Megawati dan Jokowi Pura-pura Berkelahi? Padahal Mau Hancurkan Anies-Imin?

0
228
Muslim Arbi/Foto : Ist.

OPINI I POLITIK

Oleh : Muslim Arbi

Desas – desus Keretakan di internal PDIP kalau di cermati dapat di telusuri sejak Jokowi masuk DKI.

Saat itu Prabowo banyak berperan yakinkan Megawati untuk terima Jokowi sebagai Cagub. Meski saat itu tersebar desas – desus. PDIP dukung Fauzi Bowo sebagai cagub. Tapi akhirnya atas perjuangan Prabowo yakinkan Megawati. Jokowi di cagubkan oleh PDIP dan berhasil sebagai Gubernur DKI (2012-2014).

Setelah jadi Gubernur. Jokowi mau maju sebagai Capres. Dan 2014-2019 terpilih presiden.

Dugaan terjadi pengkhiatan politik di lakukan oleh Jokowi dan juga PDIP terhadap Prabowo. Dari perjanjian Batu Tulis. Megawati akan dukung Prabowo sebagai pada Pilpres 2019-2024. Nyata Megawati dan PDIP tetap dukung Jokowi. Bukan dukung Prabowo.

Nah itu dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Prabowo.

Sebetulnya pengkhianatan itu mesti harus nya di sadari oleh PDIP.

Tapi nyata PDIP menikmati pengkhianatan itu.

Nah hari ini. Kembali, dan PDIP di khianatani oleh Jokowi.

Di amati; Itulah barangkali sebagai pokok ketegangan dan keretakan antara Megawati-PDIP vs Jokowi.

Karena saat ini nampak nya Jokowi memanfaatkan Prabowo dengan memajukan Gibran anak nya sebagai cawapres. Bisa jadi sikap Jokowi mau obati luka pengkhiatan pada Prabowo yang juga telah ikut membesarkan Jokowi saat Pilgub DKI.

Dengan mendukung Prabowo dan tidak dukung Ganjar ini adalah pengkhianatan Jokowi terhadap Megawati dan PDIP yang all out dukung Jokowi 2 periode.

Kalau Megawati dan PDIP merasa di Khianati. Jokowi dapat segera di makzulkan di tengah jalan dengan galang kekuatan di Parlemen.

Sejumlah partai yang di sakiti dan ditekan Jokowi dapat gunakan Hak Interpelasi secara bersama-sama dapat memecat Jokowi. Dan itu PDIP pasti dapat dukung penuh DPR.

Dan itu dapat di inisiasi oleh Fraksi PDIP – DPR atas perintah Ketum Megawati.

Kalau cuma viralkan opini dan berita di media PDIP bermusuhan. Itu dianggap sandiwara belaka.

Jika tidak di lakukan Megawati dan PDIP dianggap ber pura-pura berkelahi.

Karena. Bisa jadi musuh Politik yang sebenarnya adalah Anies – Imin.

Nampak nya dengan pura-pura cipta ketegangan dan keretakan ini, sebenarnya terselip maksud. Keroyokan Anies-Imin.

Se olah – olah berkelahi betul. Tapi bisa jadi cipta kondisi sedang berkelahi kalau tidak ada tindakan politik terhadap Gibran maupun Jokowi yang langgar Garis Partai. Yakni: Berada di Kubu Prabowo.

Kalau Megawati dan PDIP tidak pecat Jokowi dan Gibran yang telah langgar konsitusi partai.
Maka dugaan di atas benar ada nya.

Maka di pastikan PDIP dan Megawati bermain dua kali. Pura2 bersebrangan tapi sebenarnya PDI dan Jokowi jadikan musuh bersama adalah Anies-Imin.

Ada beberapa kalkulasi: jika mengamati Pura-pura Berkelahi Megawati vs Jokowi.

1. Cara Jokowi dukung Prabowo dengan sodorkan Gibran adalah untuk hancurkan Prabowo karena ini adalah politik dinasty Jokowi. Padahal Politik dinasty jadi common enemy. Dan musuh Rakyat karena KKN. Musuh Reformasi. Tapi di biarkan Megawati. Tentunya ini secara silent dukung Ganjar. Ya dukung PDIP.

2. Megawati dan Jokowi bermain masing-masing. Megawati mainkan Ganjar. Jokowi mainkan Prabowo. Dengan demikian. Anies-Imin hadapi 2 musuh. Di jepit oleh kekuatan Lenteng Agung-Tengku Umar dan Istana Kertanegara.

3. Dengan demikian. Bisa jadi putaran pertama. Megawati dan Jokowi all out habisi Anies-Imin. Sehingga pada putaran. Kedua nya apakah Ganjar atau Prabowo yang menang.

Itu tetap kemenangan Megawati – PDIP dan Jokowi kalau Ganjar atau Prabowo yang menang. Artinya Megawati dan Jokowi tetap menang.

Jadi ketegangan dan keretakan di internal PDIP itu saya tidak percaya kalau tidak ada tindakan tegas terhadap Jokowi dan Putera nya yang telah ambil garis politik sendiri setelah di besarkan oleh Megawati dan PDIP.

Sebagai mana PDIP memecat Budiman Sujatmiko yang telah nyebrang ke Kubu Prabowo.

Jadi. Jangan percaya ada ketegangan antara Megawati, PDIP dan Jokowi jika PDIP tidak memecat Jokowi dan Gibran yang telah ambil garis politik sendiri dukung Prabowo. Margonda Raya: Depok, 29 Oktober 2023. (*)

*Penulis Adalah Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indoensia Bersatu