PERISTIWA | NUSANTARA
“ICK mendesak Presiden menjadikan Stadion Kanjuruhan Malang itu mendirikan monumen. Stadion Kanjuruhan tidak perlu lagi dipakai untuk laga pertandingan tapi dijadikan monumen sebagai momentum kebangkitan sepak bola di tanah air. juga wisata olah raga,”
Lapan6Online | Jakarta : Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang tidak akan pernah hilang dari ingatan khususnya 131 keluarga suporter Aremania korban tewas yang “hanyut” dalam hiruk-pikuk Arema FC. Tragedi berdarah “lapangan hitam” yang menjadi momen kesedihan mendalam dan tetap akan dikenang sepanjang masa persepakbolaan di Indonesia.
Dan bahkan, “Tragedi Stadion Kanjuruhan” menjadi peristiwa terbesar kedua di dunia, setelah Stadion Nasional pada laga Argentina mengalahkan Peru di babak kualifikasi Olimpiade menewaskan lebih dari 300 orang dan 500 lainnya terluka di Lima, Peru, pada 24 Mei 1964.
“Peristiwa Kanjuruhan tidak mungkin bisa dilupakan, terutama bagi keluarga korban yang sampai hari ini (Selasa 11 Oktober 2022), tercatat 131 jiwa suporter Aremania melayang sia-sia” kata Ketua Presidium Indonesia Cinta Kamtibmas (ICK) Gardi Gazarin, SH, dalam siaran persnya di Jakarta, pada Selasa (11/10/2022).
Oleh karena itu kata Gardi Gazarin, ICK mengusulkan dan meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun “Monumen Kanjuruhan” menjadi monumen sepak bola di tanah air.
“ICK mendesak Presiden menjadikan Stadion Kanjuruhan Malang itu mendirikan monumen. Stadion Kanjuruhan tidak perlu lagi dipakai untuk laga pertandingan tapi dijadikan monumen sebagai momentum kebangkitan sepak bola di tanah air. juga wisata olah raga,” ungkap Gardi Gazarin.
Menurut Gardi Gazarin monumen ini juga menjadi simbol pengingat rakyat Indonesia bahwa insiden Kanjuruhan adalah tragedi pilu sepak bola Indonesia. Selain itu, monumen ini nantinya diharapkan menjadi kebangkitan sepak bola kita baik prestasi maupun tertibnya penyelenggara dan penonton atau suporter yang menyaksikan setiap laga pertandingan di stadion manapun di tanah air.
“Hal terpenting lagi, tentunya tercatatnya 131 nama yang meninggal di monumen Kanjuruhan untuk mengenang ratusan korban yang begitu cintanya pada sepak bola,” ucap Gardi Gazarin.
Monumen Kanjuruhan ini juga tidak kalah pentingnya dengan monumen”Ground Zero” Bom Bali di Jalan Legian, Kuta, dalam peristiwa bom mobil dan bom bunuh diri yang meledak di Saru Club dan Paddy’s Pub Kuta pada 12 Oktober 2002. Di hari yang sama satu bom meledak di dekat Konsulat Amerika Serikat. Dari ledakan bom aksi biadap terorisme, pada 12 Oktober 2002, sekitar pukul 23.15 WITA, yang dikenal dengan tragedi Bom Bali 1, merengut 203 jiwa melayang serta 209 orang luka-luka.
“Di Bali ada Ground Zero monumen Bom Bali, untuk itu pemerintah juga tepat dan terhormat mendirikan Monumen Kanjuruhan. Kedua peristiwa itu sama sama merenggut banyak nyawa dan ratusan keluarga kehilangan orang-orang yang mereka sayangi,” terang Gardi Gazarin.
Tragedi Stadion Kanjuruhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC menjamu Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, merupakan markas Arema FC berkapasitas 30 ribu penonton yang diresmikan pada 9 Juni 2004 oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri.
Pembangunan stadion dengan nama Kanjuruhan diambil dari sebuah kerajaan bercorak Hindu yang terletak di Malang, yang tertulis dalam Prasasti Dinoyo, mulai dibangun tahun 1997 menelan dana Rp35 miliar.
Peresmiannya ditandai dengan laga uji coba tengah musim Liga Indonesia Divisi 1 2004 antara Arema melawan PSS Sleman, di mana kala itu tuan rumah menang tipis 1-0. Pertandingan tersebut sekaligus menandai pindahnya home base Arema dari Gajayana ke stadion Kanjuruhan. (*Kop/Mas Te/Lpn6)