Legenda SR-71 Blackbird, Intelijen Terbaik dan Tercepat Dunia

0
539
Lockheed SR-71 Blackbird. (foto istimemewa)

Lapan6online.com : Amerika Serikat (AS) masih menjadi pionir pembuat perangkat militer yang dirancang jauh ke depan. Setiap alat yang dibuat, diciptakan dengan teknologi untuk jangka waktu yang panjang. Salah satunya adalah pesawat legendaris “Intelijen” SR-71 Blackbird.

Meski pensiun pada 1990-an, namun pesawat yang dirilis pada 1968 hingga saat ini masih menjadi pesawat pengintai (mata-mata) intelijen terbaik di dunia dan tercatat sebagai pesawat berawak tercepat yang pernah digunakan. Rekor kecepatannya belum terkalahkan.

Mengutip sumber di Artileri.org disebutkan, ketika ketegangan Perang Dingin meningkat pada 1950-an, CIA mulai menerbangkan pesawat pengintai U-2 untuk mengawasi kemampuan senjata nuklir Uni Soviet yang berkembang pesat. Dengan kaku dan bergerak lambat, U-2 lebih mengandalkan kemampuan terbangnya di ketinggian tinggi untuk menghindari pesawat tempur dan rudal permukaan-ke-udara (SAM) musuh.

Laporan intelijen yang diperoleh U-2 pada tahun 1962 mengungkapkan bahwa rudal nuklir Soviet dikerahkan ke Kuba, yang mengarah ke peristiwa Krisis Rudal Kuba. Tetapi U-2 juga memprovokasi insiden diplomatik karena pesawat ini tidak bisa terbang lebih tinggi lagi untuk menghindari rudal permukaan-ke-udara SA-2 Rusia.

Pengganti U-2 dan A-12

Sebuah U-2 ditembak jatuh pada tahun 1960, dan pilotnya, Gary Powers, ditangkap, memicu pertikaian diplomatik yang memalukan. U-2 lainnya juga ditembak jatuh selama Krisis Rudal Kuba, menewaskan pilot dan meningkatkan ketegangan antara Moskow dan Washington pada saat yang kritis. Lima U-2 juga ditembak jatuh di atas China.

Para insinyur Amerika menyadari ketinggian tidak lagi merupakan pertahanan yang memadai, dan pada tahun 1957 mereka mulai membangun pesawat untuk CIA yang tidak dapat terdeteksi radar Soviet, dan mampu terbang lebih cepat dari rudal yang ditembakkan ke arahnya.

Pabrik Lockheed Skunkworks akhirnya mengembangkan A-12, dengan nama sandi “Archangel.” Prototipe ini pertama kali diuji di Area 51 pada tahun 1962, dan akhirnya lima belas A-12 diproduksi.

Total A-12 CIA telah terbang dalam 29 misi mata-mata di Korea Utara dan Vietnam hingga 1968 dalam Operasi Black Shield, namun enam pesawat jatuh karena kecelakaan. Informasi intelijen yang dikumpulkan oleh A-12 membantu CIA memetakan pertahanan udara Vietnam Utara dan menempatkan pasukan AS.

Pengembangan SR-71 Blackbird

Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) mengembangkan prototipe pesawat versi interseptor (pencegat), YF-12, dan kemudian dianggap sebagai pesawat pembom berkecepatan tinggi, B-71 (diurutkan secara numerik setelah pesawat pembom XB-70 Valkyrie yang tidak pernah diproduksi).

Bahkan ada pula pesawat aneh pembawa drone “M-21” yang meluncurkan drone mata-mata D-21. Namun, tidak satu pun dari pesawat-pesawat ini memasuki layanan, dan A-12 sendiri dipensiunkan dan digantikan dengan Lockheed SR-71 yang dikenal sebagai “Blackbird”.

Pesawat Pengintai U-2. (foto istimewa).

A-12 dilengkapi sebuah kamera beresolusi tinggi yang merekam bidang luas langsung di bawah pesawat. USAF menginginkan versi jarak jauh dari A-12 dengan sensor yang lebih baik yang tidak perlu terbang langsung di atas wilayah musuh, terutama karena kesepakatan yang dicapai dengan Uni Soviet yang melarang penerbagan overflight teritorial.

Inilah yang menyebabkan SR-71A dua kursi harus menjalankan tugasnya. “SR” adalah akronim dari Strategic Reconnaissance yang berarti Pengintaian Strategis.

Lockheed SR-71 Dioperasikan

SR-71 sebenarnya masih “kurang siluman” dan terbangnya tidak lebih tinggi daripada A-12, tetapi memiliki teknologi pengumpulan-intelijen yang berbeda. SR-71 dibekali radar tampak samping yang memetakan daratan di bawahnya, dan juga menggunakan dua kamera yang mengambil gambar ke kedua sisi, meskipun pada resolusi yang lebih rendah daripada kamera A-12 yang lebih besar.

Petugas Reconnaissance Systems (co-pilot) duduk di kursi belakang Blackbird mengoperasikan radar dan navigasi. Selain itu, Blackbird memiliki sistem pengintai Elektro-Magnetik yang dapat mendeteksi dan merekam lalu lintas sinyal.

Sebanyak 32 SR-71 diproduksi, termasuk dua pesawat SR-71B latih dan satu prototipe SR-71C yang dijuluki “the Bastard” karena handlingnya yang tidak stabil. Blackbird dapat terbang dengan mempertahankan kecepatan di atas Mach 3 (3.700 km/jam), dengan rekor kecepatan tertinggi Mach 3,3 (4.074 km/jam) atau Mach 3,5 (4.321 km/jam).

Rekor Mach 3,3 tersebut valid, sementara Mach 3,5 diklaim oleh pilot Brian Shul selama penerbangan dikejar rudal di Libya pada tahun 1986. Kecepatan Blackbird sangat mengesankan, karena sementara pesawat Soviet MiG-25 dan MiG -31 bisa mencapai kecepatan Mach 3, tapi mereka hanya bisa melakukannya untuk periode singkat dengan menggunakan afterburner. SR-71 dapat mempertahankan kecepatan di Mach 3 selama 90 menit.

Blackbird pernah membuat rekor terbang dari New York ke London dalam waktu 1 jam dan 54 menit. Akibatnya, rudal sistem permukaan-ke-udara (SAM) tidak dapat mengejarnya meskipun sistem radar SAM sudah mengunci SR-71.

Tapi SR-71 tidak hanya mengandalkan kecepatan untuk menghindari rudal musuh. Blackbird adalah pesawat operasional pertama yang didesain dengan pengurangan penampang radar untuk meminimalisir kemungkinan deteksi radar. Ujung-ujung runcing Blackbird bahkan dilapisi dengan cat besi-ferit penyerap radar untuk membantu menurunkan deteksi radar.

Terdeteksi Radar Soviet

Namun, tetap saja Blackbird bukanlah pesawat berteknologi siluman dengan standar modern seperti saat ini — dengan penampang 10 meter persegi — yang kemudian sudah bisa dideteksi oleh teknologi radar Soviet.

Yang menambah masalah adalah tingginya panas exhaust (knalpot) yang dihasilkan mesin SR-71, yang berdampak pada partikel udara di belakangnya yang membuatnya tampak oleh radar.

Lockheed A-12. (foto Istimewa)

Untungnya, Blackbird juga dibekali radar jammer dan electronic countermeasures lainnya untuk membingungkan rudal musuh. Untuk melakukannya, pesawat ini terbang dengan mempertahankan kecepatan di ketinggian 85.000 kaki (25.908 meter) — rekor Blackbird tak terkalahkan lainnya — dan menggunakan sistem navigasi astro-inertial yang memanfaatkan bintang untuk menghitung posisi pesawat.

