OPINI
“Tidak semuanya bisa mendapat dampak elektoral jika tidak memahami kesukaan publik, semisal Ganjar ke Makassar, ini belum tentu berhasil jika tidak ada kesukaan publik di sana dengan karakter Ganjar,”
Oleh : Jasmine Fahira Adelia Fasha
PEMANFAATAN momentum lebaran yang dilakukan oleh para elit politik menjadi satu hal yang dianggap potensial mendapatkan dukungan atau simpati dari masyarakat untuk agenda Pilpres 2024.
Seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, hingga Ganjar Pranowo turut melakukan safari politik semasa Idul Fitri 1443 H. Safari politk ini dilakukan tidak hanya di satu tempat melainkan di berbagai tempat.
Diketahui bahwa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan safari politik lebaran sejak Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Pasca melaksanakan sholat Id, Prabowo langsung mengunjungi Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Bersama anaknya yakni Didit Prabowo, keduanya menemui Presiden RI Jokowi bersama Ibu Iriana Widodo dan juga anak terakhirnya yakni Kaesang Pangarep.
Tidak hanya menemui Presiden RI Jokowi, namun Prabowo juga mengunjungi Presiden RI-5 yakni Megawati Soekarnoputri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Prawansa, sejumlah ulama, pesantren Tebuireng, makam Presiden RI-4 Abdurrahman Wahid, ponpes Al-Anwar, dan ditutup dengan pertemuannya bersama Sultan Hamengkubuwono X pada Sabtu, 7 Mei 2022.
Begitu pun dengan Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang menyediakan fasilitas publik saat Idul Fitri seperti mudik gratis dan menggelar sholat Id bersama di Jakarta Internasional Stadium, Jakarta Utara.
Safari politik yang dilakukan para elit politik dinilai oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia sebagai momentum potensial untuk mendapatkan dukungan, popularitas dan elektabilitas.
Seperti yang disampaikan Dedi kepada Suara.com, Selasa 10 Mei 2022, “Dalam propaganda politik, momentum besar sangat potensial menggalang dukungan, baik popularitas maupun elektabilitas.”
Analis politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam dalam tirto.id juga menilai adanya makna terselubung dari kegiatan silaturahmi yang dilakukan oleh para elite politik, ia menilai bahwa hal tersebut sangat berkaitan dengan persiapan Pilpres 2024.
Sama halnya dengan Dedi Kurnia, Arif juga menilai hal ini sebagai momentum untuk mendapatkan popularitas dan elektabilitas. Dilansir dari tirto.id, Arif menuturkan “Salah satunya adalah momentum Lebaran.
Mereka melakukan aksi-aksi yang bisa dibaca sebagai bagian kerja politik untuk menaikkan elektabilitas atau popularitas seperti aksi mudik bareng maupun silaturahmi ke beberapa tokoh.
Dari apa yang disampaikan oleh Dedi Kurnia dan Arif Nurul Iman, bisa dilihat bahwa masyarakat pada dasarnya dapat memahami maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan oleh para elit global semasa Idul Fitri. Karena hal ini juga bisa memberikan dua dampak yani positif dan juga negatif.
Dedi Kurnia dalam Suara.com menyampaikan “Tidak semuanya bisa mendapat dampak elektoral jika tidak memahami kesukaan publik, semisal Ganjar ke Makassar, ini belum tentu berhasil jika tidak ada kesukaan publik di sana dengan karakter Ganjar, justru sebaliknya bisa saja akan berdampak pada reputasi yang kurang baik.”
Hal seperti ini sebenarnya sudah tidak asing lagi terjadi di Indonesia, para elit politik sudah terbiasa berlomba-lomba untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan melakukan berbagai cara.
Semua tentu dikembalikan kepada bagaimana masyarakat memandang fenomena yang terjadi ini sebagai bentuk kinerja politik atau silaturahmi pada selayaknya saja. Namun, hal ini juga harus menjadi suatu peringatan bagi masyarakat agar lebih kritis dalam melihat fenomena politik yang terjadi. [*]
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah