“Penyebabnya tidak lain karena tidak adanya pernyataan Prabowo Subianto untuk mengucapkan selamat kepada paslon 01. Media massa dengan jeli mengangkat masalah ini dan dianggap sebagai ketidakpatutan yang dilakukan Prabowo.”
Jakarta, Lapan6Online : Persidangan di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah berakhir pada Kamis (27/6) pukul 21.22 malam jauh dari bubarnya ratusan ribu massa yang membubarkan diri mulai pukul 17 sore.
Menurut Ki Gendeng Pamungkas (KGP,red), meskipun MKRI sudah “memberikan” kemenangan untuk paslon 01, namun sampai hari ini masih saja Blok 01 tidak puas. Hal itu dikatakan oleh KGP, pada Senin (1/7) pagi di Bogor.
“Penyebabnya tidak lain karena tidak adanya pernyataan Prabowo Subianto untuk mengucapkan selamat kepada paslon 01. Media massa dengan jeli mengangkat masalah ini dan dianggap sebagai ketidakpatutan yang dilakukan Prabowo.” Kata KGP memberikan alasan.
Menurutnya, hal yang sama terjadi ketika KPU mengumumkan kemenangan untuk 01 sehari lebih cepat dari jadwal meski penghitungan manual belum selesai.
Dalam penerawangan KGP, Blok 01 sudah berharap agar Prabowo mau menemui Jokowi untuk rekonsiliasi. Namun sampai saat ini tidak digubris oleh Prabowo Subianto.
“Lihatlah, berkali kali mereka menyiarkan kebohongan lewat opini di media cetak maupun online bahwa telah terjadi pertemuan antara Prabowo dengan utusan Blok 01, seperti Wir, LBP, HP dan BG dan lainnya.”Lanjut KGP.
Segera berita rekonsiliasi pun hilang digulung berita lain karena tidak satupun ada pernyataan dari pihak 02 yang menyebut bahwa ada pertemuan antara Blok 01 dan 02. Prabowo kukuh pendiriannya dan tidak peduli dengan opini yang mereka bangun.
Prabowo acuh ketika Blok 01 memunculkan isu bahwa kemungkinan Gerindra akan merapat ke Jokowi. Sandiaga Uno menjadi korban berikutnya, dengan isu diangkat menjadi salah satu mentri di kabinet Jokowi nantinya. Tentu saja dibantah oleh Sandiaga Uno isu yang disampaikan pertama kali oleh Neta S. Pane di TVOne pada Kamis( 13/5) pagi saat dialog dengan Lawyer Tonin Tachta Singarimbun SH dan Ali Mochtar Ngabalin.
Sikap acuh Prabowo tentu saja membuat mereka gusar. Bagimana tidak, bagi mereka ucapan selamat dari Prabowo adalah hal penting sebagai legitimasi bagi pemerintahan Jokowi bahwa ia telah diakui sebagai pemenang pemilu.
Dagangan rekonsiliasi yang mereka inginkan sebenarnya adalah cara rezim untuk mendapat legitimasi lebih cepat tanpa harus menunggu sidang MKRI berakhir.
Hitung – hitungan pihak Blok 01, andai Prabowo mau mengucapkan selamat dan menerima ajakan rekonsiliasi maka akan mudah bagi mereka menaklukkan para pendukung Prabowo Subianto.
Pikir mereka tentu kunjungan mereka Jokowi merasa nyaman bahwa meskipun kemenangan didapat dengan cara curang sekalipun, yang penting Jokowi sudah diakui sebagai pemenang oleh Prabowo.
Mereka keliru! Ternyata Prabowo Subianto lebih memilih berdiri bersama pendukungnya yang telah berjuang tanpa lelah. Prabowo Subianto tidak lagi bisa ikhlas dikalahkan oleh kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, massif dan brutal.
Pastinya Prabowo tidak memberikan rasa nyaman kepada mereka yang curang. “Sebagai seorang prajurit, jiwa juang dalam berkompetisi adalah penting. Tidak peduli siapa yang menang dan kalah, yang penting dilakukan dengan jujur dan adil.” Lanjut KGP.
Prinsip inilah yang mereka lupakan. Sebagai sosok yang sangat cinta pada NKRI, Prabowo jelas sekali tidak menginginkan negara ini dibangun dari cara maling suara rakyat dan kecurangan sebagaimana selalu dikatakan oleh Prabowo dalam berbagai pidato saat masa kampanye.
Pilihan tepat bagi Prabowo pada saat pelantikan di bulan Oktober nanti adalah tidak hadir. Bila ini dilakukan Prabowo, tentu ini maknanya sama saja tidak mengakui kemenangan Jokowi.
Bisa dipastikan akan bikin gamang Jokowi menjalankan roda pemerintahan. Para pendukung Prabowo sejalan dengan sikap Prabowo yang menganggap Presiden kali ini lahir dari kecurangan.
Anggap saja tidak pernah ada kekalahan kompetisi yang jujur dan adil. Rakyat paham sikap Prabowo, buat apa menang jika tidak mendapat legitimasi dari lawan politik dan sebagian besar rakyat Indonesia.
“Kedepan Jokowi adalah satu- satunya presiden yang tidak dihormati kemenangannya. Bukan saja tidak dihormati, namun diacuhkan.”Tegas KGP.
Bagi sebagian besar rakyat dia adalah pemimpin haram di republik ini. Haram dalam bahasa Arab mempunyai makna dua pengertian, yaitu terlarang dan tidak ada penghormatan.
“Makna terlarang disebut haram, sehingga bila tetap dilakukan, berarti melanggar kehormatan orang yang melarang. Ayolah pemilih Prabowo, bisakah kalian seteguh Prabowo Subianto dalam bersikap?” Tutup KGP. GF/Red
*Sumber : radarindonesianews.com