New Normal, Refleksi Kegagalan Negara Kapitalis

0
210
Merianti, S.Pd/Foto : Istimewa
“Pandemi covid-19 di Indonesia saat ini berada diujung yang mengkhawatirkan pemerintah merilis new normal life sebagai upaya menormalkan kondisi ekonomi namun tidak diiringi dengan peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan,”

Oleh : Merianti, S.Pd

Jakarta | Lapan6Online : Pandemi virus corona atau Covid-19 merubah tatanan masyarakat dunia. Sepanjang wabah ini terjadi, semua Negara tak mampu berbuat banyak.

Covid-19 terbukti punya dampak yang begitu sistemik, bukan hanya disisi kesehatan tapi juga perekonamian. Berdasarkan perkiraan Bappenas, Penduduk miskin bakal bertambah Dua Juta pada akhir tahun 2020 berbagai kebijakan Physical dan kebijakan moneter sudah diambil tapi ekonomi juga tidak kunjung bergerak.

Sejumlah Negara pun mulai melonggarkan kebijakan terkait mobilitas warganya. Kebijakan transportasi, kebijakan mudik, PSBB, Work from home semuanya nyaris ambyar. Begitu wacana pelonggaran PSBB berembus masyarakat tumpah ruah membanjiri pusat perbelanjaan dan pasar tradisional.

Gugus tugas percepatan pelayanan Covid-19 menilai ketaatan masyarakat atas aturan justru menjadi kunci pelonggaran PSBB menuju “The New Normal”.

Pandemi covid-19 di Indonesia saat ini berada diujung yang mengkhawatirkan pemerintah merilis new normal life sebagai upaya menormalkan kondisi ekonomi namun tidak diiringi dengan peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan.

Mereka meminta rakyat menjalani hidup Normal ditengah ancaman wabah corona, ini seolah menandakan kondisi pemerintahan kita yang sedang abnormal. Negara lain menerapkan kegiatan The New Normal karena covid-19 sudah bisa dikendalikan.

Masalahnya dinegeri ini jangankan dikendalikan, kebijakannya saja membingungkan rakyat, yang awalnya menabuh genderang perang kini ingin hidup berdampingan meski virusnya semakin garang nampaknya sudah final kita akan menempuh hidup New Normal.

PBB melalui laman artikelnya tertanggal 27 April 2020 bertajuk “A New Normal : UN lays out Roadmap to lift aconomies and save jobs after covid-19 (New Normal : Peta jalan yang diletakkan bagi peningkatan ekonomi dan penyelamatan lapangan pekerjaan setelah covid-19).

Narasi ini adalah sebuah jebakan, ketika wabah terbukti meluluh lantakkan perekonomian global diberbagai sektor, adalah keniscayaan mempropagandakan narasi new normal life dan membiarkan rakyat dunia bekerja menyambung nyawa karena apapun dampaknya adalah keuntungan bagi para pengusungnya, Indonesia tertular praktek ini dan menelan mentah-matah ide kapitalisme yang hanya mementingkan nilai materi.

Ideology kapitalisme menghalalkan peradaban manusia diserang penyakit bahkan hilang separuhnya. Menurut pengamat politik rencana New Normal adalah bentuk keberpihakan pemerintah kepada kelompok bisnis.

Sebenarnya, dua problem dimasa pandemi yakni masalah keselamatan rakyat dan ekonomi keduanya perlu dipikirkan dan dicari solusinya secara tepat dan aman. Ilustrasinya, di dalam kehidupan ada dua kunci penting yaitu kesehatan dan kesejahteraan. Jika disuruh pilih salah satunya manakah yang paling penting kesehatan atau kesejahteraan?

Karena ini adalah masalah kesehatan, tentu prioritas penanganan wajib diarahkan agar terjamin keselamatan dan nyawa rakyat. Dua visi pemerintah harus terlaksana, pertama penyembuhan anggota masyarakat yang terinfeksi virus corona, kedua memutus rantai transmisi agar tidak menular pada anggota masyarakat lainnya.

Ekonomi juga tidak boleh diabaikan, hanya saja prioritas target yang perlu disesuaikan dalam situasi pandemi ini. Kegiatan ekonomi tidak boleh melanggar protokol kesehatan.

Karenanya, kebijakan Lockdown dapat menjadi saran mengisolasi daerah terdampak virus corona (merah) sekaligus memproteksi daerah yang masih aman (hijau) dari penyebaran virus corona.