Desain Blackbird mencerminkan fakta bahwa pesawat itu menembus batas kecepatan. Pilot dan Co pilot harus mengenakan setelan tekanan seperti yang digunakan astronot dalam misi luar angkasa untuk bertahan di ketinggian tertentu, dan harus menjalani pemeriksaan medis serta diberikan makanan tinggi protein sebelum menjalankan misinya.

Persoalan Bahan Bakar

Mesin J58 SR-71 baru akan menyala setelah menggunakan dua mesin starter V8 yang dipasang di pesawat, dan trietilboran yang digunakan dalam bahan bakar akan menyemburkan api hijau selama pengapian. J58 akan beralih ke mode ramjet parsial dengan kecepatan tinggi, sehingga SR-71 benar-benar menjadi lebih efisien bahan bakar ketika terbang dalam kecepatan tinggi.

Namun, ketika bergerak pada kecepatan tinggi untuk jangka waktu yang lama, gesekan yang dihasilkan oleh udara menyebabkan bagian luar Blackbird memanas hingga 500 derajat Fahrenheit atau lebih tinggi, sehingga Blackbird didesain untuk melepaskan panas yang sangat besar tanpa peleburan.

SR-71 85% dibuat dari titanium, logam tahan panas sangat keras yang dapat mematahkan mata bor biasa, sehingga mengharuskan penggunaan peralatan khusus. Kaca depan terbuat dari kuarsa murni, dan sistem pendingin udara yang bertugas berat membuang panas keluar dari kokpit.

Setelah mendarat, awak pesawat dan awak darat harus menunggu beberapa saat agar Blackbird mendingin sebelum mereka sempat menyentuhnya.

Blackbird mengkonsumsi bahan bakar jet densitas tinggi JP-8 khusus yang memiliki suhu pembakaran yang tinggi, rumor menyebutkan bahwa korek api akan tetap aman didalamnya. Bahan bakar itu disirkulasikan melalui ratusan tabung kecil di badan pesawat untuk digandakan sebagai heat sink.

Blackbird dalam foto sering tampak sedikit ‘mengkilap’ atau tampak basah. Itu sebenarnya bahan bakar yang bocor keluar dari tangki. Karena logam mengembang pada suhu tinggi, pelapisan logam Blackbird sengaja dirancang longgar untuk mengakomodasi logam yang meluas, yang mengarah ke tangki bahan bakar yang sengaja bocor.

Setelah SR-71 mulai terbang dengan kecepatan tinggi, logam akan memanas dan melebar beberapa inci, menyegel tangki bahan bakar dengan bantuan segel yang dilepaskan dari panas. Kulit logam Blackbird juga bergelombang di bagian-bagian untuk memungkinkan ekspansi logam.

Blackbird membutuhkan beberapa kali pengisian bahan bakar udara untuk misinya. Pengisian dilakukan oleh pesawat tanker khusus KC-135Q, yang menggunakan boom stabil untuk mengisi bahan bakar pesawat yang sedang terbang, sedangkan bahan bakar khusus Blackbird disimpan di tangki terpisah.

Catatan yang Mengesankan

SR-71 pertama kali dioperasikan pada tahun 1968, dengan pangkalan pertamanya di Kadena Air Base di Okinawa, Jepang. Pesawat ini banyak melakukan misi pengintaian yang sukses atas Vietnam. Musuh sangat ingin menjatuhkan pesawat ini, seolah memperebutkan piala.

Para pilot Amerika kemudian segera menyadari bahwa penampang radar Blackbird bukan merupakan pertahanan yang efektif – radar buatan Rusia sudah cukup kuat untuk melacak Blackbird dan kemudian meluncurkan rudal. Namun, karena SR-71 masih terlalu cepat, rudal pun tidak dapat mengejarnya.

Sekitar 800 rudal sudah ditembakkan ke arah Blackbird di atas Vietnam saja – tetapi tidak satu pun Blackbird yang hilang karena tembakan musuh, meskipun ada sebuah A-12 CIA yang terkena serpihan rudal SA-2 yang meledak pada jarak 100 meter.

Blackbird terbang dengan lebih dari 3.551 misi pengintaian selama 30 tahun ke depannya, terbang di atas Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa, dan Asia. Sebelas SR-71 hilang dalam kecelakaan – hanya satu pilot selamat. Tidak ada Blackbird yang hilang akibat tembakan musuh.

Bermain-main dengan MiG-25

Pilot Blackbird, Kolonel James Shelton Jr. menceritakan bagaimana pesawatnya terbang dalam misi epik 11,5 jam untuk memfoto posisi tentara Israel menjelang akhir Perang Yom Kippur.

Di sepanjang jalan, ia melintasi wilayah udara Mesir dan dilacak oleh beberapa situs radar dan pencegat — tetapi tidak ada yang bisa mengikuti. Foto-foto yang diambil kemudian menetapkan bahwa pasukan Israel berada lebih jauh di wilayah Mesir daripada yang mereka akui, yang menyebabkan AS menekan Israel agar menarik pasukannya.

Blackbird juga terbang untuk misi pengintaian di lepas pantai Rusia menghindari semua pesawat tempur MiG-25 Rusia yang berkecepatan Mach 3.

Pembelot Soviet Victor Belenko menulis dalam biografinya MiG Pilot, “Mereka mengejek dan bermain-main dengan MiG-25 yang dikirim untuk mencegat mereka, naik ke ketinggian yang tidak bisa dijangkau pesawat Soviet, dan berputar-putar dengan santai di atas mereka atau terbang di kecepatan yang Rusia tidak bisa jangkau.

Namun Blackbird memiliki kekurangan. Biaya operasinya mahal sekali, lebih dari USD $ 100.000 per jamnya menurut sebuah perkiraan. SR-71 membutuhkan perawatan rata-rata selama satu minggu di antara setiap misi karena penerbangan berkecepatan tinggi sering menyebabkan kepingan-kepingan pesawat lepas atau hilang.

Yang terpenting, satelit mata-mata dan pesawat tak berawak sudah bisa menjalankan misi strategis yang seharusnya dilakukan oleh SR-71. Dan Blackbird, yang mengandalkan teknologi 1960-an, tidak memiliki datalink untuk mengirimkan data intelijennya kembali ke pangkalan, sehingga tidak dianggap ideal untuk menyediakan data secara realtime.

Akhir Sang Legendaris

SR-71 pertama kali dipensiunkan pada tahun 1989, sebelum tiga unit kembali beroperasi pada tahun 1994. Namun, biaya operasi armada kecil ini sangatlah tinggi. Meskipun ada upaya oleh senat AS untuk menyelamatkannya, USAF berkeinginan mengalihkan dananya ke proyek lain, dan akhirnya SR-71 ditarik dari layanan pada tahun 1998. Dua Blackbird NASA juga pensiun satu tahun kemudian.

Selama bertahun-tahun, ada pula rumor tentang pesawat mata-mata AS yang lebih cepat dari SR-71, namanya Aurora, tetapi keberadaannya tidak jelas. Sebaliknya, Pentagon akan bergantung pada drone dan satelit untuk mengawasi area yang dijaga ketat sistem pertahanan musuh.

Jadi Pentagon tidak harus membahayakan hidup pilot dengan menggunakan pesawat berawak. UAV siluman RQ-180 Global Hawk yang saat ini masih dalam tahap pengembangan diyakini sebagai penerus efektif Blackbird.

Bagaimana untuk mengumpulkan data intelijen pada area yang tidak ada ancaman rudalnya? USAF dapat menggunakan pesawat desain 1950-an U-2, yang bertahan dua dekade lebih lama dari penggantinya SR-71.

Meskipun demikian, sepertinya Blackbird akan tetap menjadi pesawat berawak tercepat di dunia setidaknya hingga beberapa waktu mendatang.

(*Artilery.org/RedHuge/Lapan6online)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini