OPINI | POLITIK
Oleh : Nurul Fahira
“Banyak hal yang terjadi akibat jalanan berlubang dan rusak seperti bisa mempercepat kerusakan pada kendaraan masyarakat, kalau hujan deras akan menjadi kubangan air sehingga tidak terlihat lagi kondisi lubang jalanan tersebut,”
PERNAHKAH kamu sedang mengendarai motor namun harus mengelus dada dan mengeluh saat melewati jalanan yang berlubang? Kalau pernah, kita berarti merasakan hal yang sama. Rasanya ingin marah dan meluapkan segalanya.
Sebab, niat hati ingin cepat sampai menuju tujuan, tetapi terhalang dan laju kendaraan menjadi lambat akibat menghindari jalanan yang rusak dan berlubang. Sungguh miris. Begitulah yang terjadi di kawasan Arbes, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon makin parah. Tampak sejumlah lubang menganga di badan jalan dan lubang-lubang tersebut sangat mengancam pengendara jika tidak menurunkan laju kendaraan mereka (Tribun Ambon, 07/01/2025).
Kita sangat menyayangkan mengapa hal ini bisa terjadi. Padahal seharusnya pemerintah aware terhadap fasilitas publik. Apalagi jalan raya merupakan akses masyarakat untuk melangsungkan dan memenuhi kebutuhan akan kehidupannya.
Banyak hal yang terjadi akibat jalanan berlubang dan rusak seperti bisa mempercepat kerusakan pada kendaraan masyarakat, kalau hujan deras akan menjadi kubangan air sehingga tidak terlihat lagi kondisi lubang jalanan tersebut, yang akhirnya nanti berujung kepada kecelakaan yang menimpa korban jiwa.
Padahal faktanya, pemerintah dengan getolnya memberikan kewajiban kepada masyarakat untuk membayar pajak. Disaat masyarakatnya sudah taat untuk bayar pajak, kemanakah aliran dana tersebut mengalir?
Mengapa tidak terlihat dengan diperbaikinya akses jalan raya untuk masyarakat berlalu-lalang? Mungkin aliran dananya mengalir untuk jalan tol. Apakah itu buruk? Tidak sepenuhnya. Pembuatan jalan tol menjadi “hal baik” apabila tujuan jalan tol tersebut dibangun untuk memudahkan masyarakat. Namun yang terjadi malah sebaliknya, tidak semua masyarakat bisa menggunakan jalan tol. Ditambah lagi, jalan tol nya juga tidak bisa dilewati secara cuma-cuma alias kita harus membayar agar bisa masuk melewati jalan tol.
Lantas, apa feedback yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyatnya? Apakah masyarakat hanya menjadi “sumber pendapatan negara” saja? Padahal dibalik pajak tersebut, ada hak rakyat yang seharusnya dipenuhi oleh pemerintah. Dan hak itupun tidak mampu pemerintah memenuhinya.
Beginilah yang kita dapatkan apabila berada dalam sistem kapitalis. Semua kalangan termasuk pemerintah kita sendiri berusaha untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari modal yang seminimal mungkin. Apapun boleh dilakukan asal menguntungkan, walaupun itu harus menyakiti rakyatnya sendiri.
Hal ini berbeda apabila islam yang menjadi sistem yang diterapkan untuk kehidupan. Seperti yang kita ketahui dari Khalifah Umar bin Khattab, pemimpin islam tidak akan sampai hati untuk membuat rakyatnya celaka.
Tidak hanya manusia yang dipikirkan, termasuk juga hewan-hewan di dalamnya. Karena akibat dari jalan yang berlubang ini bukan hanya manusia yang terkena dampaknya, maka dari itu beliau sangat memperhatikan kenyamanan dan keamanan jalan umum bagi rakyatnya.
Karena Khalifah Umar meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukannya di dunia, ditambah lagi beliau adalah seorang pemimpin negara, akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapannya Allah kelak apabila tidak bisa menunaikan amanahnya dengan sungguh-sungguh. (**)
*Penulis Adalah Mahasiswa USU