Kebijakan ini dapat memetakkan mana yang daerah merah mana yang daerah hijau. Strategi yang ditempuh adalah fokus pada penanganan wabah, yakni menyembuhkan pasien atau anggota masyarakat yang telah terinfeksi virus sekaligus memutus rantai transmisi penyebaran virus corona kedaerah hijau, setelah dilakukan pengecekan dan sterilisasi dapat dijamin aman untuk kegiatan ekonomi.

Proses produksi untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi rakyat didaerah hijau juga mensubsidi kebutuhan hidup didaerah wilayah merah yang benar-benar dihentikan aktifitas ekonominya secara total.

Dalam waktu tertentu strategi ini akan mampu menyelesaikan persoalan pandemi. Saat data pasien corona dipastikan sampai keangka nol lockdown didaerah merah dicabut dan masyarakat didaerah hijau bisa berinteraksi dengan masyarakat didaerah merah yang telah netral sehingga kembali memproduksi seluruh kebutuhan hidup guna menopang kehidupan “New Normal” pasca badai corona berlalu.

Sayangnya, pemerintah tidak menempuh upaya ini. Pemerintah enggan melakukan Lockdown sejak awal. Pemerintah membiarkan interaksi orang dan barang pada saat pandemic, hingga kebijakan ini “mengekspor” bibit virus keseluruh penjuru negri. Tidak ada peta daerah hijau atau merah semua sudah beraduk dalam mangkuk besar Indonesia.

Kegiatan ekonomi ini bukan mewakili kegiatan ekonomi rakyat, yang bertujuan menjamin kebutuhan dasar rakyat selama pandemi. Simbol persiapan “New Normal” yang dilakukan Presiden di sebuah Mall, mempresentasikan narasi bahwa ekonomi yang hendak dihidupkan kembali, ekonomi yang hendak diselamatkan karena selama ini tercekik belenggu PSBB adalah ekonomi gajah, ekonomi kaum kapitalis.

Pandemi corona akan membuka mata dunia bahwa kapitalisme yang berkuasa saat ini tidak berdaya menghadapinya. Selama kapitalisme dipertahankan maka selama itu pula pandemi ini tidak terselesaikan tetapi justru menuai masalah-masalah baru, alih-alih ekonomi bangkit wabah gelombang kedua mengintai didepan mata.

Janganlah kepentingan ekonomi pemilik modal mengabaikan nyawa manusia. Nabi saw. Bersabda:
« وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ»
“Manusia yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari-Nya adalah pemimpin yang jahat.” (HR at-Tirmidzi).

Para pemimpin macam ini menuai kebencian dan caci-maki dari rakyat mereka. Sebaliknya, mereka pun membenci dan mencaci-maki rakyat mereka.

« وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ »
“Seburuk-buruk para pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian; yang kalian laknat dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim).

Para pemimpin yang jahat ini menyimpang dari hukum-hukum Allah, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, serta kerap mengkhianati amanah. Para pemimpin seperti ini disebut oleh Nabi saw. sebagai imarah as-sufaha (para pemimpin dungu). Nabi saw. menjelaskan ciri-ciri mereka dalam sabdanya:

« أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُونَ بِهَدْيِى وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّى وَلَسْتُ مِنْهُمْ »
“Mereka adalah para pemimpin yang ada sepeninggalku, yang tidak menggunakan petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku. Siapa saja yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu kezaliman mereka, mereka itu bukan golonganku dan aku bukan golongan mereka.” (HR Ahmad).

New Normal mestinya dipahami setiap mukmin sebagai kehidupan baru yang berdasarkan ketakwaan kepada Allah swt, akan tiba waktunya dunia akan melihat bahwa Islam lah satu-satunya solusi ketika sistem yang berkuasa saat ini tidak mampu menyelesaikan masalah.

Hidup akan normal apabila kembali pada aturan yang memanusiakan manusia, pada aturan yang memuaskan akal, menentramkan jiwa, dan sesuai dengan fitrah manusia. Yakni pada aturan yang menciptakan manusia, pada Al-Qur’an dan sunnah nabi, pada ijtihad yang suci, pada penerapan syariat secara kaffah lewat institusi khilafah islamiyyah.Wallahu a’lam bi shawab. GF/RIN/Lapan6 Group

*Penulis adalah Praktisi Pendidikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini