“Kalau gadget kan personal, dia (anak didik) melakukannya sendiri. Namun dengan program sosial begini, diharapkan mereka akan lupa pada gadget. Mereka lebih bersosialisasi dengan teman-temannya, bermain, nanti ada game, ada api unggun, ada lomba dan lain sebagainya, sehingga dengan kegiatan ini mereka sedikit-demi sedikit dapar terstimulasi, ternyata lebih asik jika bersosialisasi dengan teman-temannya.
Jakarta, Lapan6online.com : Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong program satu hari belajar di luar kelas atau di luar ruang sebagai upaya agar para siswa bisa mendapatkan interaksi sosial yang menyenangkan. Tujuannya tak lain adalah untuk mewujudkan institusi pendidikan dasar di Indonesia sebagai tempat yang nyaman untuk belajar.
Inilah yang dilakukan oleh Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Jeruk Purut Jakarta Selatan melalui program “Camping” Gerakan Pramuka Gugus Depan 05.031-05032 Fatahilah sebagai bagian dari program belajar di luar kelas.
Abdurahman S.Ag M.Pd, Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Hidayah Jeruk Purut mengatakan, ada 3 dasar penting yang diterapkan dalam program satu hari balajar di luar ruang melalui program Camping di Bumi Perkemahan Ragunan (Buper) Jakarta Selatan.
“Pertama, mempraktekan teori pada anak-anak yang diberikan di sekolah. Ketika di kelas kan kita berikan teori-teori. Nah inilah prakteknya sekarang ini secara langsung di lapangan. Kedua, sebagai dasar pengalaman di luar sekolah. Karena dengan anak terjun langsung bisa merasakan bagaimana dia hidup di alam terbuka, belajar mandiri dan lain sebagainya, jauh dari orang tua. Jadi melatih keberanian dan kemandirian anak,” terang Abdurahman kepada redaksi lapan6online.com, Rabu (13/11/2019).
“Ketiga, Melatih kebersamaan anak. Faktor kebersamaan anak-anak, biasanya mereka di rumah tanpa kawan, disini mereka dicoba untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, sehingga dengan seperti itu anak dapat merasakan bagaimana kerjasama dengan teman-teman, dengan lain keluarga, sehingga diharapkan akan tertimbul dalam diri anak, inilah jiwa sosial yang harus dikembangkan bersama.” terangnya.
Abdurahman mengatakan, selama berjalannya program Pramuka ini, tidak ada kendala pada siswa yang terkait dengan prilaku saat jauh dari orang tua.
Didukung Orang Tua Murid
“Alhamdulillah anak-anak bahkan antusias sekali. Mereka merasa senang dan menginginkan agar program ini dilaksanakan kembali.” kata Abdurahman.
Menurut dia, terlebih dengan adanya program dari pemerintah terkait pembelajaran di luar ruangan, kegiatan camping atau berkemah yang digelar oleh pramuka ini dinilai cocok dengan program pemerintah, sebabnya, karena memang pramuka lebih dominan berkegiatan di luar ruangan.
“Oleh karena itu dengan adanya program belajar mandiri ini, sudah menjawab tantangan dari pemerintah, sehari belajar di luar ruangan, kadang kita sampai dua hari atau tiga hari.” terang dia.
Abdurahman menuturkan, program berkemah atau camping ini merupakan agenda kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh Pramuka MI Nurul Hidayah Jeruk Purut yang didukung dan disuport orang tua wali murid. Terlihat, tanggapan dan respon orang tua atas program belajar di luar ruangan ini juga bagus. Menurut Abdurahman, pihaknya tidak ada menemui kendala yang berarti.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang tua yang mensuport kegiatan kemah di Bumi Perkemahan Ragunan tersebut. Dengan areal yang cukup luas, Bumi Perkemahan Ragunan yang dikenal dengan tempat wisata rumah pohon ini, menjadi tempat wisata perkemahan yang menarik untuk melakukan berbagai pelatihan dan bimbingan karakter maupun bimbingan mental.
“Buktinya hari ini, para orang tua mensuport kegiatan dengan mengirim banyak makanan. Ini semua atas partisipasi orang tua, Masya Allah, antusias sekali para orang tua,” kata dia.
Menurut Abdurahman, salah satu kiat khusus yang diterapkan para guru maupun pembina di program camping ini, selain belajar mandiri dan berinteraksi sosial, juga mengatasi ketergantungan anak didik pada gadget atau pada smartphone.
Atasi Ketergantungan Anak Pada Gadget
Dengan program sosial di luar ruangan, menurut dia, nantinya para guru dapat mengatasi jika ada persoalan murid yang bergantung pada gadget. Anak didik diharapkan dapat dengan mudah bersosialisasi dan tidak secara personal terus menerus memainkan gadget yang dapat menyebabkan ketergantungan akut.
“Kalau gadget kan personal, dia (anak didik) melakukannya sendiri. Namun dengan program sosial begini, diharapkan mereka akan lupa pada gadget. Mereka lebih bersosialisasi dengan teman-temannya, bermain, nanti ada game, ada api unggun, ada lomba dan lain sebagainya, sehingga dengan kegiatan ini mereka sedikit-demi sedikit dapar terstimulasi, ternyata lebih asik jika bersosialisasi dengan teman-temannya.” terang Abdurahman.
Menurutnya, sangat tepat kegiatan di luar ruang ini untuk meninggalkan kegiatan mereka main gadget dan lain sebagainya.
Sementara itu, terkait dengan kurikulum yang diterapkan pemerintahan yang baru, Abdurahman mengungkapkan, sudah terjadi secara umum ketika ada menteri pendidikan baru, maka akan disusul dengan kebijakan yang juga baru. Namun begitu, apapun kurikulumnya, kata Abdurahman yang terpenting adalah isi atau esensi dari kurikulum tersebut. “Yang terpenting itu isinya.” tegasnya.
Ganti Menteri ganti Kurikulum
Apapun nama kurikulum tersebut, kata Abdurahman, apakah K-13 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau apalah namanya, yang terpenting adalah esensi kurikulum itu sendiri. Sebetulnya kalau pun K-13, tetapi kurikulum itu ruhnya tetap masih KTSP. Hanya mungkin penambahan di K-13, misalnya ada keterampilan, itu lebih diutamakan. Jadi tidak hanya kemampuan. Selain kemampuan, keterampilan juga diberikan.
“KTSP itu kan tingkatnya satuan, jadi KTSP itu lebih kepada satuan-satuan pendidikan. Tapi kalau K-13 itu lebih diutamakan kepada kolektifitas, artinya anak didik lebih diusahakan keterampilannya, jadi tidak hanya kognitifnya saja, namun anak didik juga diajarkan pada prakteknya.” katanya.
Tapi ke depan apapun nama kurikulum yang menjadi kebijakan menteri yang baru ini, yang penting adalah esensinya. “Kalau tidak berpihak kepada siswa dan guru, saya kira, apapun namanya tidak akan dipakai,” kata Abdurahman.
Menariknya, Kepala Madrasah yang akrab dengan ulama-ulama NU ini mengatakan, madrasahnya kerap dikunjungi oleh ulama dan Kyai sepuh NU. Dia pun berharap, suatu saat, ulama sepuh NU, sekaligus Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin bersedia mengunjungi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah.
“Mudah-mudahan suatu saat ditinjau Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin.” tandas Abdurahman.
(Haris. S/red-Lapan6online.com)