Magang Era Kapitalis : Jalan Upgrade Skill atau Jalan Exploitation?

0
11
Ilustrasi/Net

OPINI

“Program magang membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan biaya magang dibebankan kepada wali murid sehingga tempat magang yang unggul tidak dapat dirasakan oleh semua pelajar, “

Oleh ; Fadia Nur Baiti

MAGANG bukanlah suatu hal yang asing di kalangan mahasiswa. Sebagian besar kampus menjadikan magang sebagai salah satu komponen penilaian sebagai salah satu syarat lulus.

Kurikulum magang ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan mempersiapkan diri di dunia industri maupun lingkungan masyarakat setelah lulus. Lalu, sejauh mana program magang ini memenuhi ekspektasi tersebut? Apakah perusahaan bertanggung jawab terhadap perkembangan keilmuan mahasiswa? Apakah ekspektasi yang diperoleh bisa bermanfaat untuk masyarakat?

Fadia Nur Baiti/Foto ; Ist.

Dalam praktiknya, pada kegiatan magang seringkali ditemukan kerentanan kerja dengan minimnya proteksi kerja, atau bisa pada tahap eksploitasi tenaga tanpa jasa/upah. Kondisi seperti ini dianggap wajar dalam system kapitalis.

Program magang seolah hanya mencetak mahasiswa sebagai tenaga siap pakai sesuai kebutuhan industri, bukan sebagai sarana pengembangan kemampuan dan implementasi ilmu pengetahuan yang telah ia dapatkan di bangku kuliah.

Sistem pendidikan kapitalisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan, dan selalu menilai untung dan rugi, termasuk pada program magang, bagaimana supaya pihak industry mendapat keuntungan dari membiarkan pelajar belajar secara langsung di tempatnya.

Selain itu, program magang membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan biaya magang dibebankan kepada wali murid sehingga tempat magang yang unggul tidak dapat dirasakan oleh semua pelajar.

Pelaksanaan program magang seharusnya berdasarkan prinsip keadilan, keseimbangan hak dan kewajiban, serta berorientasi pada mashlahat semua pihak, bukan semata-mata keuntungan salah satu pihak.

Hal ini memunculkan pertanyaan besar: apakah program magang saat ini benar-benar dirancang untuk tujuan edukatif dan sosial, ataukah hanya sebagai alat bagi industri untuk memenuhi kebutuhan industri dan melanggengkan kekuasaan para oligarki?

Sistem pendidikan Islam dijalankan di bawah sistem pemerintahan secara langsung, negara berkewajiban menyediakan sistem pendidikan yang berkualitas. Islam memfasilitasi setiap sumber daya manusia yang berkualitas, yang bukan sebatas siap memasuki dunia industri, namun juga mampu mewujudkan kegemilangan Islam dan membangun peradaban terbaik.

Pentingnya ilmu bukan karena kemampuan mengumpulkan materi, melainkan karena Allah mewajibkan setiap insan untuk menuntut ilmu, baik ilmu Islam maupun ilmu terapan.

Menuntun ilmu tentunya membutuhkan fasilitas yang unggul dan berkualitas, sistem pendidikan Islam akan menanamkan akidah yang kuat sejak dini, menanamkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah dan agama. Sehingga mampu menciptakan generasi yang memiliki akhlak yang baik, dan memiliki kepribadian Islam, guna mewujudkan generasi emas seperti yang diharapkan.

Islam mampu memberikan fasilitas Pendidikan secara gratis dan berkualitas, serta menyediakan pendidikan praktis tanpa bergantung pada para pemilik modal. Hanya dengan penerapan sistem pendidikan Islam, potensi generasi muda dapat diarahkan dengan tepat dan memberikan manfaat untuk umat. [**]

*Penulis Adalah Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta