“Banyak perempuan yang tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi ditambah lagi faktor ekonomi dan patriarki seolah menjadi hal yang tidak dapat dielakkan oleh kaum perempuan,”
Oleh : Mita Wulandari
Lapan6Online | Jakarta : Pendidikan adalah hal yang penting dalam setiap hidup manusia terkhusus wanita, ketika wanita terdidik akan tampak melalui kepribadianya, tingkah lakunya dan tutur katanya.
Namun pertanyaan saat ini, apakah wanita sudah terpenuhi untuk mendapat dan mengenyam pendidikan yang layak, Jawabannya belum.
Faktanya data menunjukkan perempuan masih tertinggal dalam pembangunan. Sebanyak 60 persen angkatan kerja Indonesia berpendidikan rendah di bawah SMA dan separuhnya adalah perempuan.
Mengutip data Susenas 2015, partisipasi perempuan di pasar kerja hanya 49 persen, di bawah rata-rata partisipasi kerja penduduk Indonesia yang mencapai 65,4 persen. Rata-rata lama pendidikan perempuan adalah 8,1 tahun di bawah rata-rata pendidikan nasional 8,4 tahun.
Persentase perempuan buta huruf masih sebanyak 4,39 persen, lebih tinggi dari laki-laki 2,92 persen. Laporan World Economic Forum menunjukkan posisi Indonesia berada pada urutan ke-88 pada indeks kesenjangan gender pada 2016.
Indeks kesetaraan kita jauh di belakang negara-negara ASEAN, seperti Filipina, Laos, dan Thailand hal yang melatarbelakangi minimnya pendidikan di indonesia adalah kuatnya tradisi, banyak perempuan yang tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi ditambah lagi faktor ekonomi dan patriarki seolah menjadi hal yang tidak dapat dielakkan oleh kaum perempuan, lagi lagi kemiskinan adalah akar dari setiap masalah dan tragedi dalam rendahnya pendidikan negeri ini.
Padahal dalam konteks kenegaraan rakyat berhak mendapat pendidikan, malangnya seolah menutup mata dana pendidikan hanya sekitar 3% dari anggaran RAPBN dampaknya banyak anak yang putus sekolah akibat kekurangan biaya dana bos sepertinya hanya menjadi bualan semata tanpa ada bukti nyata,mmirisnya lagi tak hanya di indonesia dunia pun mengalami hal serupa tentang rendahnya tingkat pendidikan wanita,terlihat pendidikan selama 25 tahun terakhir, kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan masih terjadi di banyak wilayah di seluruh dunia, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (4/3) dari UNICEF, Entitas PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), dan Plan International.
Laporan yang dirilis jelang sesi ke-64 Komisi Status Perempuan pekan depan itu memaparkan jumlah anak perempuan yang putus sekolah turun 79 juta orang dalam dua dekade terakhir, dan dalam satu dekade terakhir anak perempuan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melanjutkan ke sekolah menengah dibanding anak laki-laki.
Mereka masih lebih tidak beruntung di tingkat sekolah dasar, dengan 5,5 juta lebih banyak anak perempuan dibandingkan anak laki-laki yang putus sekolah di seluruh dunia, menurut laporan tersebut. Kemajuan global dalam mengurangi jumlah anak putus sekolah di tingkat dasar mengalami stagnasi, baik untuk anak perempuan maupun laki-laki sejak tahun 2007.
Saat ini terdapat sekitar 1,1 miliar anak perempuan di dunia, papar laporan setebal 40 halaman berjudul “Era Baru untuk Anak Perempuan, Merangkum Kemajuan 25 Tahun” itu.
Pada 1995, dunia mengadopsi Beijing Declaration and Platform for Action, agenda kebijakan paling komprehensif untuk kesetaraan gender, dengan visi mengakhiri diskriminasi terhadap wanita dan anak perempuan, kata laporan itu. Namun, 25 tahun kemudian, diskriminasi dan stereotip yang membatasi masih lazim ditemukan.
Harapan hidup anak perempuan semakin tinggi dengan bertambah delapan tahun, namun bagi banyak orang, kualitas kehidupannya masih jauh dari harapan, papar laporan itu.
Pada 2016, 70 persen korban perdagangan orang yang terdeteksi secara global adalah wanita dan anak perempuan, sebagian besar untuk tujuan eksploitasi seksual.
Selain itu, 1 dari setiap 20 anak perempuan berusia 15-19 tahun, atau sekitar 13 juta anak perempuan, mengalami pemerkosaan dalam kehidupan mereka, salah satu bentuk pelecehan seksual paling kejam yang dapat dialami wanita dan anak perempuan, lantas apakah sistem saat ini mampu mensejahterakan perempuan untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak ? Tidak, Dunia berideologi kapitalis sungguh kejam pada mereka yang tak memiliki uang atau modal.
Sebab pendidikan kapital dikomersialkan menjadi keuntungan pribadi tanpa rasa belas kasih.. Bukan kah wanita juga manusia , bukankah wanita juga layak mendapat naungan untuk terdidik ,sudah saatnya umat sadar hanya islam yang mampu memberikan jawaban memberikan solusi karena islam adalah aturan ilahi sesuai fitrah dan menentramkan jiwa tak ada lagi pendidikan berasas materi karena islam akan menggratiskan pendidikan untuk umat ini. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa