OPINI
“Kesenjangan antara si kaya dan miskin akan makin lebar karena hanya segelintir yang makin menguasai aset-aset publik. Begitu pula dengan sistem politik demokrasi yang membuka celah sebesar-besarnya bagi para pejabat untuk menyalahgunakan wewenangnya,”
Oleh : Erlita Nur Safitri
BEBERAPA waktu lalu, ramai di kalangan publik tentang kasus pandora papers yang mengungkap praktik penyembunyian harta di negara surga pajak (tax heaven) oleh orang kaya di seluruh dunia. Investigasi yang dilakukan Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) tersebut memuat 2,9 terabita (TB) data terkait penggelapan pajak yang melibatkan berbagai figur ternama dunia, termasuk dari Indonesia.
Pandora papers disebut-sebut sebagai skandal pajak terbesar dalam sejarah peradaban manusia karena mengungkap kesepakatan rahasia dan aset tersembunyi orang-orang kaya di lebih dari 200 negara. Data global mengungkap, angka penggelapan pajak menyentuh US$ 427 miliar (sekitar Rp6.000 triliun) setiap tahunnya. Di Indonesia, lembaga advokasi Tax Justice Network memprediksi angkanya mencapai lebih dari US$ 4,8 miliar (sekitar Rp67,8 triliun) per tahun.
Fenomena penggelapan pajak ini akan terus terjadi seiring menguatnya kapitalisme global. Kesenjangan antara si kaya dan miskin akan makin lebar karena hanya segelintir yang makin menguasai aset-aset publik. Begitu pula dengan sistem politik demokrasi yang membuka celah sebesar-besarnya bagi para pejabat untuk menyalahgunakan wewenangnya.
Korupsi pun makin tak terbendung. Harta para pejabat yang melimpah akan kuat terlindungi dan terbebas dari pajak. Rakyat yang tak bisa mencukupi kebutuhan pokoknya terpaksa membayar pajak untuk menopang roda pemerintahan.
Pajak yang seharusnya bertumpu pada orang-orang kalangan menengah ke atas, kini beralih pada masyarakat biasa dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Belum lagi perusahaan-perusahaan besar yang sering kali mendapat pengampuan pajak, menjadikan beban pajak lagi-lagi teralih pada masyarakat kalangan bawah. Namun demikian, mengandalkan pajak dari masyarakat kecil tentu tak akan mampu menopang seluruh kebutuhan.
Dalam kondisi kemiskinan yang merajalela, jangankan membayar pajak, memenuhi kebutuhan pangannya saja masyarakat sudah sulit. Di sini juga tampak kezaliman sistem kapitalisme yang meniscayakan pajak sebagai sumber utama berputarnya roda ekonomi, yang negara adopsi sebagai sistem pengatur kehidupan.
Memang, sudah kita tugas sebagai seorang Muslim untuk kembali pada sistem Islam yang sudah pasti sesuai fitrah dan sangat minim kezaliman. Pengelolaan harta kaum Muslimin pun ada pada suatu struktur, yakni baitul mal. Di sana terdapat harta yang Allah SWT perbolehkan bagi kaum Muslimin dan menjadi pemasukan baitul mal.
Pandora papers adalah salah satu bukti akan kebobrokan dan kezaliman kapitalisme. Ini belum soal dampak sekularisasi kaum Muslimin akibat penerapan kapitalisme. Lantas, mengapa masih saja kita bela dan ambil ideologi kufur ini? [*]
*Penulis Adalah Alumnus Universitas Pancasila