Penyakit Hati Jauh dari Pertolongan Illahi

0
35
Ilustrasi

OPINI

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)”.

Oleh : Widya Utami

TIDAKKAH kita menyadari, mengapa pertolongan Allah belum juga datang kepada kaum muslimin? Banyak dari pengemban dakwahnya sendiri yang tidak sadar, bahwa sebagian dari aktivitasnya ternyata dapat mengahalangi datangnya pertolongan Allah.

Para pengemban dakwah memang sibuk dalam perkara ibadah. Namun sering lalai dan khilaf terhadap perkara-perkara yang Allah benci. Alangkah beruntungnya para pengemban dakwah yang senantiasa segera sadar dari kelalaiannya. Para pengemban dakwah tidak boleh hanya fokus kepada perkara yang Allah cintai saja. Akan tetapi, mereka harus senantiasa memperhatikan amalan hatinya. Apakah itu Allah cintai atau tidak.

Jauhi Prasangka Rasullullah Saw pernah berpesan :
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)”. (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Maknanya, jika hati itu bersih tidak di nodai dengan satupun penyakit hati, maka perilakunya pun mencerminkan sikap dan akhlak yang indah dan terpuji. Namun sebaliknya. Jika hati di nodai dengan penyakit hati, maka perilakunya pun mencerminkan sikap yang tercela.

Biasanya, jika hati tak lagi bersih, maka kemaksiatan lainnya pun mudah dilakukan. Sebab kotornya hati dikarena kan kemaksiatan, kurangnya ilmu dan lemahnya keimanan kepada Allah.

“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat, Artinya : ”Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka.’ (QS.al-Muthaffifin: 14).”

Yang sering terjadi di kalangan para pengemban dakwahnya sendiri adalah, berprasangka buruk terhadap sesama pengemban dakwah lainnya. Sehingga muncullah rasa benci dalam hati.

Kebencian terhadap sesama muslim itu muncul saat seseorang sering mengingat-ngingat dan menyebut-nyebut kesalahan, kekurangan dan kejelekan saudara muslimnya sendiri. Bukannya untuk menasihatinya dengan cara yang ahsan, justru malah di cari-cari celah kesalahan lainnya dan ujub terhadap diri sendiri.

Memaafkan adalah obat yang paling ampuh untuk mencegah kebencian dan menghilangkan kekesalan. Dan Allah mencintai orang-orang yang senantiasa memaafkan kesalahan/kekurangan saudaranya sendiri.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُ مُوْرِ
“Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.”
… وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan Allah mencintai orang orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Asy-Syura 42: Ayat 43)

Wahai para pengemban dakwah, hilangkanlah prasangka buruk kepada sesama pengemban dakwah lainnya. Selesaikanlah perselisihan di antara keduanya. Dan bersegeralah taubat. Maafkanlah mereka.

Bisa jadi, perselisihan diantara para pengemban dakwah, yang disebabkan karena perasangka, Allah menunda memberikan pertolonganNya untuk kita. Dan gerak dakwah pun akan semakin terasa lambat dan berat untuk dilalui. Wallahu ‘alam bishawwab. (**)