Pecalang Ds Adat Peminge Banjar Sawangan Dukung Kelancaran KTT G20

0
64
Ketua Lingkungan dan Pecalang Desa Adat Peminge Banjar Sawangan, Kuta Selatan, Badung, Bali/Foto : ISt.

NEWS | PERISTIWA | NUSANTARA

”Dalam rangka menjaga keamanan dan bentuk partisipasi kegiatan G20 di Bali, Para Pecalang dan kepala Lingkungan serta Masyarakat Desa Adat Peminge Banjar Sawangan berkomitmen akan mendukung penuh kegiatan G20 yang akan berlangsung,”

Lapan6OnlineBALI | Denpasar : Pengamanan selama kegiatan KTT G20, di Nusa Dua dan Denpasar, Bali, melibatkan ratusan orang pecalang dari beberapa desa. Pecalang merupakan warga yang mendapatkan tugas menjaga, membantu mengatur hingga menertibkan wilayah sekitar kegiatan untuk upacara adat maupun keagamaan.

Para pecalang tersebut berjaga di sejumlah titik pangamanan yang dekat dengan jalan-jalan yang ditutup. Mereka membantu memberikan informasi jalur-jalur alternatif ketika adanya penutupan jalan karena kepentingan KTT G20.

I Wayan Muntra mewakili Para Pecalang dan Kepala Lingkungan c Desa Adat Peminge Banjar Sawangan, Kuta Selatan Bali/Foto: Ist.

Pecalang dengan bangga mendapatkan amanah dan berupaya maksimal turut serta menyukseskan jalannya KTT G20 ini, demi Bali, Indonesia, dan dunia. Mereka tetap mendapatkan pelatihan dari polisi/TNI untuk mendukung pengamanan tersebut.

Pejagan untuk konferensi internasional kali ini begitu ketat aturan pengamanannya. Selain menjaga di sekitaran jalur menuju kegiatan utama konferensi, pecalang juga menjaga beberapa jalur ke obyek wisata, seperti akses ke pantai.

Akses ke pantai ini, misalnya lokasinya dekat dengan delegasi menginap, lanjutnya, tetap perlu tensi penjagaan. Desa yang terlibat, di antaranya Desa Peminge Banjar Sawangan, Pecatu, Kampial, Kutuh, dan Ungasan. Masing-masing desa yang mendapatkan tugas pengamanan ini mengerahkan 50 orang pecalang.

Adalah Ketua Lingkungan dan Pecalang Desa Adat Peminge Banjar Sawangan, Kuta Selatan, Badung, Bali mendukung penuh kelancaran dan kesuksesan kegiatan G20.

Pecalang dan Kepala Lingkungan Desa Adat Peminge Banjar Sawangan, Kuta Selatan Bali yaitu:

– Bpk. I Wayan Jabut
– Bpk. I Wayan Suwendra SE,Msi
– Bpk. I Wayan Suartawan
– Bpk. I Nengah Suastra
– Bpk. I Wayan Arsa
– Bpk. I Wayan Madam
– Bpk. I Wayan Suasa
– Bpk. I Ketut Trisna
– Bpk. I Made Sipeg
– Bpk. I Wayan Muntra

Kepada awak media, I Wayan Muntra mewakili Para Pecalang dan Kepala Lingkungan mengatakan bahwa,”Dalam rangka menjaga keamanan dan bentuk partisipasi kegiatan G20 di Bali, Para Pecalang dan kepala Lingkungan serta Masyarakat Desa Adat Peminge Banjar Sawangan berkomitmen akan mendukung penuh kegiatan G20 yang akan berlangsung, karena hal ini jarang terjadi dan merupakan momen Langka yang turut dirasakan oleh Masyarakat Bali,” jelas I Wayan Muntra.

Lebih lanjut I Wayan Muntra menjelaskan,”Untuk memaksimalkan keamanan di Ds.Sawangan, para Pecalang dan Kepala lingkungan melaksanakan pengamanan si seputaran Hotel Apurva Kempensky dua kali sehari dengan pembagian, Shif pertama mulai pukul 06.00 s.d 14.00 Wita, dan Shif kedua pukul 14.00 s.d 22.00 Wita, penjagaan dilakukan atas kemauan sendiri dan didukung oleh masyarakat Desa, hal tersebut membuktikan Bahwa Masyarakat Ds. Peminge Banjar Sawangan sangat mendukung Kegiatan G20,” jelasnya.

Ia menambahkan,”Penjagaan sudah dimulai dari tanggal 13 s.d 17 November 2022. Para Pecalang dan Kepala Lingkungan serta Masyarakat Ds. Adat Peminge Banjar Sawangan sangat antusias dalam mendukung dan mensukseskan kegiatan G20, karena suksesnya pelaksanaan G20 akan berdampak positif bagi dunia pariwisata Bali,” tambahnya.

Keberadaan pecalang ini membantu polisi lalu lintas jika kegiatan keagamaan dan adat harus menggunakan sebagian ruas jalan. Karena merekalah yang siap mengkomunikasikan dengan dengan warga sekitar serta pengguna jalan saat melewati jalan yang ditutup.

Polisi adat ini ada di tahun 1970-an. Saat itu, mereka hanya bertugas ketika ada kegiatan upacara adat atau keagamaan saja. Seiring waktu dan adanya perkembangan desa pakraman atau desa adat, pecalang pun dikelola dengan tugasnya situasional pengamanan lingkungan masing-masing serta membantu polisi/TNI. Dan, mereka ini petugas yang tidak mendapat bayaran atau di Bali, disebut sebagai kegiatan ngayah (sukarela), tetapi terkoordinir dari desa adat. (*Anton/Haris S)