New Normal : Bukan Sekadar Life Style, tapi Way of Life yang Batil

0
81
Ilustrasi : New Normal/Net
“Bila melihat protokol kesehatan tersebut tak ada yang salah. Namun yang perlu kita soroti alasan di balik pemberlakuan new normal ini,”

Oleh: Rissa Septiani Mulyana, S. Psi.

Jakarta | Lapan6Online : Pemerintah sejak awal Juni lalu mulai menerapkan new normal life atau adaptasi kehidupan baru (AKB) di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini sejalan dengan yang dicanangkan WHO. Dalam new normal life, masyarakat diimbau untuk berdamai dengan virus corona yang telah memakan jutaan korban jiwa di seluruh dunia.

Di antara rencana mekanisme pelaksanaan new normal life adalah TNI dan Polri akan mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan di lapangan, seperti penggunaan masker hingga menghindari kerumunan guna memastikan kegiatan masyarakat tetap aman dari virus corona .

Rissa Septiani Mulyana, S. Psi./Foto : Ist.

Era new normal ini menuntut setiap orang untuk terbiasa dengan standar kehidupan baru dalam beraktivitas sehari-hari, seperti mengenakan masker di tempat umum, menerapkan physical distancing, rajin mencuci tangan dan berbagai protokol kesehatan lainnya.

Sebetulnya, bila melihat protokol kesehatan tersebut tak ada yang salah. Namun yang perlu kita soroti alasan di balik pemberlakuan new normal ini. Para pakar epidemiologi menilai Indonesia tergolong nekat memberlakukan new normal di saat kurva pertumbuhan Covid-19 belum mencapai puncaknya. Artinya Indonesia masih jauh dari akhir pandemi.

Adapun alasan di balik pemberlakuan new normal ini semata-mata untuk menghidupkan kembali perekenomian yang mati suri akibat diterjang pandemi. Apakah harus dengan alasan ekonomi lalu pemerintah gegabah menerapkan aturan yang berisiko tinggi memakan nyawa rakyatnya?

Sungguh alasan yang terlalu memaksa.

Hal ini tentu terjadi hanya dalam sistem yang menjadikan manfaat ekonomis sebagai orientasinya, yakni sistem kapitalisme. Pemberlakukan new normal life jelas menunjukkan ketidakmampuan sistem ini dalam menghadapi dan melawan pandemi.

Alih-alih menyelamatkan nyawa rakyat, justru yang terjadi malah membuat istilah kehidupan baru sebagai tameng dari ketidakmampuan sistem untuk memberikan solusi.

Kaum Muslimin semestinya menyadari hal ini, selama sistem berkehidupan ini tegak di atas mabda (ideologi) yang bukan berasal dari wahyu, maka selamanya manusia akan hidup dalam ketidaknormalan, meskipun dilabeli dengan the new normal.

Umat hanya dipaksa untuk berdamai dengan virus mematikan sebagai tameng menghidupkan perekonomian. Semakin jelas bagaimana sistem ini tidak memandang manusia secara manusiawi. Sehingga, new normal: bukan sekadar gaya hidup/life style, tapi jalan hidup/way of life yang batil.

Maka, solusinya satu-satunya dengan menerapkan sistem Islam. Islam merupakan mabda (ideologi) yang berasal dari Sang Pencipta memiliki berbagai aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang akan menciptakan tatanan kehidupan yang normal tanpa balutan manipulasi semu.

Peraturan tersebut lahir dengan memandang manusia beserta fitrahnya, hingga dapat kita saksikan dalam sejarah, bagaimana sistem Islam mampu mengatasi pandemi dengan upaya maksimal tanpa alasan pamrih dari penguasa. ****

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini