OPINI | POLITIK
“Maka apa pun yang terkait dengan Keadilan bagi Rakyat jika bertentangan dengan kepentingan Jokowi dan para pendukung nya (Oligarki). Pasti akan di tolak mentah2 oleh MK dan KPK dengan berbagai cara yang tidak lazim dan masuk akal sekalipun,”
PELAPORAN Dr Ubeidillah Badrun, Dosen UJN terhadap Anak2 Jokowi: Gibran dan Kaesang soal Gratifikasi yang melibatkan PT SM soal pembelian Saham Rp 92 Miliar; Ubeid telah dipanggil dan di periksa KPK tapi KPK belum juga turunkan Sprindik untuk usut kasus tersebut. Di KPK ada Dewas: Dewan Pengawas.
Di bawah kendali Presiden. Bisa jadi karena menyangkut anak2 nya. Meski sudah terpenuhi bukti2 pelaporan Kang Ubeid. Tapi Jokowi pertahankan Marwah nya. Maka Jokowi tidak izinkan Dewas dan KPK usut tuntas pelaporan Ubeid.
Pelaporan yang di laporkan oleh Partai Prima dan Aksi yang di lakukan oleh Emak2 dan ARM di KPK soal bisnis PCR yang diduga melibatkan Menko Luhut dan Mentri BUMN, Erick Tohir. KPK enggan menyentuh nya. Dipanggil pun tidak. Apalagi di periksa. Padahal sebagai pejabat negara dan pejabat publik KPK wajib periksa mereka. Bisa jadi pelaporan Prima itu terganjal oleh Presiden. Maka Dewas dan KPK pun bungkam.
Saat Partai Prima tanyakan hal itu di Twitter ke akun Twitter @firlibahuri. Ketua KPK itu pun diam seribu bahasa. Begitu juga kasus Harun Masiku sudah memasuki ratusan hari pun KPK tidak bergeming. Firli Bahuri cari aman? Dan hanya memoles diri sebagai Capres? Publik lah yang menilai nya.
Professor Romli Atmahkusumah menolak pembubaran KPK. Meski mantan penyidik KPK Nurmala Aritonang mendesak agar KPK di bubarkan. Nurmala dan kawan2 sebanyak 35 orang yang di keluarkan Firli karena dianggap gagal lulus tes TWK(tes wawasan kebangsaan). Tahu persis kinerja KPK di internal.
Mengapa Nurmala mendesak agar KPK di bubarkan. Tentunya teman nya Novel Baswedan itu sudah pasti tahu jeroan KPK yg sebenar nya. Bisa jadi KPK hanya jadi alat kepentingan tertentu sebagai alat penekan.
KPK memang belangan ini gencar lakukan penangkapan terhadap sejumlah pihak. Tapi itu pun cuma di luar Istana. Di dalam Istana: KPK tidak berani usut dan tangkap.
Soal MK. Mahkamah Konsitusi. Saat ini di pimpin oleh Anwar Usman, saudara Ipar Jokowi. MK sudah jadi Mahkamah Keluarga. Maka jangan harap hal-hal yang terkait dengan kepentingan Rakyat. MK akan bela mati2an kepentingan Kakak Iparnya – Joko widodo. Maka apa pun yang terkait dengan Keadilan bagi Rakyat jika bertentangan dengan kepentingan Jokowi dan para pendukung nya (Oligarki). Pasti akan di tolak mentah2 oleh KPK dengan berbagai cara yang tidak lazim dan masuk akal sekalipun.
Contoh: UU Omnibuslaw, UU minerba, UU IKN, UU PT 20 dst.
Mahkamah Konsitusi saat ini. Bukan lagi pembela kepentingan dan Kedaulatan Rakyat. Tapi telah menjelma menjadi pembela kepentingan kekuasaan dan penguasa.
Ketua DPD, La Nyala Mattalitti serukan opsi: MK pilih PT 0% atau MK BUBAR.
sebagai lembaga tinggi negara. DPD yang terdiri dari para Senator dari berbagai Provinsi melihat praktik2 pemasungan Demokrasi dan Konsitusi ini sudah tidak mencerminkan MK bukan lagi sebagai pengawal Konsitusi dan Pengawal Kedaulatan Rakyat. Perlu People Power untuk sadar kan MK dari kekliruan nya.
Jika MK tidak juga dengarkan semua suara Rakyat. Termasuk para Senator nya di DPD. Maka pantas Rakyat berduyun duyun datangi MK untuk merebut Hak-Hak Demokrasi dan Konsitusi nya. Pilih PT 0% atau MK di bubarkan.
Akhir nya dua insitusi Rakyat: KPK dan MK yang lahir dari rahim Rakyat: Reformasi. Saat ini telah jadi alat Kekuasaan dan Oligarki. Saat nya Rakyat berjuang bentuk PEOPLE POWER untuk rebut Hak2 nya kembali. Kembali merebut Kedaulatan nya yang telah di rampas oleh Penguasa – Oligarkinya.
Allahu Akbar. Merdeka!!! Trowulan: 11 Juni 2022 .(****)
*Penulis Adalah : Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu.