Pemuda Kian Hari Kian Rapuh!

0
10
Ilustrasi

Oleh : Rahmayani Angkat

SOSIAL media dihebohkan dengan kehadiran pemuda yang memberikan inspirasi untuk semakin larut dalam pahitnya kehidupan asmara. Sosok pemuda yang merupakan salah satu cerminanan bagaimana gambaran dari para pemuda hari ini.

Ia viral usai bercerita tentang penolakan yang ia dapatkan dari seorang perempuan yang dicintainya. Video TikTok dirinya yang menangis sesenggukan pun beredar luas di media sosial. Bahkan, dirinya juga viral di media sosial Twitter hingga diundang ke stasiun TV. (Liputan 6, 27/12/22).

Beliau dikenal dengan Fajar sad boy, ia menjadi topik perbincangan hangat di media sosial dalam beberapa waktu terakhir. Selain karena konten di media sosialnya, Fajar juga mendapat perhatian publik karena perbincangannya bersama Denny Cagur. (Kompas.Com, 29/12/22)

Perhatian para anak muda dewasa ini, tengah berfokus kepada Fazar sad boy, mereka bahkan menyebar luaskan quote-quote merana dari Fazar sad boy. Tak heran pula, bila sebagian pemuda ikut meratapi nasib karena merasa sama dengan sosok Fazar sad boy.

Belum lagi, media dengan gencar meluaskan berita ini, tanpa memikirkan akibatnya. Media hanya berpikir bagaimana meraih penonton terbanyak dan mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Padahal, beredarnya sosok Fazar sad boy dengan kisah cintanya yang kandas, yang mana beliau masih berumur 15 tahun, membuat perhatian para pemuda lainnya juga hanya akan berfokus kepada cinta, dan cinta saja.

Membuat pemuda kian hari kian rapuh dan sudah kehilangan semangat membara yang masih bergejolak di dalam diri. Sangat disayangkan, semua potensi para pemuda saat ini malah digunakan pada hal yang sia-sia.

Para pemuda sudah kehilangan jati diri, tidak tahu mau diapakan hidup ini. Mereka hanya mengikuti arus perkembangan zaman. Yang mana, pada saat inipun kita tengah hidup di zaman fitnah.

Zaman yang begitu sulit membedakan antara yang hak dan batil. Ketika landasan hidup seorang pemuda bukanlah berdasarkan iman dan takwa yang jujur kepada Allah. Maka, seperti inilah akibatnya. Para pemuda turut pada hawa nafsunya, melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Pemuda terperangkap pada lingkaran yang sangat pekat, salah satunya adalah pacaran. Membuat mereka semakin kehilangan waktu emasnya, mereka disibukkan dengan perkara-perkara yang seharusnya tidak perlu dan lebih baik mereka jauhi.

Para pemuda tidak memiliki semangat belajar, karena di zaman sekuler ini, belajar bukan menjadi suatu hal fundamental yang melahirkan insan-insan yang memiliki keimanan, karakter, dan karya yang berkualitas.

Karena belajar digunakan untuk mencari nilai, yang mana nilainya digunakan untuk ijazah, dan ijazah inilah yang ditunggu-tunggu untuk mendapatkan pekerjaan yang terhormat di kalangan masyarakat. Sebatas itu maksud belajar dari jenjang SD sampai SMA bahkan sampai tingkat perguruan tinggi pada zaman ini. “Biar dapat kerja yang bagus.”

Sehingga hari-hari pemuda diisi dengan hal percintaan, pacaran, dan kegiatan pengisi waktu yang lainnya yang sebenarnya sangat tidak produktif, tidak menghasilkan kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat si pemuda. Yang lebih menyedihkan lagi, pemuda saat ini tidak sadar dengan kerusakan itu sendiri, karena terlalu banyaknya fenomena, dan menganggap kerusakan itu sebagai gaya hidup.

Kerusakan para pemuda hari ini, adalah kerusakan yang sangat kompleks, rusak dari segala aspek kehidupan, dan disebabkan oleh satu masalah pokok yang melahirkan masalah-masalah ke berbagai lini kehidupan.

Sayangnya, banyak masyarakat dan para tokoh yang memberi solusi terkait pemuda hari ini, hanya melihat dari akibat yang telah terjadi, atau hanya melihat di bagian luarnya saja. Tanpa, mau jujur dan mencari tahu, sebenarnya akar, dan masalah pokok berada dimana. Mereka selalu anti dan tutup telinga ketika solusi yang diberikan adalah solusi dari Islam.

Ketika melihat, sosok Fazar sad boy, yang sangat mudah rapuh, menangisi sosok gadis yang menolak dirinya. Kemana-mana menyebar kalimat galau yang membuat para pemuda lainnya ikut bawa perasaan. Hingga, hari-hari pemuda, remaja, anak SMP, mirisnya malah hidup dengan ala sok sedih, merasa korban, mencari pembenaran, dan banyak lagi sifat yang lahir dari kasus Fazar sad boy ini. Hal ini disebabkan karena pergaulan saat ini yang tidak dibatasi antara perempuan dan laki-laki.

Bahkan, aturan sekolah-sekolah justru ikut berpartisipasi membuat hubungan antara perempuan dan laki-laki, tidak ada batas, campur baur, dan sangat dekat. Memang apakah ada dampak yang signifikan jika kehidupan antara laki-laki dan perempuan dipisah, kecuali dalam beberapa bidang yang memang dibutuhkan untuk berbaur?

Tentu saja! Ketika sekolah-sekolah, salah satu lingkungan pokok menjadi tempat tumbuhnya para pemuda, memisahkan antara perempuan dan laki-laki, akan membuat satu sama lain merasa segan karena tak biasa dekat, fokus pikiran terhadap lawan jenis akan sangat menurun karena kurangnya interaksi dan sibuk dengan kegiatan yang ia punya.

Sehingga, dengan aturan pemisahan laki-laki dan perempuan berdampak pada turunnya zina, anak-anak bayi malang yang dibunuh, rumah tangga broken home karena menikah terpaksa tanpa dibekali ilmu.

Hal sekecil itu, tapi memiliki dampak yang sangat jauh jika ditelusuri dengan hati yang jujur. Inilah salah satu akibat dari penerapan sistem kapitalis. Peraturan-peraturan dan pikiran yang lahir dari sistem kapitalis, yang hanya membawa kehancuran bagi umat manusia, yang hanya memikirkan keuntungan pada pihak tertentu.

Para pemuda diabaikan, dibiarkan terlontang-lanting. Para wanita di dorong keluar dari rumah-rumahnya, dibuat malu menjalankan peran ibu yang begitu sangat mulia, para wanita dibuat menampakkan diri, menonjolkan diri dengan segala kecantikan, ataupun keseteraaan gender yang sungguh sangat membosankan.

Hingga orientasi wanita bahkan pemudinya hanya sebatas, food, fashion and fun. Dari generasi wanita-wanita seperti inilah lahir pemuda seperti saat ini, kian hari kian rapuh. Di rumah, pemuda tidak mendapat ilmu yang benar, ditambah lagi di sekolah, tidak ada ilmu yang dipelajari untuk diamalkan, sebatas hanya mencari ijazah.

Beginilah, luar biasanya Islam, bahkan sebelum masalah itu terjadi Islam sudah memberikan tindakan preventif, mencegah munculnya masalah itu. Tapi, terkadang karena kesombongan dan kelalaian manusia, sering kali menganggap aturan yang diturunkan Allah sebagai bentuk mengekang, memaksa, dan lain sebagainya. Islam membatasi interaksi antara perempuan dan laki-laki, demi kebaikan manusia sendiri.

Terbebas dari rasa sakit mengenai asmara di masa remaja yang sebenarnya tak perlu terjadi. Islam menjaga perempuan dengan sebaik-baiknya aturan. Islam sudah 14 abad yang lalu selesai dengan yang namanya keseteraan gender! Islam memuliakan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama istimewa di sisi Allah.

Justru karena memiliki keistimewaan yang khas, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda, sesuai dengan fitrah penciptaannya. Bukan seperti saat ini, perempuan mengambil alih peran laki-laki dan sebaliknya, dengan alasan kesetaraan gender, yang ujung-ujungnya hanya menyebabkan konflik dan kerusakan.

Dengan para wanita, para ibu, pengajar pertama seorang anak paham akan perannya, dan para pemuda hidup dalam sistem islam dengan peraturan yang selalu sigap dan penuh dengan kebaikan insya Allah, pemuda akan tumbuh menjadi insan yang kuat, mengisi hari-harinya dengan amal shaleh, belajar, berkarya, dan bermanfaat untuk umat.

Karena mau sebanyak apapun seminar-seminar membahas soal keadaan pemuda, akhlak pemuda, karya pemuda, selagi masalah dasarnya, yaitu sistem kapitalis. Mereka hanya seperti memotong tumbuhan dari ujungnya, yang setiap waktu, tetap akan bertumbuh. Gali lubang tutup lubang, itulah yang selalu mereka kerjakan mengatasi kerusakan yang ada saat ini. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa