Beijing | Lapan6online.com : Agresifitas China di kawasan Laut China Selatan meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini, seiring berakhirnya wabah Covid-19 di negara itu. Satu-satunya tantangan militer China adalah hadirnya Pembom nuklir AS B-1B Lancer yang dalam pekan ini hilir mudik dari pangkalan militer AS di pasifik dan mengawasi ketat agresifitas China di kawasan itu.
Menandingi hegemoni AS di Pasifik, militer China bersiap meluncurkan pembom nuklir siluman paling baru Xian H-20. Sebelumnya, Pembom siluman supersonik ini lebih dulu diperkenalkan Pada Oktober 2018 menjelang parade merayakan ulang tahun ke-70 angkatan udara tahun Tiongkok.
Jika H-20 memang memiliki jangkauan dan karakteristik siluman, ini dapat merubah peta kekuatan AS dan Cina, terutama dalam kaitan pangkalan dan armada AS di Pasifik dalam merespon serangan udara.
Mengutip South China Morning Post, Selasa (5/5/2020), Xian H-20 siap diterbangkan dalam airshow di China tahun ini, meski tertunda karena munculnya pandemik Covid-19, namun sumber militer China mengungkap, Xian H-20 bakal jadi pelengkap triad nuklir China setelah darat dan laut, kini udara menjadi kekuatan pelengkap.
Rencananya Xian H-20 akan ditampilkan di Zhuhai Airshow pada November tahun ini jika pandemi COVID-19 terkendali.
Militer China terus meningkatkan kemampuan nuklir mereka dari darat, laut dan udara. Pembom nuklir H-20 menyempurnakan kekuatan militer China untuk mengalahkan hegemoni AS dan Rusia di dunia.
Pembom Nuklir Konvensional H-6
Sebelumnya China lebih dulu mengandalkan pembom H-6 untuk melakukan serangan jarak jauh. Bomber ini juga beberapa kali digunakan patroli jarak jauh di perairan di Samudera Pasifik yang luas.
Mengutip situs nasional disebutkan, China, Rusia dan Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang mengoperasikan pembom strategis jarak jauh dalam jumlah yang signifikan.
Pembom H-6 dibangun awal 1950-an dan 180 H-6 telah dihasilkan selama bertahun-tahun dengan sebagian besar melayani Angkatan Udara dan Angkatan Laut China.
H-6 adalah salinan China dari Tupolev Tu-16 Badger, pembom strategis bertenaga jet pertama Uni Soviet. China menerima beberapa Tu-16 dari Rusia pada 1958-1959 dan menghantam sebuah perjanjian produksi berlisensi dengan Moskow.
Beijing beruntung menerima kit produksi Tu-16 ketika itu, ketika hubungan dengan Uni Soviet hampir seluruhnya ambruk beberapa tahun kemudian China sudah bisa memproduki sendiri.
Ketegangan di kawasan Pasifik memburuk dalam sebulan terakhir, di mana Beijing dan Washington terus terlibat perang kata-kata terkait pandemi COVID-19. Kedua pihak juga pihak meningkatkan patroli Angkatan Laut di Selat Taiwan dan Laut China Selatan serta Laut China Timur.
Kekuatan Pembom Siluman H-20
Kembali kepada kekuatan H-20, pembom siluman supersonik ini diperkirakan mempunyai jarak jelajah lebih dari 8.500 km atau setara dengan 5.300 mil.
H-20 dilaporkan dirancang untuk menyerang sasaran-sasaran jauh, yang mencakup pangkalan AS di Jepang, Guam, Filipina, dan negara-negara lain. Rantai pulau di Hawaii dan pesisir Australia juga berada dalam jangkauan.
Dapat dilengkapi rudal nuklir dan konvensional, pembom H-20 ini punya kemampuan lepas landas sekitar 200 ton dengan berat muatan mencapai 45 ton. Pembom itu diperkirakan terbang dengan kecepatan subsonik dan berpotensi mengeluarkan empat rudal jelajah siluman hipersonik yang kuat.
Dengan kekuatan militer ini, China akan lebih menyulitkan AS, tidak saja di pasifik namun juga di dunia.
(*/RedHuge/Lapan6online)