“E-learning digelar selama 4 hari paralel untuk beberapa angkatan di setiap gelombang. Dalam setiap angkatan, sekitar 30 peserta hadir menimba ilmu dan mengasah ketrampilan pendampingan Perhutanan Sosial. Di sini, kembali tim belakang layar menjadi tulang punggung,”
Oleh : Swary Utami Dewi
Jakarta | Lapan6Online : Belajar jarak jauh E-learning atau belajar jarak jauh online “Perhutanan Sosial” (PS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dipandang sebagai satu terobosan belajar digital di masa pandemi Covid-19 ini. E-learning ini digelar sejak akhir April 2020 lalu.
Hingga minggu ke-3 tanggal 15 Mei 2020, pelatihan digital gratis ini telah diikuti total sekitar 1.500 peserta. Rencana sampai Juni nanti target 3.000 peserta akan terlibat. Peserta sendiri berasal dari petani hutan yang sudah mendapatkan legalitas PS, beserta pendamping, baik dari unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bakti rimbawan maupun penyuluh kehutanan.
Bisa dikatakan, e-learning via zoom dan LMS ini relatif berjalan mulus. Kendala yang sesekali muncul, khususnya menyangkut hal-hal teknis seputar internet dan cara mengakses Learning Management System (LMS), bisa diatasi dengan baik oleh tim teknis yang selalu bekerja keras untuk keberhasilan e-learning ini.
Siapakah para “tim belakang layar” tersebut? Merekalah yang berjibaku baik pada masa persiapan dan pra-pelatihan, saat pelatihan dan penyelesaian tugas peserta, sampai masa penutupan dan evaluasi. Di sini, yang terlibat intens adalah Balai Diklat (BD) di 7 wilayah dan Pusdiklat dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) serta Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Direktorat Jendral PSKL di 5 wilayah. Semua bahu membahu melakukan kerja-kerja ciamik dan canggih ini.
Dalam tahap persiapan dan pra-pelatihan, beberapa kerja yang dilakukan di antaranya adalah mengkonfirmasi para calon peserta, mengelompokkan dan membagi peserta dalam beberapa angkatan. Lalu tim kerja menyiapkan dan melatih peserta untuk bisa nyaman dan mampu mengakses serta menggunakan perangkat zoom dan LMS. Tidak jarang, para admin yang memiliki tugas teknis/operasional ini langsung melatih satu persatu peserta dari awal, mulai dari bagaimana cara mengunduh aplikasi zoom sampai mencoba menggunakannya. Lihatkan beberapa contoh komentar meriah para peserta saat mencoba terobosan baru e-learning ini.
“Pak, bagaimana cara masuk Learning Management System (LMS)?”
“Waduh, ini saya tidak tahu cara upload tugas?”
“Bu, sinyal saya hilang timbul…”
” Pak, saya sudah coba. Tapi masih bingung…”
Selain melatih satu persatu peserta hingga aware dan nyaman dengan teknologi digital ini, tim kerja tangguh ini juga melatih peserta untuk bisa mengakses LMS, seperti tergambar di atas. Semua harus dipastikan mampu pada waktunya karena dua perangkat dan sistem digital inilah yang menjadi media teknologi utama yang dimanfaatkan peserta selama empat hari pelatihan. Tidak ada kata peserta menjadi tidak bisa.
Tidak hanya peserta yang mula-mula gagap dan bingung, tutorpun perlu dilatih untuk mampu dan nyaman mengoperasikan dan mengakses keduanya. Maklum, e-learning merupakan hal baru bagi semua. Dengan sabar para admin juga melayani tutor yang membutuhkan bantuan.
Sebelumnya, tim kerja juga membantu memastikan semua bahan ajar, bahan tes, dan lembar evaluasi tersedia dengan baik di LMS. Tim juga mengkoordinasi jadwal dan kesiapan para tutor supaya tidak tabrakan satu sama lainnya.
Kemudian, e-learning digelar selama 4 hari paralel untuk beberapa angkatan di setiap gelombang. Dalam setiap angkatan, sekitar 30 peserta hadir menimba ilmu dan mengasah ketrampilan pendampingan Perhutanan Sosial. Di sini, kembali tim belakang layar menjadi tulang punggung.
Apa saja yang dilakukan? Para admin pertama-tama memastikan agar peserta masuk kelas dan komunikasi tidak terhambat oleh gangguan sinyal. Kemudian admin juga bertugas memantau serta memastikan lalu lintas komunikasi lancar selama kelas berjalan. Mereka juga membantu mengunggah bahan paparan tutor ke layar. Pendek kata, selama tutorial berjalan, penanggung jawab kelas dan admin memastikan semua berlangsung mulus dan lancar.
Lalu masuk waktu sesudah kelas selesai. Paska tutorial merupakan waktu di mana peserta pelatihan diminta untuk belajar mandiri. Di sini, peserta membuat tugas, mengunggah hasil tugasnya, mengunduh modul untuk hari berikutnya, mengisi lembar evaluasi dan hal-hal terkait lainnya. Peserta mencoba bersahabat dengan waktu, dengan tetap didukung oleh tim penanggung jawab dan admin, agar semua tugas diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
“Paska tutorial ini yang lumayan berat. Di saat ini kita memonitoring tugas peserta apakah sudah selesai atau belum, dan kemudian mengecek dan memastikan semua tugas peserta masuk ke LMS. Sesudah ini selesai semua, baru kita bisa rehat. Lega rasanya saat semua berhasil masuk LMS,” jelas Aidil Akbar, salah seorang admin yang bertugas di Balai Diklat Makassar.
Lalu tibalah pada hari ke-4, di mana sesudah dua tutorial pagi selesai, peserta menjalani tes akhir dan memfinalisasi tugas kelompoknya dalam bentuk penulisan rencana tindak lanjut. Siangnya dilaksanakan penutupan dan esok hari semua peserta yang telah memenuhi syarat bisa mengunduh sertifikatnya dari LMS. Lagi-lagi di sini, tim pendukunglah yang memastikan semua berjalan seperti yang diharapkan sampai semua peserta menenteng pulang e-certifate masing-masing.
Beratkah tugas tersebut? Dua orang admin dan seorang penanggung jawab angkatan dari Balai Diklat Makassar mengatakan ini memang bukan tugas ringan.
Ada banyak hal baru yang dipelajari, yakni hal-hal teknis digital. Dipadukan dengan tugas sepenuh hati berkomunikasi dengan peserta agar peserta bisa nyaman dan tetap bersemangat. Belum lagi tugas-tugas teknis, koordinasi dan manajerial lainnya. “Pendeknya tugas ini menantang,” ujar Maria Klara Dhika Ayu Utaminingtyas, salah seorang admin perempuan tangguh dari BD Makassar.
Sampai 3 minggu gelombang pelatihan digelar, semua berjalan relatif lancar.
Jikapun ada kendala kecil misalnya sinyal hilang timbul, akhirnya bisa diatasi. Jika kantuk menyerang, di sela-sela kesibukan, admin berusaha tidur sejenak untuk memastikan dalam waktu singkat bisa siap bertugas optimal kembali. Jika ada peserta yang terlambat mengumpulkan tugas, pendekatan sabar dan senyum diberikan para tim back-bone kepada para peserta. Pendeknya, semua siap dilakukan, semua bisa dikerjakan.
Ringkasnya, di balik semua tantangan di atas, terbukti tim belakang layar LHK ini berkinerja sangat baik. Ramlah, seorang peserta perempuan Gelombang 2, dari Masyarakat Hukum Adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menyatakan bahwa dirinya dan teman-teman peserta merasa sangat dibantu oleh tim tutor, penanggung jawab dan tentunya oleh tim admin tangguh ini.
Senada dengan Ramlah, seorang petani lain, Andi Samsulang dari Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan juga memberikan apresiasi.
“Saya senang. Kemarin saya dapat pelatihan pemetaan. Jadi saya mulai tahu cara menggunakan Global Postioning System (GPS). Dan ini memang saya perlukan di kelompok tani. Tentunya ini tidak terlepas dari mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan petani, serta dukungan admin dan semua yang telah banyak membantu mengajarkan kami cara belajar jarak jauh. Kami yang jauh di kampungpun bisa menambah ilmu lewat on-line,” tutur Andi panjang lebar.
Dari pengalaman pelaksanaan e-learning ini terbukti bahwa dengan kerjasama, kesabaran, empati dan semangat, semua bisa dilaksanakan dengan baik. Patut diacungi jempol untuk kerja keras ikhlas para kru di balik layar ini dalam mensukseskan terobosan tersebut. Akhirnya, saya sampaikan rasa salut buat Kementerian LHK, yang dalam masa pandemi Covid19 mampu melakukan perubahan adaptif dan menghadirkan pengenalan “the new-normal” terhadap petani hutan dan pendamping, yakni mengintrodusir sesuatu yang baru namun mulai dirasa normal dilakukan: belajar jarak jauh.
Jakarta, 15 Mei 2020
*Penulis adalah :Salah seorang tutor e-learning dari Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial KLHK.
*Sumber : Koranpagionline.com (Media Group Jaringan)