“Disini perlu kami sampaikan, bahwa makna di balik obor ini adalah semangat bagi masyarakat, terutama kaum Muslim dan Muslimat agar bisa menjalani kehidupan lebih baik lagi pada tahun mendatang,”
Sukabumi/Jawa Barat, Lapan6Online : Ratusan warga RT 01 RT 02 Desa Kuta Jaya, Kecamatan Cicurung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang terdiri dari anak-anak sampai orang dewasa mengikuti pawai sambut 1 Muharram 1441 Hijriah, pada Sabtu, 1 September 2019. Kegiatan yang diikuti ratusan peserta terdiri dari ulama, pelajar, majelis taklim, dan tokoh masyarakat ini untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram.
Dalam kesempatan tersebut, ratusan warga tersebut menggelar pawai Obor dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H pada 1 September 2019.
Seperti yang disampaikan oleh Ustad Asep, selaku penanggungjawab acara pawai Obor tersebut mengatakan bahwa,“Disini perlu kami sampaikan, bahwa makna di balik obor ini adalah semangat bagi masyarakat, terutama kaum Muslim dan Muslimat agar bisa menjalani kehidupan lebih baik lagi pada tahun mendatang. Melalui semangat pawai obor ini, kami berharap dapat meningkatkan rasa persaudaraan di wilayah tempat tinggal kita. Dan mudah-mudahan kita mendapat ridho dan hidayah-Nya,” jelas singkat Ustad Asep.
Tampak lebih semarak dan meriah, ketika marawis mengiringi pawai obor tersebut. Ratusan warga RT 01 RT 02 Desa Kuta Jaya, Kecamatan Cicurung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pun tampak bersemangat dan antusias dalam menyambut 1 Muharram. Sedangkan makna dan keutamaannya adalah :
1. Mengenang peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah menuju Madinah merupakan penanda kejayaan Islam. Agama Islam tersebar semakin luas dan mengalami perkembangan yang pesat.
Nabi Muhammad SAW hijrah atas wahyu dari Allah SWT dan lebih mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Arab yang saat itu tidak terlalu menghendaki agama Islam.
Selain itu, hijrahnya Nabi Muhammad SAW merupakan cikal bakal terbentuknya negara islam yang sangat menjunjung tinggi toleransi sebagaimana tertulis dalam Piagam Madinah.
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Alhasyar: 9)
2. Pengingat akan semangat perjuangan.
Peristiwa hijrah juga merupakan pengingat bagi umat Islam akan semangat perjuangan dan optimisme yang tinggi untuk berhijrah dari hal buruk menuju hal yang baik.
Diharapkan, di tahun yang baru seluruh manusia dan alam semesta mengalami perubahan menuju kebaikan dengan semangat perdamaian.
Saat hijrah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat berjuang melawan kesedihan dan ketakutan karena harus meninggalkan rumah, tanah kelahiran, keluarga, dan harta benda.
Ini pulalah yang menjadi tujuan Allah SWT untuk menurunkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.
3. Bulan Muharram merupakan bulan yang paling dihormati.
Bersama tiga bulan lainnya dalam Tahun Hijriah, bulan Muharram menjadi bulan yang paling suci.
Makna dari bulan Muharram adalah ‘yang diharamkan’ atau ‘paling dihormati’.
Pada bulan ini, umat Islam diharamkan berperang, sehingga bulan Muharram memiliki semangat perdamaian kepada alam semesta.
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” (QS. Attaubah: 36).
“Ketahuilah bahwa zaman itu akan terus berputar seperti bentuknya. Hari menciptakan Allah Swt pada langit dan bumi itu dalam setahun sebanyak 12 bulan diantaranya ada 4 bulan Haram, 3 yang berturutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram sedangkan bulan Rajab dihimpit antara bulan Jumadi (Jumadil Awwal dan Jumadil Akhir) dan bulan Sya’ban.”( HR. Bukhari-Muslim).
4. Signifikansi akhlak mulia.
Dengan datangnya Tahun Baru Islam, umat Islam diajak untuk mengingat kembali pentingnya akhlak mulia yang bersumber dari Alquran.
Yakni, dengan menjauhi larangan Allah SWT dan melaksanakan perintah-Nya.
Tahun Baru Islam juga menjadi pengingat akan puncak kejayaan Islam sebagai rahmatan lil alamin yang membawa kebaikan, kebenaran, serta mengajarkan cinta dan kasih sayang pada manusia dan alam semesta.
5. Introspeksi diri atau Muhasabah.
Tahun Baru Islam menandakan umat Islam meninggalkan tahun yang yang lalu dan memasuki tahun baru.
Rasulullah SAW mengajarkan umat Islam untuk menyambut Tahun Baru Islam dengan introspeksi diri, khususnya mengingat amalan dan dosa apa saja yang telah dilakukan.
Semangat Warga masyarakat RT 01 RT 02 Desa Kuta Jaya, Kecamatan Cicurung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dalam menyambut 1 Muharram diharapkan umat Muslim dapat memperbanyak amal ibadah di tahun selanjutnya dan menghindari dosa di tahun selanjutnya. (Neneng)