusulkan Soekarno. Maka, bila dikatakan agama musuh terbesar Pancasila, ini adalah pernyataan yang ngawur.
Tokoh Islam Partai Masyumi Mohammad Natsir menyatakan bahwa di dalam iklim Islam yang merupakan agama mayoritas bangsa ini, maka Pancasila akan tumbuh subur. Karena itu Muslim yang mengamalkan syariat Islam, maka dia pasti Pancasilais.
Pak Natsir mengingatkan: “Kita mengharapkan Pancasila dalam perjalanannya mencari isi semenjak ia dilancarkan itu, tidaklah akan diisi dengan ajaran yang menentang Al-Qur’an, wahyu Ilahi yang semenjak berabad-abad telah menjadi darah daging bagi sebagian terbesar dari bangsa kita ini. Dan janganlah pula ia dipergunakan untuk menentang kaidah-kaidah dan ajaran yang termaktub dalam Al-Qur’an itu, yaitu induk serba sila, yang bagi umat Muslim Indonesia menjadi pedoman hidup dan pedoman matinya, yang mereka ingin sumbangkan isinya kepada pembinaan bangsa dan negara, dengan jalan-jalan parlementer dan demokratis.”
*Penulis adalah Jurnalis Senior, Ketua DDII Kota Depok, Penulis Buku.
Sumber: SuaraIslam.id