“Maka patut bagi kita untuk menggali kebenaran akan jejak sejarah Khilafah di Nusantara untuk menolak anggapan bahwa perjuangan Khilafah saat ini adalah perjuangan yang ahistoris,”
Oleh : Zhuhriana Putri
Jakarta | Lapan6Online : Indonesia yang merupakan bagian dari wilayah Nusantara pada dahulu kala, kini telah menjadi negara dengan julukan negara mayoritas penduduk muslim terbesar di Dunia, patut lah tidak menafikan akan adanya jejak sejarah Khilafah yang membawa Islam di Nusantara. Sejarah Islam di Nusantara sejatinya tidak bisa lepas dari eksistensi dan peran Khilafah.
Karena Islam bisa sampai di Nusantara akibat adanya utusan-utusan dari kekhilafahan bukan seperti yang kebanyakan yang dikabarkan dalam sejarah saat ini bahwa Islam dibawa oleh para pedagang. Lalu bagaimana kah peran Khilafah di Nusantara ?
Peran Khilafah di Nusantara
Salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang sangat terkenal, Umar Bin Abdul Aziz yang berkuasa pada tahun 717-720 M begitu serius dalam mendakwahkan Islam ke seluruh dunia. Dalam tulisannya yang berjudul Two Letters from the Maharaja to the Khalifah, S.Q. Fatimi membeberkan sepak terjang Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dalam menyebarluaskan Islam ke berbagai negeri di seluruh dunia. Termasuk Nusantara.
Pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz pula mulai terjadi hubungan Khilafah dengan Nusantara.
Menurut Fatimi, penguasa Kerajaan Sriwijaya yang saat itu berpusat di Pulau Sumatera, Maharaja Sri Indravarman, pernah menulis surat yang ditujukan kepada Khalifah Umar Bin Abdul Aziz di Damaskus. Surat tersebut dinukil oleh Ibn ‘Abd Rabbih dalam al-‘Iqd al-Farid berdasarkan riwayat dari Nu’aym bin Hammad : “Raja Hind (Sriwijaya) mengirim surat kepada Khalifah Umar Bin Abdul Aziz : Dari Raja Diraja – yang adalah keturunan seribu raja; yang istrinya juga adalah anak cucu seribu raja; yang dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang wilayahnya terdapat dua sungai (Musi dan Batanghari) yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak mewangiannya sampai menjangkau jarak 12 mil – kepada Raja Arab (Umar Bin Abdul Aziz), yang tidak menyekutukan Allah dengan segala sesuatu.
Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimi saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya…”
Pada masa-masa berikutnya, Kesultanan Aceh yang berdiri pada tahun 1496 M, memperbarui hubungan dan ketaatannya dengan pusat kuasa Islam di Timur Tengah. Ketika pucuk Khilafah sudah beralih ke Bani Utsmaniyah di Turki, Sultan Aceh yang ketiga, Alauddin Riayat Syah al-Qahhar yang berkuasa pada tahun 1537-1571 mengirim surat kepada Khalifah Sulaiman al-Qanuni di Istanbul pada tahun 1566. Dalam surat itu ia menyatakan baiatnya kepada Khalifah Utsmaniyah dan memohon agar dikirimi bantuan militer ke Aceh untuk melawan Portugis yang bermarkas di Malaka.
Pengganti Khalifah Sulaiman al-Qanuni, yakni Salim II, mengabulkan permohonan Sultan al-Qahhar dan mengirimkan bala bantuan militer ke Aceh. Dalam surat balasannya kepada Sultan Aceh itu, Khalifah Salim II menulis bahwa melindungi Islam dan negeri-negeri Islam adalah salah satu tugas penting yang diemban oleh Khilafah Utsmaniyah. Khalifah Salim II pun menunjuk kepala provinsi (sancak) Alexandria di Mesir, Kurdoglu Hizir Reis, untuk menjadi panglima perang dan dikirim ke Aceh demi memerangi kaum kafir Portugis dengan pertolongan Allah dan Rasul-Nya.
Dengan bantuan yang didapat dari Khilafah Utsmaniyah ini, Sultan al-Qahhar dari Aceh dapat menyerang Portugis di Malaka pada 20 Januari 1568 dengan kekuatan 15.000 tentara Aceh, 400 Jannisaries Utsmaniyah dan 200 meriam Perunggu.
Tentu ini hanya sebagian dari jejak yang ada. Dari Sabang sampai Merauke terdapat banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah Islam masuk ke Nusantara yang dapat menjadi bukti akan peran Khilafah di Nusantara. Dan sampai saat ini kita masih bisa melihat wujud nyata peninggalan-peninggalan tersebut walaupun ada beberapa diantaranya telah lenyap ditelan masa.
Nusantara berhutang budi terhadap Khilafah
Dari jejak sejarah bagaimana peran Khilafah di Nusantara ini, tampak jelas lah bahwa Islam memiliki andil dalam membantu Nusantara untuk mengusir penjajah terutama bangsa Portugis.
Dengan adanya utusan-utusan yang dikirim oleh Kekhalifahan juga lah yang menjadikan Indonesia saat ini dapat menjadi negeri mayoritas muslim terbesar di dunia. Maka patut bagi kita untuk menggali kebenaran akan jejak sejarah Khilafah di Nusantara untuk menolak anggapan bahwa perjuangan Khilafah saat ini adalah perjuangan yang ahistoris.
Tidak bisa dinafikan lagi bagaimana antusiasmenya masyarakat saat ini terutama masyarakat Indonesia akan perjuangan penerapan kembali Khilafah. Hal ini terlihat dari bagaimana suksesnya Film Jejak Khilafah di Nusantara yang ditayangkan perdana pada tanggal 1 Muharram 1442 H kemarin berhasil ditonton oleh ratusan ribu masyarakat Indonesia.
Sudah saatnya negeri mayoritas muslim terbesar di dunia ini memperjuangkan penerapan kembali Khilafah yang akan mampu menyelamatkan bangsa ini dari segala permasalahan peliknya seperti saat Khilafah membantu Nusantara dalam melawan penjajah dahulu kala. (*)