“Karena sesungguhnya mengirim tenaga kerja ke luar negeri bukanlah hal yang membanggakan dibandingkan dengan resiko yang dihadapi mereka di tempat bekerja,”
Oleh : Mia Agustiani
Lapan6Online : Seorang tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Arab Saudi asal Blok Dukuh Nangka, Desa Waringin, Sunengsih (33) meninggal dunia. Ia meninggal akibat serangan jantung setelah kepalanya terbentur akibat jatuh dari sebuah lift.
Sunengsih menghembuskan nafas terakhinya pada pertengahan bulan November lalu. Selama dua bulan lebih, jasad Sunengsih disimpan dan diawetkan di RS setempat.
Jasad Sunengsih seperti dikutip Radar Majalengka, pada Selasa (22/1/2020) berhasil diterbangkan ke kampung halamannya pada Senin (20/01) malam sekitar pukul 23.30 WIB. Sunengsih dimakamkan di tempat Pemakaman umum Desa Waringin.
Sunengsih adalah salah satu dari sekian banyak derita pilu yang ditanggung oleh Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri. Ia adalah salah satu korban propaganda pemerintah sekuler yang menyebut mereka sebagai pahlawan devisa. Sungguh “pahlawan devisa” adalah slogan menyesatkan dari buah sistem sekulerisme yang hanya berlandaskan pencapaian materi semata.
Pahlawan devisa sungguh tidak pantas disandangkan pada mereka, yang hanya dijadikan alat pengeruk keuntungan oleh pihak tertentu. Karena sesungguhnya mengirim tenaga kerja ke luar negeri bukanlah hal yang membanggakan dibandingkan dengan resiko yang dihadapi mereka di tempat bekerja.
Kemiskinan adalah salah satu faktor menjadi buruh di negeri orang. Kompetisi mencari pekerjaan yang sangat sulit menjadi himpitan ekonomi bagi mereka. Hingga banyak dari sejumlah wanita rela mengadu nasib sebagai tenaga kerja wanita (TKW) dengan meninggalkan kewajibannya sebagai ibu dan seorang istri.
Berharap menjadi TKW dapat merubah nasib dan mendongkrak ekonomi keluarga. Namun sebenarnya mereka sedang mengabaikan tugas utama seorang ibu sebagai Ummu Robbayatul Bait, “Peran utama seorang wanita dalam kehidupan ini adalah sebagai ibu rumah tangga, menetap di rumah, mengurus keluarga dan menjaga para anaknya.” (Al-Ahzab: 33).
Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama. Namun begitu, wanita bisa saja bekerja di luar rumah jika dia memerlukannya, atau pekerjaan itu memerlukan dirinya. Bekerja bagi wanita adalah boleh (mubah), asalkan ia tidak melupakan peran utamanya sebagai wanita dan seorang ibu.
Dalam Islam wanita itu sangat mulia dan dimuliakan. Dalam riwayat sering kita dengar Rasulullah SAW mengajarkan untuk meletakkan kecintaan terhadap ibu lebih tinggi daripada ayah. Wanita juga penuh dengan keindahan, sering diibaratkan dunia adalah perhiasan, maka sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.
Dalam pandangan Islam, wanita itu pemalu, malu adalah sebagian daripada iman. Secara fitrah wanita diberi sifat pemalu semenjak dilahirkan.
Wanita dalam Islam dianggap sebagai tiang agama, di mana negara merupakan sekumpulan dari masyarakat. Masyarakat terbentuk dari sekumpulan keluarga yang di dalamnya tertanam nilai-nilai agama, diajarkan untuk membentuk pribadi taat syariat, sehingga mampu menjadi tiang penyangga.
Sungguh naif propaganda sekulerisme yang menina bobokan mereka sebagai pahlawan devisa dan mengabaikan peran utama seorang ibu hanya untuk materi belaka. Harus ada langkah nyata dalam memerangi propaganda pahlawan devisa yang hanya dijadikan slogan semata.
Kemiskinan yang terjadi bukanlah kemiskinan alamiah karena tidak mampu bekerja, akan tetapi kemiskinan yang terjadi akibat kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan sistem yang digunakan negara dalam mengatur urusan rakyat.
Ingatlah bahwa dalam Islam itu, lelaki yang diwajibkan mencari nafkah, wanita tidak wajib justru mereka wajib dinafkahi. Alangkah baiknya wanita tidak perlu bekerja, apalagi sampai nekat bekerja keluar negeri dengan mengadu nasib bahkan siap menerima resiko hingga meregang nyawa.
Di samping itu, negara tidak abai akan kewajibannya membantu rakyat mendapatkan pekerjaan kepada kaum lelaki yang menjadi tulang punggung keluarga. Tanah air kita, Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat banyak, sungguh ironi apabila negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja untuk rakyatnya sehingga “meminta-minta” ke negeri orang. GF/Lapan6 Group
* Penulis adalah anggota Revowriter Batch 21