Maksiat Dibalut Indah Atas Nama Cinta

0
9
Suriani. S.Pd.I/Foto : Ist.

OPINI | GAYA HIDUP

“Sementara bagi generasi, tidak ada keuntungan yang tersisa kecuali kerugian yang sangat besar karena mereka akhirnya rela menanggalkan akidahnya sebagai seorang muslim dengan mengikuti perayaan khusus agama tertentu,”

Oleh : Suriani. S.Pd.I,

TIDAK ada seorang pun di dunia ini yang kematiannya diperingati begitu massal dan masif selain kematian Santo Valentine yang diyakini terjadi pada tanggal 14 Februari. Hari kematiannya kemudian diperingati sebagai Hari Valentine.

Hari di mana orang-orang menyatakan rasa cinta atau kasih sayangnya kepada orang yang diinginkannya. Tak hanya kaula muda yang mengadu kasih dalam ikatan pacaran, pasangan yang sudah menikah pun turut serta merayakan hari yang sering disebut hari kasih sayang.

Hari Valentine (V-Day) diidentikkan dengan bunga, coklat, kado, dinner dan sebagainya. Generasi bucin begitu antusias menyambut V-Day ini dengan melakukan dan memberikan apapun untuk menyatakan perasaannya. Media pun tak ketinggalan, mengakomodir perayaan tersebut. Hampir semua acara-acara di TV dikemas dengan hal-hal yang berbau cinta.

Bahkan etalase-etalase mini market dihiasi oleh bunga dan coklat berikut kata-kata manis mengandung ungkapan cinta yang indah. Meski di tengah-tengah masyarakat perayaan Valentine ini menuai kontroversi, namun tiap tahun, peminatnya masih banyak dari kalangan selebriti dan remaja yang dimabukkan oleh cinta.

Sudah menjadi karakter sejumlah generasi muda, dalam hal budaya mereka mengedepankan tren dibanding ilmu. Minim literatur akibat ‘malas tahu’ membuat mereka melakukan sesuatu tanpa mengetahui latar belakang atau landasan dari perbuatannya. Terlebih bagi generasi muda muslim, seharusnya mengetahui terlebih dahulu pandangan Islam atas perbuatan tersebut lantas memilih untuk melakukan jika diperbolehkan dan meninggalkan jika diharamkan.

Kontroversi Sejarah Valentane Day
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Velentine, namun yang paling populer adalah kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M.

Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena Kuno, periode antara pertengahan Januari dan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Romawi kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk dari nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Di tanggal itu pula, para pendeta di zaman Romawi Kuno melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.

Perayaan Lupercalia merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana tanggal 15 Februari adalah puncaknya. Pada tanggal 13-14 Februari dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Februata.

Para hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis dalam sebuah kotak. Setiap nama gadis yang keluar akan dijadikan kekasih selama setahun oleh pemuda yang memilihnya dan bersenang-senang bersamanya. Para gadis tersebut dijadikan obyek hiburan untuk para pemuda.

Di tanggal 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upaca berlangsung, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuan berebut untuk bisa mendapatkan lecutan karena menganggap semakin banyak lecutan yang didapatkannya mereka akan bertambah cantik dan subur.

Saat agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (penyembahan berhala). Pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Romawi Kuno itu menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine. Terkait siapa sosok Santo Valentine bagi kaum Kristen sendiri tidak memiliki penjelasan yang dapat dijadikan rujukan.

Sementara ada versi yang menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara yang bujangan lebih kuat dan sabar di medan perang dibandingkan orang yang sudah menikah, karenanya Kaisar melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah.

Tindakan kaisar tersebut mendapat penentangan dari Santo Valentine dan diam-diam ia menikahkan banyak pemuda hingga perbuatannya tersebut diketahui oleh kaisar. Kaisar Claudius memerintahkan untuk menangkan Santo Valentine dan memutuskan hukuman gantung atasnya. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.

Inggris dan Perancis lah yang pertama kali menghubungkan antara hari kematian Santo Valentinus dengan cinta romantis pada abad ke-14. Warga kedua negara tersebut mempercayai bahwa pada tanggal 14 Februari adalah hari ketika burung-burung mencari pasangannya untuk kawin.

V-Day, Hari Maksiat Sedunia
Meski telah nyata bahwa Valentine Day merupakan kebudayaan yang bukan berasal dari Islam namun masih banyak masyarakat muslim yang turut euforia merayakannya. Bahkan parahnya ada diantara mereka yang berargumentasi bahwa V-Day sejalan dengan ajaran Islam yang memerintahkan kaum muslimin untuk berkasih sayang.

V-Day tak hanya bertentangan dengan Islam, tetapi juga perayaannya sarat diisi dengan perbuatan-perbuatan menyimpang, seperti seks bebas. Setiap menjelang perayaan V-Day, angka penjualan kondom meningkat. Banyak pasangan pemuda pemudi yang melakukan hubungan seks di malam valentine. Mereka menyebut V-Day sebagai hari pembuktian cinta yang berarti berzina demi membuktikan cinta.

Tak sedikit juga remaja yang melakukan pesta seks di hari valentine bersama pacarnya yang disertai dengan pesta minuman keras. Hal tersebut diakui oleh Women’s Crisis Center (WCC) yang mengungkapkan bahwa hubungan seksual pra-nikah meningkat pada saat valentine sebagaimana dilansir Kompasiana.com

Hal tersebut sudah populer di kalangan generasi muda. Dengan kata lain, V-Day yang disebut-sebut sebagai hari kasih sayang nyatanya tak seindah namanya. Perayaan ini justru membuat banyak generasi terjerumus dalam perbuatan maksiat yakni zina yang dibungkus indah dengan nama cinta.

Semakin buruk kondisi tersebut karena perayaan V-Day masih dihidupkan sampai hari ini di seluruh dunia termasuk di negeri-negeri kaum muslimin. Bahkan propagandanya makin massif dengan cara yang kian apik, dipromosikan dengan begitu meriah dan semenarik mungkin.

Adapun yang meraih keuntungan besar dari perayaan V-Day ini adalah para pengusaha yang bergerak di bidang percetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha coklat, station TV dan sebagainya. Sementara bagi generasi, tidak ada keuntungan yang tersisa kecuali kerugian yang sangat besar karena mereka akhirnya rela menanggalkan akidahnya sebagai seorang muslim dengan mengikuti perayaan khusus agama tertentu, juga menanggalkan kehormatan diri mereka demi membuktikan rasa cinta pada pasangan yang tidak halal.

Padahal, haram hukumnya bagi seorang muslim untuk merayakan ritual agama tertentu atau mengikuti kebiasaan suatu kaum. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi)

Sementara rasa cinta merupakan naluri yang fitrah (alami) ada dalam diri setiap manusia. Allah SWT memberikan naluri tersebut, juga menetapkan aturan dalam memenuhinya. Satu-satunya jalan yang Allah SWT halalkan untuk memenuhi naluri tersebut adalah menikah, bukan dengan pacaran atau hubungan apapun. Setiap hubungan pria dan wanita yang disertai dengan nafsu yang dilakukan tanpa ikatan pernikahan maka dalam Islam hukumnya adalah haram.

Karenanya Islam menjaga rasa cinta manusia agar tetap bersih dan suci dalam ikatan pernikahan. Ikatan yang dilandaskan pada tanggungjawab, menghasilkan ketentraman, kebahagiaan dan pahala. Tidak sama dengan hubungan pra-nikah berlandaskan nafsu semata, ujung-ujungnya menghasilkan kesengsaraan dan penderitaan serta dosa besar di sisi Allah SWT.

Olehnya itu, wajib bagi setiap muslim untuk meninggalkan segala perbuatan yang tidak berasal dari Islam, termasuk tidak ikut latah merayakan V-Day. Jika seorang pria menyukai seorang wanita hendaknya ia menikahinya. Jika seorang anak mencintai orangtuanya wujudkanlah dengan berbakti kepadanya.

Demikian juga jika seorang murid menyayangi gurunya realisasikanlah dengan memuliakannya. Ha tersebut bisa dilakukan setiap saat tanpa harus menunggu momen Valentine.

Hal tersebut menuntut bagi umat Islam untuk belajar Islam agar mengetahui aturan-aturan yang berlaku dalam Islam. Dibutuhkan dukungan dari masyarakat termasuk keluarga untuk mendidik serta melindungi generasi dari segala hal yang merusak akidah dan kehormatan mereka.

Yang tak kalah penting yaitu hadirnya andil pemerintah dalam menjaga keselamatan generasi. Pemerintah memiliki wewenang untuk meniadakan segala sarana yang memberi akses kepada generasi untuk meniru kebudayaan yang menyimpang dan merusak. Wajib pula mengeluarkan keputusan untuk melarang perayaan V-Day dalam bentuk perayaan apapun sekaligus memberi sanksi tegas bagi para pelanggarnya.

Keberadaan aturan tersebut sekaligus akan mematikan propaganda yang dilakukan oleh para pengusaha-pengusaha yang memanfaatkan event V-Day sekedar meeraih keuntungan materi sementara keselamatan generasi diabaikan. Pemerintah tak boleh memberi ruang masuknya kebudayaan-kebudayaan rusak yang akan meracuni para generasi.

Termasuk menanggalkan ide liberal (kebebasan) sebab ide inilah yang menjadi pangkal dari segala kerusakan yang dialami oleh generasi muda saat ini. Penerapan hukum-hukum Islam sangat urgen untuk segera dilakukan guna mencegah kehancuran generasi sekaligus kehancuran bangsa. [*GF/RIN]

*Penulis Adalah Pemerhati Kebijakan Publik

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini