Oleh : Priyanto, SH, MH.
JAKARTA | Lapan6Online : Dinamika politik di Indonesia bergerak cepat pasca diumumkannya Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP. KIB semakin goyah, dan sedang mencari pelabuhan baru.
Hal ini terlihat dari manuver elit partai yang akan bersilaturahmi dengan partai lain di luar koalisi. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan bergerak untuk mencari format baru.
Koalisi KIB adalah koalisi yang rapuh, karena dari awal pembentukan tidak ada kesepekatan siapa Capres dan Cawapresnya. Saya melihat koalisi KIB terbentuk tidak lepas dari manuver Presiden Jokowi, jika PDIP tidak mengumumkan Ganjar sebagai Capres, KIB yang akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres.
Lantas bagaimana dengan kondisi saat ini setelah PDIP mengumumkan Ganjar sebagai Capres, ada kemungkinan KIB akan bubar, PPP dan PAN akan bergerak ke arah partai yang menjanjikan kemenangan. Begitu juga dengan KIR belum tentu akan langgeng.
Terbentuknya KIR ada kepentingan Cak Imin untuk mendapatkan tiket Cawapres. Jika di KIR PKB tidak mendapatkan apa-apa, tidak mustahil PKB akan meninggalkan KIR.
Jika ini terjadi Gerindra tidak dapat mengusung sendiri Prabowo sebagai Capres karena tidak memenuhi electroral threshold, sehingga harus mencari teman yang bisa diajak koalisi yang saling menguntungkan.
Teman dekat Gerindra yang bisa diajak koalisi adalah Golkar dengan mengusung Prabowo sebagai Capres dan Erlangga sebagai Cawapres. Sementara PKB bisa berlabuh di koalisi perubahan. Di kolalisi perubahan yang dikomandoi Nasdem, PKB bisa mencalonkan tokoh kuat NU sebagai Cawapres Anies Bawesdan.
Dalam politik berbagai kemungkinan bisa saja terjadi, tidak ada teman dan musuh yang abadi dalam politik. Yang abadi adalah kepentingan. Demi tercapainya kepentingan, PPP, PAN dan Golkar akan mengambil posisi aman dengan bergabung ke Partai pemenang pemilu. Ini perhitungan yang realistis. Paling tidak mereka mendapat kursi menteri untuk tetap berada dalam pemerintahan.
Upaya Golkar dengan partai Gerindra untuk mengawinkan KIB dengan KIR dengan mengusung Capres sendiri, akan sulit terwujud, kerena masing-masing partai mempunyai kepentinagn yang berbeda untuk menempatkan Cawapresnya. Sama dengan koalisi perubahan yang terlihat tidak solid untuk menentukan Cawapres. PKS jalan sendiri untuk mencari pasangan Anies Bawesdan.
Meskipun saat ini KIB dan KIR sedang bergerak untuk mencari format baru pasca diumumkannya Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP, pada akhirnya KIB dan KIR akan mengikuti irama Jokowi.
Saya melihat Jokowi sebagai politikus yang lihai. Hengkangnya Sandiaga Uno dari Gerindra tidak terlepas dari manuver Presiden Jokowi. Dengan masuknya Sandiaga ke PPP, Sandiaga Uno bisa dijadikan cadangan Cawapres jika Prabowo menolak untuk menjadi Cawapres Ganjar Pranowo. Bukan hanya Sandiaga Uno yang masuk PPP, Erick Tohir juga mendapat restu dari Presiden Jokowi masuk PPP. Dengan masuknya Sandiaga dan Erick Tohir ke PPP ada cadangan 2 Cawapres, apakah yang terpilih Erick Tohir atau Sandiaga untuk mendampingi Ganjar Pranowo ditentukan oleh elektabilitasnya yang tinggi. Kursi cadangan diperlukan jika Prabowo tidak berkoalisi dengan PDIP.
Manuver Presiden Jokowi terlihat sejak pendukung Jokowi berkumpul di GBK pada bulan November 2022, Jokowi dengan jelas menyebut ciri Capres 2024 rambut putih dan kening berkerut yang tertuju pada Ganjar Pranowo. Jokowi melakukan manuver politik karena mempunyai kepentingan agar program pembangunan yang sudah dilakukan dapat diteruskan oleh penggantinya dalam satu partai. Menurut Presiden Jokowi Ganjar Pranowo adalah orang yang tepat untuk meneruskan kepemimpinannya.
Langkah Jokowi meng-endorse Ganjar Pranowo di GBK mendapat kritikan dari koleganya di PDIP. Elit PDIP menyatakan acara di GBK tidak tepat karena masih dalam suasana duka gempa Cianjur. Setelah itu mulai ada pengucilan terhadap Ganjar Pranowo. Serangan terhadap Ganjar dilakukan agar tidak bermanuver politik untuk nyapres 2024. Megawati sebenarnya lebih condong untuk mencalonkan Puan Maharani sebagai Capres PDIP.
Dipilihnya Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP karena Puan Maharani belum siap untuk bertarung di 2024. Elektabilitasnya tidak naik meskipun telah melakukan safari politik dan pemasangan baliho di pinggir jalan. Karena tidak ada pigur lain di PDIP yang memiliki elektabilitas tinggi, maka pilihan kepada Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP adalah pilihan yang rasional.
Saat ini sudah ada 3 Capres yang sudah diusung oleh Gerindra, Nasdem dan PDIP. Untuk Capres PDIP sudah tidak ada perubahan lagi, sedangkan untuk Capres Gerindra masih melihat dinamika ke depan apakah akan bergabung dengan PDIP sebagai Cawapres atau tetap jalan sendiri tergantung dari manuver Jokowi yang akan mengundang pimpinan partai politik yang ada di pemerintahan.
Sementara untuk Anis Bawesdan masih dibayang-bayangi oleh PK (Peninjauan Kembali) Partai Demokrat Kubu Muldoko. Jika PK Muldoko diterima oleh Mahkamah Agung, koalisi perubahan bisa merubah arah dukungannya. Wonosobo 26 April 2023. (*)
*Penulis Adalah : Dosen dan Sekretaris Yayasan STIH Prof Gayus Lumbuun