OPINI
“Solusi dari permasalahan toleransi dan pendangkalan akidah ini adalah dengan meyakini dan menerapkan aturan Islam kafah oleh masyarakat. Masyarakat dan penguasa yang ada memiliki peran penting untuk menjaga akidah umat,”
Oleh : Sumiati
MENTERI Agama Republik Indonesia, Nasarudin Umar mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga keharmonisan antar umat beragama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2024/2025. Menurutnya, masyarakat Indonesia harus memelihara hubungan baik sebagai warga bangsa yang hidup dalam keberagaman (,jawapos.com, 20/12/24).
Istilah toleransi beragama memang menjadi isu utama yang digulirkan pemerintah, khususnya melalui Kementerian Agama. Ini sebagai perlawanan terhadap apa yang disebut sebagai paham ekstremisme, radikalisme, dan intoleransi. Apalagi jelang Natal dan tahun baru, topik toleransi beragama makin kencang. Seperti tahun-tahun sebelumnya, agenda ini akan dilanjutkan dengan perayaan natal bersama oleh warga, ormas Islam, dan tokoh-tokoh Islam.
Setiap kali menjelang bulan Desember, umat Islam senantiasa dituding sebagai umat yang tidak bertoleransi dalam beragama. Apalagi ketika masuk di penghujung Desember, seolah-olah toleransi kaum muslimin harus ditunjukkan dengan mengucapkan selamat dan ikut merayakan hari raya agama yang lain. Parahnya lagi, seruan ini lebih banyak muncul dari kalangan kaum muslimin sendiri.
Seruan toleransi yang bertentangan dengan ajaran agama Islam terus berulang, bahkan oleh Mentri Agama, kepala daerah dan pejabat lainnya. Hal ini terjadi karena tidak ada pemahaman akan tugas penguasa dan pejabat negara dalam menjaga urusan umat termasuk dalam penjagaan negara atas akidah umat,. Ditambah lagi, masifnya kampanye moderasi beragama membuat umat makin jauh dari pemahaman yang lurus dan benar.
Pernyataan Menag sungguh tidak sesuai dengan realitas, terlebih mereka juga bagian dari kaum muslim. Sebab, yang terjadi di lapangan adalah adanya pengaburan identitas Islam pada masyarakat muslim saat moment perayaan Natal dengan dalih toleransi. Hal ini tampak di sejumlah tempat umum yang menggunakan dekorasi Natal, seperti di mal, supermarket, perkantoran atau hotel. Hal ini biasanya diikuti dengan penggunaan atribut, seperti topi dan kostum sinterklas oleh para pegawai di tempat tersebut lepas dari apa yang menjadi akidah mereka.
Masalah lainnya, toleransi yang diserukan saat ini bertentangan dengan akidah Islam. Wujud toleransi saat ini lebih kental dengan pencampuran ide-ide dari luar Islam. Toleransi yang digambarkan berupa ucapan selamat hari raya dari kaum muslim kepada non muslim. Padahal, pandangan toleransi seperti ini adalah versi sekuler yang maknanya keliru dan menyesatkan kaum muslim.
Di antara konsekuensi penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme adalah landasan kehidupan yang berkonsep pemisahan agama dari kehidupan. Dengan kata lain, nilai-nilai agama dipinggirkan dari pentas kehidupan dan hubungan sosial kemasyarakatanan. Sebaliknya agama hanya diperbolehkan mengatur di pojok-pojok ranah kehidupan pribadi. Sekularisme ini telah menyerang sendi kehidupan. Sekularisme ini yang mendorong narasi toleransi yang kebablasan sehingga terjadi salah kaprah dan pembenaran termasuk saat masyarakat menyikapi momen Nataru.
Islam telah mengatur batasan-batasan toleransi, seperti telah dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS Al Kafirun (109):1-6 yang artinya, “Hai orang orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”
Solusi dari permasalahan toleransi dan pendangkalan akidah ini adalah dengan meyakini dan menerapkan aturan Islam kafah oleh masyarakat. Masyarakat dan penguasa yang ada memiliki peran penting untuk menjaga akidah umat. Dalam Islam, sistem yang menerapkan syariat Islam ini disebut dengan khilafah.
Khilafah memiliki Departemen Penerangan yang memberikan penjelasan mengenai tuntunan Islam dalam menyikapi hari besar agama lain. Fungsi penerangan ini juga untuk menampilkan syiar dakwah Islam dari negara kepada rakyatnya dalam rangka menguatkan akidah mereka. Selain itu, di dalam sistem khilafah terdapat qadi hisbah yang bertugas mengatur interaksi umat Islam dengan non muslim agar sesuai syariat Islam, termasuk menjelaskan aturan Islam untuk menyikapi Nataru.
Sungguh, dengan Islam kaum muslim akan mulia dan berjaya, sebagaimana firman Allah Taala dalam ayat, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahlu kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang orang yang fasik” (QS Ali Imron(3):110. [**]
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah Muslimah