“Saya mengabdi dengan tulus di sini. Satu hal yang paling penting adalah masa depan anak-anak. Kalau tidak ada yang mengajar di sini, masa depan anak-anak pasti suram. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa ini,”
Jakarta, Lapan6online.com : Luar biasa menyedihkan gambaran pendidikan di Indonesia. Saat kebutuhan hidup demikian mahal, ternyata masih saja ada guru Honorer yang digaji sangat jauh di bawah standar, yakni hanya Rp75 ribu perbulan. Parahnya, Guru Honorer ini mengajar di gedung sekolah yang rusak tanpa atap.
Demikian dedikasi Maria Marseli, guru honorer di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) patut diapresiasi. Dengan gaji minim dan keringat bercucuran dia terus berusaha mencerdaskan anak bangsa walau di bawah terik matahari.
Pengabdian Maria bersama teman sejawatnya dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kepiketik, Desa Persiapan Mahe Kalen, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT. Saat ini, guru perempuan berusia 27 tahun itu hanya menerima gaji sebesar Rp75.000 per bulan. Mirisnya, gaji tersebut diberikan 1 kali dalam 3-6 bulan.
“Saya sudah 7 tahun mengajar di sini,” kata Maria kepada wartawan yang menemuinya di SDN Kepiketik, seperti dilansir Sindonews.com, Senin (25/11/2019).
Maria dan muridnya saat proses belajar mengajar langsung terpapar matahari. Sebab, ruang kelas menempati bangunan yang rusak tanpa atap. Dia mulai mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2013 silam. Kala itu, Maria diberi honor Rp50.000 per bulan. Besaran honor setiap guru itu diberikan tergantung masa kerja.
Pada tahun 2013 SDN Kepiketik masih berstatus kelas jauh dari SDN Pigang Bekor. Kemudian, pada tahun 2014 status sekolah berubah, yakni secara defenitif menjadi SDN Kepipetik. Nah, sejak tahun 2014 tersebut hingga saat ini, dia diberi honor Rp75.000 per bulan.
Maria mengungkapkan, honor yang minim tersebut memang sangat tidak bisa untuk mencukupi kehidupan keluarganya. Tetapi, bukan itu yang dikejar. Masa depan anak-anak menjadi alasan utamanya tetap setia mengabdi di sekolah itu.
“Saya mengabdi dengan tulus di sini. Satu hal yang paling penting adalah masa depan anak-anak. Kalau tidak ada yang mengajar di sini, masa depan anak-anak pasti suram. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa ini,” ungkapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, suami Maria, Mikael Wilson mencari nafkah dengan berdagang keliling meninggalkan keluarga. Sang suami menjual ikan di kampung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Saya berharap kepada Pemda Sikka agar bisa memperhatikan nasib guru honorer,” pinta Maria.
Jarak SDN Kepiketik ini berjarak sekitar 30 km dari Kota Maumere, ibukota Kabupaten Sikka. Para pahlawan tanpa tanda jasa ini pun masih menunggu janji Pemkab Sikka yang akan menaikan gaji guru honor dan membangun ruang kelas.
(Red-Lapan6online.com)